Saudaraku seiman, dalam hidup ini pasti ada masa ketika seluruh arah terlihat buntu. Harta tidak menolong, jabatan tidak berarti, dan orang-orang pun tidak kuasa membantu. Kita seolah berjalan dalam lorong gelap tanpa tahu di mana ujungnya. Namun, di saat-saat seperti inilah seorang mukmin diuji: kepada siapa ia berharap? Kepada siapa ia berlari? Jika ia masih percaya bahwa Allah Maha Dekat dan Maha Mendengar, maka saat itu pula akan terbuka satu pintu yang tak pernah tertutup: pintu langit.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah): sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Keteladanan dari para Nabi dan orang saleh
Perhatikanlah kisah para Nabi. Mereka adalah manusia pilihan, namun tetap diuji dengan ujian yang berat. Lihatlah Nabi Yunus ‘alaihis salam. Ia berada dalam tiga kegelapan sekaligus: kegelapan perut ikan, kegelapan dasar laut, dan kegelapan malam. Tidak ada teknologi, tidak ada makhluk yang bisa menolong. Tapi hatinya tetap terhubung kepada Allah. Ia pun mengucapkan,
وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 87)
Dengan doa yang ringkas tapi penuh penghambaan itu, Allah angkat deritanya, Allah selamatkan jiwanya, dan Allah abadikan doanya dalam Al-Qur’an sebagai pelajaran sepanjang zaman. Inilah bukti bahwa doa yang tulus lebih kuat dari segala bentuk usaha lahiriah yang tak berbuah.
Demikian pula Maryam ‘alaihas salam. Seorang wanita salehah yang dicela tanpa sebab, dituduh berbuat zina padahal ia suci. Dalam kondisi sulit itu, ia tidak membela diri di hadapan manusia. Ia hanya berserah dan berpasrah kepada Allah Ta’ala. Ketika seluruh dunia menuduh, hanya Allah tempat ia mencurahkan isi hati. Inilah pelajaran penting: jika manusia tidak memahami kita, jangan khawatir karena Allah Maha Mengetahui niat dan kesucian kita.
Istri Fir’aun, wanita mukminah yang hidup dalam istana kekufuran dan siksaan, pun berdoa dengan penuh harapan sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala,
وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱمْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ٱبْنِ لِى عِندَكَ بَيْتًا فِى ٱلْجَنَّةِ وَنَجِّنِى مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata, “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. At-Tahrim: 11)
Ia tidak meminta keselamatan dunia, ia meminta tempat tinggal di sisi Allah. Ketika semua harapan di dunia habis, ia berlari menuju kenikmatan abadi di akhirat. Sebuah pelajaran besar: bahwa fokus orang beriman bukan sekadar lepas dari musibah, tetapi bagaimana musibah itu menjadi jalan menuju rida Allah Ta’ala.
Lihat pula Nabi Musa ‘alaihis salam. Ketika keluar dari Mesir, ia sendiri, tak membawa bekal, tak tahu arah. Tapi yang ia miliki adalah hati yang penuh tawakal. Allah Ta’ala berfirman,
فَخَرَجَ مِنْهَا خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ ۖقَالَ رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ
“Maka keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya), dia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.” (QS. Al-Qasas: 21)
Doa itu menjadi pengantar hidayah dan perlindungan. Allah Ta’ala arahkan langkahnya ke Madyan, negeri yang asing, tapi di sanalah Musa menemukan tempat bernaung, pekerjaan, dan jodoh. Oleh karenanya, perlu kita pahami bahwa kekuatan doa akan mampu mengubah keadaan serta menjadi awal dari kehidupan baru yang tak disangka-sangka.
Kembali kepada Allah melalui doa
Saudaraku, dari semua kisah di atas, ada satu benang merah yang dapat kita perhatikan bahwa ketika dunia menolak, Allah membuka. Dan pintu itu bernama doa. Banyak orang kini berkata, “Saya sudah berdoa, tapi belum dikabulkan. Beri saya solusi lain.” Ini kalimat yang menandakan lemahnya keyakinan. Seakan-akan doa bukan solusi, padahal doa adalah senjata utama orang beriman.
Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Dawud, no. 1479; Tirmidzi, no. 2969; Ibnu Majah, no. 3828)
Bahkan dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَسْأَلْ الله غَضَبَ اللهُ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang tidak mau meminta kepada Allah, Allah murka kepada orang tersebut.” (HR. At-Tirmidzi, hasan)
Oleh karenanya, meninggalkan doa bukan sekadar kelalaian, tetapi bentuk kesombongan. Seseorang yang merasa mampu menyelesaikan masalah tanpa menghadap kepada Allah, berarti ia belum benar-benar mengenal hakikat ubudiyah.
Saat terbaik untuk memanjatkan doa
Salah satu karunia terbesar dari Allah adalah Dia memberikan waktu-waktu mustajab, di mana doa kita lebih dekat dikabulkan. Di antaranya adalah sepertiga malam terakhir.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata, ‘Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa saja yang meminta kepada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Bukhari no. 6321 dan Muslim no. 758)
Bayangkan, Allah turun ke langit dunia setiap malam dan menanyakan, “Siapa yang mau Aku tolong?” Sebuah undangan dari Dzat yang memiliki segala solusi, kepada hamba-Nya yang lemah dan penuh keterbatasan. Maka jangan sia-siakan momen ini. Tegakkan salat malam dan mohonlah kepada Allah Ta’ala.
Perlindungan harian
Di antara doa terbaik yang diajarkan Nabi ﷺ kepada Fathimah radhiyallahu ‘anha adalah,
حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا
“Yā Ḥayyu yā Qayyūm, birahmatika astaghīts, aṣliḥ lī sya’nī kullah, wa lā takilnī ilā nafsī ṭarfata ‘ain.”
“Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Mengurus segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan. Perbaikilah seluruh urusanku dan jangan serahkan aku kepada diriku sendiri walau sekejap mata.” (HR. Ibnu As-Sunni dalam ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah no. 46)
Doa ini dibaca setiap pagi dan petang, sebagai bekal amalan harian. Karena siapa di antara kita yang sanggup mengatur hidupnya sendiri? Bahkan satu detik saja, jika Allah cabut pertolongan-Nya, kita bisa jatuh ke dalam dosa, kesalahan, atau musibah. Maka tidak heran jika para ulama seperti Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa doa ini adalah inti dari permintaan tolong dan tawakal seorang hamba.
Saudaraku, jangan pernah meremehkan doa. Di sanalah letak hubunganmu dengan Allah. Jangan pernah berkata, “Saya sudah terlalu sering berdoa.” Karena bisa jadi belum dikabulkannya doa bukan karena Allah tidak mendengar, tetapi karena Allah ingin mendengar suaramu lebih lama. Bahkan bisa jadi, Allah ingin memberimu yang lebih baik dari apa yang engkau minta. Allah Ta’ala berfirman,
وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
“Berdoalah kepada Allah dengan rasa takut dan harap. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu menggantungkan harap kepada-Nya, dan tidak pernah lelah mengetuk pintu langit yang tak pernah tertutup.
Āamīn. Wallahu a’lam.
Baca juga: Mukjizat Memohon Perlindungan dari Setan untuk Anak
***
Penulis: Fauzan Hidayat
Artikel Muslimah.or.id