Sebentar lagi, kita akan kembali berjumpa dengan bulan yang mulia lagi penuh keberkahan; Ramadan.
Bulan di mana surga dibuka lebar. Neraka ditutup rapat. Rahmat Allah terbuka luas. Musuh-musuh dari kalangan setan tertawan. Pintu-pintu kebaikan menjadi terang benderang. Pahala dan balasan dilipatgandakan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَفِى ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ ٱلْمُتَنَٰفِسُونَ
“Dan untuk yang demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al-Muthaffifin: 26)
Di antara kebiasaan para ulama salaf terdahulu adalah memohon kepada Allah agar dipanjangkan usianya untuk berjumpa dengan bulan Ramadan, sejak enam bulan sebelum datangnya bulan tersebut. Adapun enam bulan setelahnya, mereka berdoa agar Allah menerima segala bentuk amal saleh yang telah mereka kerjakan selama bulan Ramadan.
Oleh sebab itu, hendaknya kita bersiap-siap, menyingsingkan lengan baju, dan mulai melatih diri untuk memperbanyak aktivitas ibadah dan amal saleh dengan mengharapkan rida Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pentingnya tekad yang kuat
Di dalam diri setiap insan terdapat nafsu yang senantiasa mengajak kepada kejelekan. Nafsu tercela yang condong terhadap kesenangan dan pemenuhan syahwat duniawi. Tak ada yang bisa terhindar darinya kecuali orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya ketika menceritakan kisah Yusuf ‘alaihissalam,
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf: 53)
Maka penting bagi kita untuk memiliki keteguhan dan tekad yang kuat dalam melakukan kebaikan. Berjuang dengan gigih untuk menegakkan ketaatan kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Sembari berdoa memohon pertolongan dari-Nya.
Terlebih lagi dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Sebab dengan tekad yang kuat itulah kita dapat meraih kemenangan. Jangan sampai kita terkalahkan dengan diri sendiri sehingga terjatuh dalam lembah kehinaan.
Baca juga: Bagaimana Jika Ini Ramadan Terakhirku?
Ramadan starter pack
Sebagaimana dalam berolahraga kita dituntut untuk melakukan pemanasan agar tubuh siap untuk mengerjakan aktivitas olahraga, begitu pula dalam menyambut bulan Ramadan. Kita dituntut untuk melatih diri pada bulan-bulan sebelumnya untuk memperbanyak melaksanakan ibadah kepada Allah. Melatih diri untuk menjauhi segala bentuk dosa dan maksiat. Hingga tak ada lagi istilah “tidak siap“ ketika berjumpa dengan bulan Ramadan.
Ketika bulan yang mulia itu datang, kita telah siap baik lahir maupun batin untuk berlomba-lomba dalam mendapatkan ampunan serta meraih rahmat Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Abu Bakr Al-Waraq Al-Balkhi berkata, “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Syakban adalah bulan mengairi tanaman. Dan bulan Ramadan adalah bulan memanen hasil.” (Latha’iful Ma’arif, hal. 232)
Diriwayatkan juga bahwa Abu Bakr berkata, “Perumpamaan bulan Rajab itu seperti angin, bulan Syakban seperti awan, sedang bulan Ramadan seperti hujannya.” (Latha’iful Ma’arif, hal. 232)
Sebagian lain berkata, “Satu tahun itu ibarat sebuah pohon. Bulan Rajab adalah masa pertumbuhan daun-daunnya, bulan Syakban adalah masa pertumbuhan cabang-cabangnya, dan bulan Ramadan adalah masa petik buahnya. Orang-orang berimanlah yang menjadi para pemetiknya.” (Latha’iful Ma’arif, hal. 232)
Di antara amal saleh yang dapat kita kerjakan untuk bersiap dalam menyambut datangnya Ramadan adalah:
Berpuasa sunah
Hendaknya kita memperbanyak melakukan puasa sunah. Terlebih di bulan Syakban, sebab Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
وَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan, kecuali Ramadan. Dan aku tidak melihat beliau berpuasa lebih banyak dari pada bulan Syakban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Bagi para wanita yang masih memiliki hutang puasa tahun lalu, hendaknya mereka bersegera dalam melunasi hutang puasa wajib tersebut. Jangan sampai menunda-nunda, hingga Ramadan telah dekat sedang mereka berada dalam kondisi lalai dalam menunaikan kewajibannya.
