Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Haruskah Taqlid? (Bagian 1)

Ummu Sa'id oleh Ummu Sa'id
3 Oktober 2011
di Manhaj
3
Share on FacebookShare on Twitter

Islam telah menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai hakim dalam setiap perkara syari’at. Oleh karena itu, para Salafush Shalih dari kalangan Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan generasi setelahnya sepakat tentang wajibnya berpegang teguh pada Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meninggalkan semua perkataan manusia yang menyelisihinya, tanpa kecuali. Maka orang-orang yang sejalan dengan mereka inilah yang disebut dengan Ahlus Sunnah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendakwahkan Islam kepada para Shahabat atas dasar ilmu dan wahyu dari Rabbul ‘Alamin. Oleh karena itu, Islam mendasari segala sesuatu dengan ilmu dan keadilan.

Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,

???? ??????? ????????? ????????????? ?????? ????? ?????????? ????? ?????? ???????????? … ?

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), ‘Inilah jalanku yang lurus, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan ilmu.’” (Qs. Yusuf: 108)

Donasi Muslimahorid

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru manusia kepada agama Allah atas dasar ilmu (?????????? ), keyakinan (??????? ), dalil syar’i (???????? ??????? ), dan dalil aqli (??????? ). [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (IV/422)]

Disisi lain, ada sekelompok manusia yang dengan kelemahan mereka terhadap syari’at telah mengangkat para kyai, para imam, atau tokoh-tokoh mereka menjadi hakim dalam perkara syari’at dan menempatkan mereka dalam kedudukan yang lebih tinggi daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mereka berkata, “Kami mengambil apa yang telah diputuskan Imam kami dan kami tidak mempedulikan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena Imam kami adalah orang yang kami percaya dan orang yang paling mengerti tentang Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada kami.” [Lihat Muqaddimah Shifat Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (hal. 72)]

Itulah ciri khas mereka yang mengakibatkan pengetahuan mereka tentang Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi terbatas dan pemahaman mereka tentang syari’at menjadi sempit. Mereka itulah orang-orang yang telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada kesempatan kali ini –dengan memohon Taufiq dari Allah, penulis akan mencoba mengetengahkan sebuah pembahasan tentang taqlid dalam tinjauan syari’at. Semoga tulisan ini dapat menjadi referensi tersendiri bagi para pembaca untuk memahami pentingnya berpegang teguh kepada Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

PENGERTIAN TAQLID

Taqlid secara bahasa adalah meletakkan kalung ke leher. Dan terkadang kata ini digunakan meng-istilahkan: menyerahkan sesuatu perkara kepada seseorang, seakan-akan perkara tersebut diletakkan di lehernya, seperti kalung. [Lihat Misbahul Munir (hal. 512), Lisanul ‘Arab (III/367), Mudzakkirah Ushul Fiqh (hal. 314), Syarah Ushul min ‘Ilmil Ushul (hal. 593) dan Mulia dengan Manhaj Salaf (hal. 296)]

Taqlid menurut istilah adalah mengambil pendapat orang lain tanpa mengetahui dalilnya. [Lihat Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (II/173), I’lamul Muwaqqi’in (III/464), Mudzakkirah Ushul Fiqh (hal. 314), Majmu’ Fatawa (XXXV/233), Syarah Ushul min ‘Ilmil Ushul (hal. 593), dan Mulia dengan Manhaj Salaf (hal. 296)]

CELAAN TERHADAP TAQLID

Kesesatan merupakan buah dari taqlidnya seseorang terhadap ajaran nenek moyangnya, keterbatasan akalnya, dan atau hawa nafsunya yang mengajaknya ke dalam kedurhakaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Inilah yang menjadi sebab suatu kaum menolak dakwah Rasul mereka. Inilah juga yang menjadi sebab kekufuran kaum Yahudi dan Nashara, karena telah taqlid kepada pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka. Dan inilah juga yang menjadi sebab kesesatan para ahli bid’ah akibat memperturutkan kemauan hawa nafsu mereka.

