Seorang perantau –khususnya muslimah yang merasa galau ketika berkeinginan pulang kampung tetapi terhalang safar tanpa mahram– pasti merasakan rindu yang teramat sangat pada kampung halamannya, terutama pada keluarga.
Lalu bagaimana menyikapinya?
Yakinlah, bahwa tidaklah Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu perintah kepada para wanita melainkan untuk kebaikan wanita itu sendiri. Dan hendaknya kita lebih fokus mempersiapkan pulang kampung yang sebenarnya, yaitu akhirat. Karena pulang kampung ke akhirat merupakan suatu kepastian, sedangkan pulang kampung ke belahan dunia yang lain itu merupakan suatu ketidak-pastian.
Dunia adalah tempat perantauan yang menyakitkan. Oleh karena itu, janganlah kita menjadi anak dunia. Lalu. kemanakah kita akan melangkahkan kaki ketika pulang kampung? Ke surga ataukah ke neraka?
Bukankah kita telah mengetahui bahwa setiap detak nafas kita tertulis dalam catatan amal, setiap untaian kata-kata kita terekam dan seluruh niat kita diketahui serta seluruh gerak-gerik kita terhitung, sebagaimana firman Allah Ta’?l? :
?????????? ??????????? ???? ???????? ?????
“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (QS. Al-Qiyamah: 36)
Kemudian kematian pun mendekatimu. Di hadapanmu telah menunggu sebuah kampung hunian yang harus kamu kunjungi, maka bangunlah dari tidurmu dan sadarlah dari kelalaianmu.
Kampung tersebut tidak lain adalah kampung kematian yang disebut Allah dengan istilah musibah, sebagaimana dalam firman Allah:
???????? ?????????? ??? ???????? ??????????????? ?????????? ????????
“Jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian.” (QS. Al-Maidah: 106)
Lalu, kampung hunian yang kedua adalah kuburan. Bila Utsman bin Affan –radhiyallaahu ‘anhu– berdiri di depan kuburan, maka ia menangis hingga air matanya membasahi jenggotnya. Dikatakan kepadanya, “Kamu diingatkan akan Surga dan Neraka, kamu tidak menangis. Akan tetapi mengapa kamu menangis karena ini?” Maka beliau berkata, “Kuburan adalah awal kampung hunian alam akhirat. Barangsiapa sukses di alam ini maka setelah itu lebih mudah, dan barangsiapa tidak selamat maka setelah itu lebih susah.”
Kemudian beliau berkata bahwa Rasulullah –Shallallaahu ‘alaihi wa sallam– bersabda,
??? ???????? ???????? ???? ?????? ?????????? ???????? ??????
“Tiada pemandangan yang pernah saya lihat melainkan kuburan adalah yang paling menyeramkan.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Setelah berada di dalam kuburan, kita akan melewati beberapa peristiwa lainnya yang pada akhirnya kita akan dihadapkan pada kampung sebenarnya yaitu Surga atau Neraka.
Inilah jalan menuju Surga dan inilah jalan menuju Neraka, maka sekarang perhatikanlah jalan manakah yang kita tempuh?
Wall?hu a’lam
———————————————————-
Referensi:
- Audio rekaman kajian “Membangun Istana di Kampung Halaman Tercinta” bersama Ustadz Maududi Abdullah, Lc. –hafidzahullaah–.
- Buku “Saudariku, Kemana Kau Pergi?” karya Ahmad Al-Imran.
Penyusun: Pipit Aprilianti
Artikel Muslimah.or.id