Membaca Al–Quran
Sesuatu yang tidak dirutinkan, akan berat sekali untuk dilakukan. Begitu pula dalam membaca Al-Quran, apabila kita tidak rutin mengerjakannya, akan berat sekali bertahan dan berlama-lama untuk membacanya.
Padahal Ramadan adalah bulan Al-Quran. Tak dapat dipisahkan antara berpuasa di bulan Ramadan dengan memperbanyak tilawatil Qur’an (membaca Al-Quran). Maka hendaknya kita mulai memperbanyak interaksi bersama Al-Quran. Sedikit demi sedikit menambah durasi dalam membacanya.
Bersedekah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang sangat dermawan. Dan kedermawanan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertambah di bulan Ramadan. Hingga dikatakan kedermawanan Nabi bagaikan ‘angin yang berhembus’.
Tak ayal sebagian dari kita mungkin merasa berat untuk bersedekah. Terlebih dalam kondisi ekonomi yang sulit seperti saat ini. Tetapi hendaknya kita tetap memaksa diri, untuk membagikan sebagian nikmat yang telah Allah karuniakan, kepada orang-orang yang lemah dan fakir di antara kita.
Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata, “Orang-orang saleh terdahulu, jiwa mereka sangat mudah dikendalikan kepada kebaikan, sedangkan jiwa kita liar, tidak mudah melakukan ibadah kecuali dengan dipaksa, seharusnyalah kita memaksanya.”
Bermuhasabah dan memperbanyak istigfar
Seorang muslim adalah pribadi yang senantiasa menghitung-hitung dirinya. Amalan apa yang telah ia lakukan dan berapa banyak kelalaian, dosa dan maksiat yang ia kerjakan.
Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kekasih Allah Ar–Rahman, yang telah Allah ampuni dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Akan tetapi, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap beristigfar memohon ampun kepada Allah. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ: تُوْبُوا إِلَى رَبِّكُمْ، فَوَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Wahai manusia, bertobatlah kepada Rabbmu, karena demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh, aku benar-benar beristigfar dan bertobat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari 11: 85, Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 1285, At-Tirmidzi no. 3255, dan Ibnu Hiban no. 2456)
Maka beristigfarlah! Mohon ampun atas kelalaian, dosa, dan maksiat yang telah kita kerjakan selama ini.
Hendaknya kita juga memperhatikan kualitas dari setiap amalan yang kita kerjakan. Karena Allah Ta’ala berfirman,
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلً
“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk: 2)
Yaitu yang paling ikhlas niatnya dan paling mengikuti sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Saudaraku, ingatlah bahwa kehidupan kita di dunia ini adalah sebuah kesempatan yang tidak akan terulang kembali. Betapa banyak saudara-saudara kita yang telah pergi meninggalkan kita dan terhalang untuk bertemu kembali dengan Ramadan pada tahun ini. Sebab itu, masimalkanlah waktu yang kita miliki, ikhlaskan niat, dan berdoalah kepada Allah, semoga Allah sampaikan umur kita untuk kembali berjumpa dengan Ramadan dan menjadikan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan kemuliaan berupa surga yang telah Allah janjikan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.
Baca juga: Keistimewaan Bulan Ramadan, Waktu Terbaik dalam Mendekatkan Diri kepada Allah
***
Penulis: Annisa Auraliansa
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Ibnu Rajab Al-Hanbali. (2018). Latha’iful Ma’arif. Penerbit Al Qowam Sukoharjo. Cetakan pertama, Syawal 1439/ Juli 2018.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. (2015). Ritual Sunnah Setahun. Penerbit Media Tarbiyah Bogor. Cetakan kedua, Rabi’ul Awal 1436/ Januari 2015.
Armen Halim Naro. (2012). Bersemilah Ramadhan. Penerbit Darul Ilmi Bogor. Cetakan kelima, Sya’ban 1433/ Juli 2012.