Hati wanita shalihah akan berontak dengan segala macam kemaksiatan, kefasikan, dan penipuan, sebagaimana pujian Allah Ta’ala kepada sekelompok wanita dengan firman-Nya,
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَرْمُونَ ٱلْمُحْصَنَـٰتِ ٱلْغَـٰفِلَـٰتِ ٱلْمُؤْمِنَـٰتِ لُعِنُوا۟ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْـَٔاخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik yang ghaafilah (tidak terbesit melakukan maksiat) lagi beriman, mereka dilaknati di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (QS. An-Nur: 23)
Jika mendengar percakapan orang lain, maka tidak serta merta masuk ke dalam pikirannya, kecuali sesuatu yang baik dan tidak menafsirkannya kecuali yang dapat melegakan hati. Tatkala pandangannya terhadap suaminya, dia tidak pernah berpikir, kecuali kebaikan dan sangat positif.
Jika perilaku seseorang itu buruk, maka buruk pula persangkaannya.
Dan akan senantiasa membenarkan setiap hal yang meragukan.
Termasuk hal negatif yang sering dibanggakan oleh sebagian kaum wanita adalah pengetahuan mendetail mereka tentang hal-hal yang berkaitan tentang perzinaan, penyimpangan seksual, pacaran, kemaksiatan, dan kemampuan membaca kejadian tanpa bukti. Mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa keselamatan diri terletak pada al-ghaflah (tidak terbesit keinginan untuk melakukan maksiat), tidak dalam membongkar dan mencermati segala kejadian. Jenis wanita tersebut tidak berpredikat ghafilah, tetapi dari golongan wanita yang siaga menafsirkan perkataan-perkataan manusia dan kehidupan mereka dengan penuh kecurigaan dan pembacaan yang berorientasi seksual.
***
Artikel Muslimah.or.id
Sumber: Diketik ulang dari buku “Kado Pernikahan” karya Abdullah bin Muhammad Al-Dawud.