Abu Nu’aim rahimahullah dalam kitabnya, Al-Hilyah, menyebutkan suatu riwayat dari Abdullah bin Aun rahimahullah bahwa dahulu para ahli fikih saling berpesan dan mengirim surat di antara mereka dengan,
“Barang siapa yang beramal untuk akhiratnya, Allah akan memberi kecukupan bagi kehidupan dunianya.
Barang siapa yang memperbaiki urusan pribadinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki apa yang tampak darinya.
Barang siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan manusia.”
Abu Hazim rahimahullah mengatakan, “Tidaklah seseorang memperbaiki hubungannya dengan Allah melainkan Allah akan memperbaiki hubungan dengan sesamanya. Sebaliknya, tidaklah jelek hubungan seseorang dengan Allah melainkan Allah akan burukkan hubungan dia dengan orang lain. Demikian itu karena berbuat baik kepada satu orang tentu lebih mudah daripada berbuat baik kepada semua orang. Sungguh ketika hubunganmu dengan Allah baik maka semua orang akan condong kepadamu. dan ketika hubunganmu dengan-Nya buruk maka semua orang akan berpaling meninggalkanmu.”
Wahai saudariku, yakinlah bahwa pertolongan dan kekuatan dari Allah – keduanya akan terjaga dan terpelihara — manakala engkau istiqamah di atas jalan yang benar. Perbaikilah hubunganmu dengan Allah, niscaya dengannya engkau akan mendapatkan kebahagiaan jasmani dan ruhani.
Jika Allah memberikan karuni kepadamu seorang suami yang shaleh, bijak, dan adil, maka itulah kabar gembira berupa kebahagiaan lahir dan batin. Namun, bila engkau diuji dengan suami yang tiada menjaga hak-hak Allah yang ada padamu, maka janganlah engkau abaikan kebahagiaan batinmu yaitu sikap senantiasa pasrah akan takdir Allah dan sabar atas ujian yang diberikan-Nya. Demikianlah seharusnya keadaan orang orang yang sabar dan jujur.
*) Disalin dari buku Menjadi Istri Sejati oleh Badr bin Ali bin Thami Al-‘Utaibi. Judul asli: ’Isyruuna Nashiihah Li-Ukhtii Qobla Zawaajiha, Penerbit: Cahaya Tauhid Press, Malang.
Disertai pengeditan bahasa oleh Redaksi Muslimah.Or.Id.
—
Artikel Muslimah.Or.Id