Pernahkah anda merasakan pertama kali masuk ke kajian ahlussunnah, sedangkan kerudung kita masih kecil berwarna-warni, baju hanya gamis biasa yang cukup semarak pula warnanya, ringkasnya, penampilannya jauh berbeda dengan saudari-saudari yang berjilbab lebar, bahkan bercadar (atau malah menggunakan burqu‘)? Mungkin Anda tipe orang yang tidak peduli dengan pikiran; perkataan; pendapat; sikap orang tentang diri anda, bahkan cenderung “tebal muka”. Yang penting duduk manis, mendengarkan, mencatat di dalam kajian itu. Akan tetapi, ternyata yang banyak ada dalam ruang kenyataan malah justru sebaliknya.
Banyak wanita yang merasa canggung, terasing, malu, terkucil, seolah merasa tatapan wanita yang ada di kajian itu “menelanjanginya”, menyudutkannya, atau perasaan lainnya yang sulit bagi kata untuk mendeskripsikannya. Latar belakang inilah yang membuat kami menganjurkan bagi diri kami khususnya. Dan bagi para wanita penuntut ilmu pada umumnya agar memperhatikan sisi kejiwaan mereka, sehingga kita hendaknya menciptakan suasana yang nyaman bagi mereka saat kajian.
Salam, senyum dan keceriaan wajah
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
??? ??????????? ?????????? ?????? ??????????? ????? ?????????? ?????? ??????????? ??????? ??????????? ????? ?????? ????? ?????????????? ?????????????? ???????? ?????????? ??????????
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang bila kalian melakukannya, niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,
??????????? ??? ?????? ??????? ???? ????????
“Senyummu di hadapan wajah saudaramu (seagama/sesama muslim) adalah sedekah” (HR.Tirmidzi)
Dari Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
??? ??????????? ???? ???????????? ??????? ?????? ???? ??????? ??????? ???????? ??????
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun juga walaupun hanya berupa engkau bertemu saudaramu dengan wajah berseri” (HR.Muslim)
Betapa dengan salam dan sapaan ringan, seulas senyum yang tersungging di bibir, wajah yang ceria, mampu mencairkan segala kekakuan dan kecanggungan yang ada. Apalagi jika kita menyapa ramah dan hangat, menunjukkan wajah dan sikap yang bersahabat, tentu mereka bagaikan menemukan sahabat baru dalam lingkungan yang “terasing” itu ya?
Kesombongan para penuntut ilmu
Tidak akan beruntung orang yang memiliki kesombongan dalam hatinya, meski sebesar dzarrah sekalipun. Mengenakan jilbab syar’i tidak serta merta menjadikan diri kita lebih baik secara mutlak dari mereka di sisi Allah. Jadi, janganlah merasa diri kita ini derajatnya lebih suci dan lebih baik, hanya karena telah mendahului mereka dalam hal mengenakan hijab syar’i.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
??? ???????? ?????????? ???? ????? ??? ???????? ????????? ??????? ???? ?????? ????? ?????? ????? ????????? ??????? ???? ??????? ???????? ??????? ?????????? ???????? ????? ????? ??????? ??????? ??????? ?????????? ????????? ?????? ???????? ???????? ????????
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar debu.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim)
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman,
???? ????????? ???????????? ???? ???????? ?????? ???????….
“…maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.” (QS. An-Najm: 32)
Tidak usahlah mencibir mereka dengan lisan nyinyir atau mata memicing, seolah menyiratkan “Aiiihhh siapa sih ini, pakaian dan kerudungnya masih warna-warni, funky, gaul, tapi gak syar’i!“. Rengkuhlah mereka dengan nasihat lembut dalam kasih persaudaraan. Bukankah kita kebanyakan dahulu juga pernah menjalani fase hidup seperti mereka? Bisa jadi pada akhirnya mereka lebih baik dari kita, siapa yang tahu?
Berbaurlah dengan mereka
Setelah bercakap ringan, ada baiknya kita berbaur duduk bersama mereka jika memungkinkan [terkadang kondisi tidak memungkinkan untuk ngobrol dan berbaur dengan mereka karena satu dan lain hal]. Seringkali, para wanita penuntut ilmu ini suka menggerombol dengan “kalangannya” sendiri, hingga seolah sedang menyemen dinding gap antara diri mereka dengan jilbaber warna-warni ini.