Allah Jalla wa ‘Ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia,

?????? ???? ??? ???? ??????? ???? ???????? ??? ???????? ???? ????????? ?????? ????? ?????? ?????? ?????? ????????? ??????????? ????? ??????? ???????? ????? ??????????? ????????????? ? ????? ???????? ?????????? ?????????? ?????? ??????????? ???????? ????????????? ??????? ?????? ????? ???????????? ???? ????????? ?

Artinya: “Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, ‘Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekadar pengikut jejak-jejak mereka.’ Rasul itu berkata, ‘Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih baik daripada apa yang kamu peroleh dari (agama) yang dianut nenek moyangmu?’ Mereka menjawab, ‘Sungguh kami mengingkari (agama) yang kamu diperintahkan untuk menyampaikannya.” (Qs. Az-Zukhruf: 23-24)

Imam lbnu ‘Abdil Barr rahimahullah berkata, “Hal itu disebabkan taqlidnya mereka terhadap (agama) nenek moyang mereka, sehingga mereka tidak mau mengikuti petunjuk Rasul.” [Lihat Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (II/160)]

Allah juga berfirman,

?????? ???? ????? ?????????? ???????????? ????????? ????????? ????? ???????? ???????? ????? ???????? ???? ???????? ???????????? ???? ???????? ??????? ????? ???????????? ?????? ????????? ???? ????????????? ????? ?????????? ??????????? ???? ???????????? ???????? ????????? ? ?????? ?????? ?????? ?????????? ????? ??????????? ????? ??????? ??????????? ???????? ???????????????? ??????????? ?????? ????????? ?

Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu, dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati)mu.” (Qs. An-Nisa: 60-61)

Mujahid rahimahullah berkata tentang pengertian thaghut: “Thaghut adalah setan dalam bentuk manusia, dimana banyak orang berhukum kepadanya dan dialah yang mengatur urusan mereka.” [Lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim dalam surat An-Nisa’ ayat 51]

Dan firman-Nya yang lain,

????? ????? ?????????? ???????????????? ????? ????? ????? ???????????? ??????? ???? ????????? ?????? ??????????? ???? ??????????? ?????? ?????? ????? ???????????? ?????? ?????? ??????? ?????????? ?

Artinya: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat dalam kesesatan yang nyata.” (Qs. Al-Ahzab: 36)

Seorang awam yang taqlid akan mengambil seorang alim sebagai rujukannya. Dan dia menjadikan orang alim tersebut sebagai satu-satunya pedoman dalam menentukan hukum syari’at, padahal orang alim yang diambilnya itu bukanlah seorang yang ma’shum (terpelihara dari dosa). Selain itu, para ulama yang dijadikan pedoman oleh orang-orang yang taqlid tadi, telah berlepas diri dari sikap mereka yang jumud (kaku) dan ta’ashshub (fanatik). Sebagaimana telah disebutkan dalam firman Allah berikut ini,

???? ????????? ?????????? ??????????? ???? ?????????? ???????????? ???????????????????? ????????????? ?????? ???????????? ?

Artinya: “Ketika orang-orang yang diikuti (itu) berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus.” (Qs. Al-Baqarah: 166)

Imam Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah berkata, “Para ulama berpendapat dengan (menggunakan) ayat ini (sebagai hujjah) untuk menyalahkan taqlid.” [Lihat Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (II/160)]

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu pernah berkata, “Ketahuilah, janganlah kalian taqlid kepada seseorang dalam agamanya. Jika orang itu beriman, maka beriman (juga orang yang taqlid padanya). Dan jika orang itu kafir, maka kafir (juga orang yang taqlid padanya). Karena itu, tidak ada teladan dalam hal keburukan.” [Lihat Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (II/168)]

Itulah dampak buruk dari sikap taqlid seorang yang awam dan senantiasa menerima segala hal yang diberikan kepadanya tanpa dikritisi terlebih dahulu. Semakin lama dia taqlid, semakin dia akan terbiasa untuk menerima segala sesuatunya ‘bulat-bulat’, entah yang diterimanya itu adalah ‘madu’ ataukah ‘racun’.

bersambung insyaallah

***
muslimah.or.id
Penyusun: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad
Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits

Maraji’:

1. Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam, Imam Abu Muhammad ‘Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm Azh-Zhahiri, cetakan Maktabah Athif, Kairo.

