“Satu gelas dan seorang biduanita dapat menghancurkan umat Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam lebih dari apa yang dilakukan seribu meriam”. Maka tenggelamkanlah mereka dengan materi dan syahwat.
Begitulah ungkapan keji para musuh – musuh Islam yang tak pernah putus asa menghancurkan agama Allah. Dan secara khusus pun mereka terus melancarkan propaganda dalam menyerang kesucian wanita Islam, entah dengan dalih emansipasi, feminisme, atau kesetaraan gender. Disertai dengan menghadirkan seolah – olah gambaran ideal seorang wanita adalah sosok wanita barat yang “kutilang” alias kurus tinggi, langsing, bermata biru, dengan rambut pirang serta berpenampilan modis, gaya lagi memikat hati.
Kini impian di atas telah nyata, sebagaimana penuturan misionaris dari Amerika, Bayard Dodge: “Bagiku jelas Hollywood benar – benar telah mempengaruhi generasi muslimin masa kini melebihi pengaruh madrasah – madrasah diniyah ”.
Dalam protokol Zionisme dikatakan : “Wajib bagi kita di setiap tempat untuk berupaya meruntuhkan akhlak, sehingga mempermudah kita untuk menguasai. Sesungguhnya Freud bagian dari kita dan ia tetap akan menawarkan hubungan seks di bawah sinar matahari (terang – terangan) sehingga tidak akan ada lagi dalam pandangan kawula muda sesuatu yang suci, maka yang akan menjadi keinginan mereka yang terbesar adalah memuaskan nafsu seksnya, saat itu runtuhlah akhlaknya ”.
Wanita Flamboyan
Thoha Husain berkata dalam bukunya “Mustaqbaluts Tsaqofah Fi Nashr”, jalan untuk mencapai kemajuan hanya satu yakni mengikuti jalan kehidupan orang – orang Eropa yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit, yang disukai maupun yang dibenci, yang dipuji maupun yang dicela.”
Telah beratus – ratus tahun orang –orang Yahudi dan Nasrani bahu membahu menghancurkan agama Allah dan saat ini perang pemikiranpun semakin gencar membabi buta. Dan hasilnya banyak wanita – wanita muslimah yang tak lagi mengenal ‘Aisyah, Hafshoh dan para shahabiyah. Mereka lebih mengidolakan para selebritis. Bahkan menjadikan mereka ikon kecantikan, kepopuleran dan kebarat – baratan benar-benar menjerat para wanita.
Terlebih lagi dengan boomingnya Islam Liberal ( JIL ) melalui fiqih lintas agama yang ditulis oleh sejumlah profesor UIN Jakarta yang menghebohkan. Maraknya nikah beda agama, menentang adanya poligami, wanita dalam hak waris sama dengan laki – laki, jilbab hanya tradisi Arab, dan lain – lain yang pada esensinya membuat wanita menjadi sengsara meski kelihatannya secara performa mereka nampak mesra dan bahagia namun sejatinya semua gambaran kebahagiaan itu akan sirna ketika dihadapkan pada hukum Allah. Ini hanyalah kebahagiaan semu meski secara lahiriyah terlihat memukau.
Wanita di era ini banyak yang tergila – gila kepada para selebritis meski mereka menjalani gaya hidup yang glamour, penuh cinta meski harus berkalang nada, dua insan yang lagi ‘Falling in love’ . Masih ingatkah anda ketika Prof. Zainul Kamal, salah satu penulis buku Fiqih Lintas Agama menikahkan Kalina (muslimah) dengan pesulap Deddy Corbuzier (Katolik). Pernikahan lintas agama juga dilakoni Ira Wibowo dengan Katon Bagaskara, Yuni Shara dengan Henri Siahaan, dan masih banyak lagi pasutri yang mengikuti jejak kontroversial mereka.
Inilah buah apel manis dari sebuah keyakinan menyimpang lagi sesat, karena meyakini semua agama benar. Na’udzubillahi mindzalik.
Betapa kaum Hawa mudah terpedaya,sebagaimana pepatah “ cinta itu buta dan membutakan”.
Solusi Terbaik
Menjadi wanita paling sengsara, yakin tak ada kaum Hawa yang menginginkannya, bahkan terlintas dalam benak rasanya tak mungkin ada yang mau. Membuat kata – kata menjadi serangkaian kalimat mungkin hal yang sangat mudah, namun membuat kata – kata menjadi sebuah kenyataan indah, hal ini butuh tekad dan perjuangan. Dan menjadikan kesengsaran menjadi kebahagiaan itu sesuatu yang sangat mungkin. Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah akan membuat hidup lebih berwarna dengan cahaya iman. Hanya Islamlah yang menuntun wanita pada jalan keselamatan abadi.
Wanita menakjubkan tak akan berpikir regresif. Dia akan optimis meniti tangga kebahagiaan dengan menjadikan wanita – wanita mulia sebagai teman seperjuangan, tak terbetik dalam hatinya untuk sekedar kagum pada wanita – wanita flamboyan sebagaimana gambaran mengenaskan diatas.
——–
Penulis: Ummu Nashifah
Murojaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Artikel www.muslimah.or.id