Perlakuan-perlakuan buruk itu dapat mengakibatkan:
- Mereka tidak merasa nyaman datang ke kajian, berkenalan dengan wanita yang katanya menjunjung tinggi syariat, bahkan bisa jadi mereka menolak dakwah salafiyyah karena sudah tidak suka dengan orang-orang yang menjalaninya. Pernah tidak mendengar kisah akhawaat gaul yang jadi ngambek; kapok; bahkan nangis karena merasa mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan di dalam kajian bermanhaj As-Salaf Ash-Shaalih?
- Terjadinya pemakaian cadar karena terpaksa (dipakai hanya pada saat kajian) pada seseorang, karena wanita tersebut ingin diterima dalam lingkungan akhawaat pengajian. Tidak sedikit akhawaat yang meremehkan, memandang rendah, mencibir kepada para wanita yang belum dapat berhijab secara sempurna.
Sesungguhnya hukum dasar nasihat hendaknya diberikan dengan lemah lembut, hati-hati, bertahap dan sikap hikmah. Berilah teladan yang baik, bukan dengan cibiran; cemoohan; pandangan menghinakan dan meremehkan. Ingat! Tidak akan masuk surga orang yang memiliki kesombongan walau sebesar dzarrah!
Depaklah Su’uzhzhan dan Tikamlah Opini Menghakimi
Kondisi yang dihadapi tiap individu sehubungan dengan mengenakan jilbab syar’i, bisa berbeda-beda, tidak dapat disamakan. Untuk itulah, mengedepankan husnuzhzhan dan memberikan udzur kepada mereka merupakan langkah jitu yang harus senantiasa kita tempuh. Jika kita menghadapi wanita yang belum bercadar, atau sudah berjilbab tapi belum syar’i, atau sudah berjilbab syar’i tapi belum konsisten: tanyakanlah kepada mereka baik-baik mengenai alasan mereka berbuat demikian. Setelah itu nasihatilah dengan memenuhi adab-adabnya, serta doakanlah kebaikan dan taufiq bagi mereka. Tidak ada hak bagi kita untuk membentuk opini buruk yang menyudutkan mereka (kecuali jika mereka memang terang-terangan mengakui bahwa mereka masih bermudah-mudahan dalam menjalankan syariat). Bisa jadi mereka punya perkara yang menghalangi mereka, sehingga baru sampai di situlah kesanggupan mereka dalam menjalankan syariat.
Menyikapi si pendiam yang jarang bicara, bertampang cool-serius yang jarang tersenyum
Bisa jadi orang itu observer (pengamat) bertipe pasif yang harus menunggu “dipukul dulu gongnya” baru mengeluarkan bunyi. Mungkin kalau dia sudah mulai bicara, bisa jadi malah Anda akan merasa dekat dan nyaman oleh perkataan dan sikapnya. Atau mungkin dia tipe orang yang menganut efisiensi dalam berbicara: tidak bicara kecuali pada hal yang menarik baginya; penting; atau karena alasan tertentu. Orang seperti itu harus punya motif pendorong yang kuat hingga dia mau banyak bicara. Maka, kalaulah bertemu dengan sosok seperti ini, percayalah, tidak selalu berarti dia itu menyeramkan dan tidak ramah in syaa Allaah. Kalau ternyata dia melakukan tindakan kekerasan psikis (agak-agak ketus dan sinis), tidak usah terlalu dimasukkan ke dalam hati, masih banyak kok yang menunjukkan sikap dan wajah yang mengenakkan untuk dipandang dan dipergauli. Anggap saja Anda sedang diuji bertemu dengan sosok menyebalkan seperti itu. Janganlah merasa kapok..
—
Penulis: Fatihdaya Khoirani
Artikel Muslimah.Or.Id
Semoga “Tips Cara Cepat Hamil” dari Dokter Ana ini bermanfaat bagi istri, saudara, tetangga atau teman yang susah mendapatkan momongan. Infokan segera untuk menunjang Program Hamil mereka. “Memberi info yang bermanfaat bagi orang lain itu sudah merupakan pahala”
Cepat Hamil bersama dr. Rosdiana Ramli, SpOG
Salam Hangat,
CalindoStore.com | MetodeHamil.com
istriku salah satu korbannya…..
Assalamu’alaikum ustadz, hal yang sama pernah saya alami, saya merasa terasing dan terkucil. sampai saat ini saya masih segan bila datang ke ta’lim karena merasa terkucilkan.
tapi saya berharap hanya saya yang merasakan seperti ini.
semoga bisa menjadi perbaikan bagi para muslimah ahlussunnah.