Dasar hukum itu semua adalah firman Allah ‘azza wa jalla,
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring” (Q.S Ali Imran: 191)
Juga firman-Nya,
لِتَسْتَوٗا عَلٰى ظُهُوْرِهٖ ثُمَّ تَذْكُرُوْا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ اِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُوْلُوْا سُبْحٰنَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَۙ
“Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, ‘Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami’.” (Q.S Az-Zukhruf: 13)
Dan sunnah menjelaskan ini semua. Dari Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
رأيتُ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ يومَ فتحِ مَكَّةَ وَهوَ علَى ناقةٍ يقرأُ بسورةِ الفَتحِ وَهوَ يُرجِّعُ
“Aku melihat Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wa sallam pada hari Penaklukan Makkah, beliau membaca surat Al-Fath di atas kendaraannya.” (Muttafaq Alaih)[1]
Juga hadis ‘Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha dia berkata,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَّكِئُ فِي حَجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
“Bahwasanya Nabi pernah tiduran di pangkuanku dan aku sedang haid, beliau membaca Al Qur’an” (Muttafaq Alaih)[2]
Adapun membaca Al Quran sambil berjalan, hal ini dianalogikan dengan berkendaraan. Tidak ada perbedaan.
Faidah
Pada hadis ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ada petunjuk bolehnya membaca Al Quran di pangkuan seorang istri yang sedang haid atau nifas. Dan yang dimaksud dengan al-ittika` ‘bersandar’ di sini adalah meletakkan kepala di atas pangkuan.
Ibnu Hajar berkata, “Pada hadis ini ada isyarat bolehnya membaca Al Quran di dekat tempat yang di sana ada najisnya. Hal ini dikatakan oleh Imam An-Nawawi.”[3]
***
Artikel muslimah.or.id
Sumber: Diketik ulang dari buku “Ringkasan Kitab Adab” Karya Fu’ad bin Abdul ‘Aziz Asy-Syalhub
Catatan kaki:
[1] Diriwayatkan Al-Bukhari, (5034); dan Muslim, (794).
[2] Diriwayatkan Al-Bukhari, (297); dan Muslim, (301).
[3] Fathul Bari, (1/479)
alhamdulillah, memang Allah selalu memberi kemudahan kepada hamba-Nya yang lemah, tapi terkaang hambanya tidak menyadari hal itu (teramsuk saya) astaghfirullah..