Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Tiga Tingkatan Islam: Islam, Iman, dan Ihsan

Muslimah.or.id oleh Muslimah.or.id
14 Mei 2015
di Akidah
0
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Tingkatan pertama: Islam
  • Tingkatan kedua: Iman
  • Tingkatan ketiga: Ihsan

Tidak diragukan lagi bahwa prinsip agama islam yang wajib diketahui dan diamalkan oleh setiap muslim ada tiga, yaitu: 1) Mengenal Allah Ta’ala, 2) Mengenal agama Islam beserta dalil-dalilnya [1], dan 3) Mengenal Nabi-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengenal agama Islam adalah landasan yang kedua dari prinsip agama ini dan padanya terdapat tiga tingkatan, yaitu Islam, iman dan ihsan. Setiap tingkatan mempunyai rukun sebagai berikut:

Tingkatan pertama: Islam

Islam memiliki lima rukun, yaitu:

  1. Bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah.
  2. Menegakan salat.
  3. Membayar zakat.
  4. Puasa di bulan Ramadan.
  5. Menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu menuju ke sana.

Kelima rukun Islam ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjawab pertanyaan Malaikat Jibril tentang Islam,

الإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً

“Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakan salat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu menuju ke sana.” [2]

Donasi Muslimahorid

Juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun atas lima hal: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakan salat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah.” [3]

Tingkatan kedua: Iman

Definisi iman menurut Ahlus Sunnah mencakup perkataan dan perbuatan, yaitu meyakini dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan, dapat bertambah dengan ketaatan, dan dapat berkurang dengan sebab perbuatan dosa dan maksiat.

Iman memiliki beberapa tingkatan, sebagaimana terdapat dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih dari enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah ucapan laa ilaaha illallah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (rintangan) dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang iman.” [4]

Rukun Iman ada enam, yaitu:

  1. Iman kepada Allah.
  2. Iman kepada malaikat-malaikat-Nya.
  3. Iman kepada Kitab-Kitab-Nya.
  4. Iman kepada Rasul-Rasul-Nya.
  5. Iman kepada hari akhir.
  6. Iman kepada takdir yang baik dan buruk.

Keenam rukun iman ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan ‘Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu di dalam jawaban Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam atas pertanyaan Malaikat Jibril tentang iman, yaitu:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk.” [5]

Tingkatan ketiga: Ihsan

Ihsan memiliki satu rukun, yaitu engkau beribadah kepada Allah Ta’ala seakan-akan engkau melihat-Nya; jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasakan hadis yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khattab radhiyallahu ’anhu dalam kisah jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Malaikat Jibril ketika bertanya tentang ihsan, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

 أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.” [6]

Tidak ragu lagi, bahwa makna ihsan secara bahasa adalah memperbaiki amal dan menekuninya, serta mengikhlaskannya. Sedangkan menurut syariat, pengertian ihsan adalah sebagaimana penjelasan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”

Ihsan adalah ikhlas dan penuh perhatian. Artinya, sepenuh ikhlas untuk beribadah hanya kepada Allah dengan penuh perhatian, sehingga seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika tidak mampu, maka ingatlah bahwa Allah senantiasa melihat dirimu. Ibadah seperti ini juga menghasilkan ketulusan dalam ibadah dan berusaha keras menghasilkan ketulusan dalam beribadah dan berusaha keras untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.

Maksudnya, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan ihsan dengan memperbaiki lahir dan batin, serta menghadirkan kedekatan Allah Ta’ala, yaitu bahwasanya seakan-akan Allah berada di hadapannya dan ia melihat-Nya, dan hal itu akan mengandung konsekuensi rasa takut, cemas, juga pengagungan kepada Allah Ta’ala, serta mengikhlaskan ibadah kepada Allah Ta’ala dengan memperbaikinya dan mencurahkan segenap kemampuan untuk melengkapi dan menyempurnakannya.

Oleh karena itu, seorang hamba harus menggunakan imannya bahwa Allah pasti melihat dirinya, mengetahui rahasianya, baik yang diperlihatkannya maupun yang tidak. Allah Ta’ala mengetahui batin dan zahirnya, dan semua yang ada pada dirinya diketahui oleh Allah Ta’ala.

Jika hamba tersebut merealisasikan keadaan seperti ini, maka mudah baginya untuk beranjak kepada keadaan yang kedua, yaitu terus-menerus melihat kedekatan Allah dan kebersamaan-Nya, hingga hamba tersebut seolah-olah melihat-Nya. Maka yang demikian ini mewajibkan adanya rasa takut dan pengagungan kepada Allah Ta’ala. Wallahu a’lam. [7]

***

Artikel Muslimah.or.id

 

Sumber: Disalin ulang dari buku “Prinsip Dasar Islam Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah, penerbit Pustaka At-Taqwa.

Catatan kaki:

[1]  Artinya memahami Islam sebagai agama dengan dalil-dalilnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang sahih menurut pemahaman sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in.

[2] HR. Muslim no. 8; Ahmad, 1: 27; Abu Dawud no. 4695; at-Tirmidzi no. 2610; an-Nasa’i, 8: 97-98; dan Ibnu Majah no. 63, dari sahabat ‘Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu.

[3] HR. Bukhari no. 8; Muslim no. 16; Ahmad, 2: 26, 93, 120, 143; at-Tirmidzi no. 2609; dan an-Nasa’i, 8: 107-108, dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma.

[4] HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35. Lafal ini milik Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

[5] HR. Muslim no. 8, dari sahabat ‘Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu.

[6] HR. Muslim no. 8, dari sahabat ‘Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu.

[7]  Lihat Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam, 1: 126-dst oleh al-Hafizh Ibnu Rajab; Ma’aarijul Qabul, 2: 1170 oleh Syekh Hafizh al-Hakami; dan al-Ushuul ats-Tsalaatsah, hal. 66-67 oleh Imam Muhammad bin ‘Abdil Wahhab rahimahullahu dengan hasyiyah ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim
ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Muslimah.or.id

Muslimah.or.id

Artikel Terkait

Merayakan Natal dan Tahun Baru 

Pandangan Islam dalam Merayakan Natal dan Tahun Baru 

oleh Rahmadita Fajri Indra
23 Desember 2024
0

Saudariku yang dirahmati oleh Allah 'Azza wa Jalla, banyak kaum muslimin zaman sekarang yang merayakan Natal dan tahun baru. Mereka...

Hukum Menggunakan Al-Qur’an sebagai Jimat (Tamimah)

oleh M. Saifudin Hakim
23 Agustus 2017
0

Wajib untuk melarang semua bentuk tamimah. Inilah pendapat yang tepat karena jelasnya sisi pendalilannya.

Apakah Ain Bisa Melalui Foto?

oleh Ammi Nur Baits, ST., BA.
4 Mei 2013
0

Terkena ain tidak harus dengan cara melihat langsung korban ain. Namun bisa juga terjadi dengan membayangkan atau mengkhayalkan apa yang...

Artikel Selanjutnya

Saudariku, Jangan Kau Nikahi Lelaki Ini!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.