2. Al-Masa’il Jilid 3, Abdul Hakim bin Amir Abdat, cetakan Darus Sunnah, Jakarta.

3. Antara Taqlid dan Ittiba’, Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah, dimuat dalam Majalah Al-Furqon Edisi 2 Tahun V, Gresik.

4. I’lamul Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘Alamin Jilid 3 dan 4, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, cetakan Daar Ibnul Jauzi, Riyadh.

5. Jami Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi Jilid 1 dan 2, Abu ‘Umar Yusuf bin ‘Abdil Barr, cetakan Daar Ibnul Jauzi, Riyadh.

6. Kitabul ‘Ilmi, Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, cetakan Daar Tsuraya, Riyadh.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Ummu Sa'id

Ummu Sa'id

Artikel Terkait

Kaidah-Kaidah Memahami Hakikat Istiqomah Bag. 1

oleh Titi Komalasari
3 April 2019
0

Tugas selanjutnya bagi seorang hamba yang telah hijrah menuju iman kepada Allah adalah istiqomah.

Nikmat Aman Lebih Baik Daripada Kesehatan

oleh Raehanul Bahraen
10 September 2014
1

Sedikit renungan bagi kita bahwa nikmat kita sekarang sangat banyak, nikmat sehat dan yang paling penting nikmat rasa aman

Ketika Cinta Perlu Bukti Nyata

oleh Pipit Aprilianti
20 Februari 2016
0

Jika sebuah cinta hanyalah sebuah ucapan tanpa bukti, maka ketahuilah bahwa itu merupakan sebuah kepalsuan dan kebohongan

Artikel Selanjutnya

Haruskah Taqlid? (Bagian 2)

Komentar 3

  1. nuurlaeliy ummu salmaan says:
    14 tahun yang lalu

    Bismillah
    smoga kita , Alloh hindarkan dr taqlid buta … aamiin

    Balas
  2. irhaby_007 says:
    14 tahun yang lalu

    Assalamu’alaikum wr wb
    Mohon ijin untuk mengcopy artikelnya dan akan saya share di Nimbuzz.
    Sebelumnya saya mau tanya, lalu bagaimana seharusnya sikap kita pada para ulama, kyai, guru2 kita ? Bukankah kita mendapatkan ilmu dari mereka ?
    Terimakasih dan mohon maaf

    Balas
  3. aris shodhir says:
    13 tahun yang lalu

    Apapun yang terjadi pada diri manusia adalah merupakan cobaan dan ujian dari Allah, baik yang bersifat kesenangan ataupun kesulitan.
    Orang menghadapi kehidupan dengan penuh kesabaran, berarti ia rela dan pasrah atas hadrat Allah tentunya di iringi dengan usaha memaksimal mungkin.
    Begiuulah ia sholat,berarti komunikasih kepada Allah sebagai khalik tak terputus. Dalam sholat manusia minta di tunjuki jalan yang lurus. Hati yang tadinya nyaris lemah, niscaya akan kuat kembali.
    Demikian sholat dan sabar dan sholat menjadi alat pengkokoh bagi pribadi muslim.
    Rasa optimis selalu ada yang dalam pribadi seorang muslim. Sabar dan sholat tidak bisa dipisahkan.
    Di akhir ayat dikatakan “Dan sesungguhnya demikian itu sungguh berat”.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.