Karunia Allah kepada Nabi Muhammad di akhirat
Selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman,
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰٓ
“Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.” (QS. Adh-Dhuha: 5)
Syaikh ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Dengan kata lain, memberimu apa-apa yang kamu ridai sehingga engkau puas. Allah Ta’ala telah memberi beliau (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) apa-apa yang menjadikan beliau rida dan puas. Allah Ta’ala akan membangkitkan beliau pada hari kiamat pada posisi yang sangat terpuji. Di tempat itu beliau akan dipuji oleh semua orang terdahulu dan semua orang terkemudian. Hingga para nabi dan ulul azmi dari kalangan para rasul tidak bisa mencapai apa yang dicapai oleh beliau.
Pada hari kiamat, akan datang kesulitan besar dan kesedihan kepada semua manusia, semua urusan menjadi sangat sulit. Sebagian mereka meminta kepada sebagian lain agar mencari orang yang bisa memberikan syafaat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka mendatangi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Dari kelima nabi itu, pertama adalah bapak semua manusia. Keempat nabi lainnya: Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa ‘alaihim ash-shalatu wassalam adalah dari para ulul azmi. Semua nabi itu menolak untuk memberikan syafaat bagi semua manusia. Akhirnya sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bangkit memberikan syafaat. Tidak diragukan bahwa semua ini adalah anugerah yang sangat agung, yang belum pernah diterima oleh seorang pun dari semua manusia.” (Tafsir Juz Amma Syaikh ‘Utsaimin, hal. 343-344)
Di antara karunia Allah juga kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhirat kelak adalah sungai Al-Kautsar, yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentangnya,
فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيْهِ رَبِّي عز وجل ، عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ ، هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عليه أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُوم في السَّمَاءِ، فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ، فَأَقُولُ: رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي. فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثَ بَعْدَكَ
“Sesungguhnya Al-Kautsar itu adalah suatu sungai yang dijanjikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla kepadaku. Di atasnya terdapat kebajikan yang banyak. Ia adalah sebuah telaga yang akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat. (Jumlah) bejananya sebilangan bintang di langit. Maka seorang hamba di antara mereka ada yang tertahan (sehingga tidak bisa mendatanginya), lalu aku berkata, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya ia termasuk golongan umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Sesungguhnya kamu tidak mengetahui (bid’ah) apa yang dia lakukan sepeninggalmu.” (HR. Muslim, 1: 300)
Dalam hadis yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا أَنَا بِنَهْرٍ، حَافَتَاهُ خِيَامُ اللُّؤْلُؤِ، فَضَرَبْتُ بِيَدِي إِلَى مَا يَجْرِي فِيْهِ الْمَاءَ، فَإِذَا مِسْكٌ أَذْفَرُ. قُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِي أَعْطَاكَهُ اللَّهُ عز وجل
“Aku masuk surga. Tiba-tiba aku berada di suatu sungai yang kedua tepinya adalah tenda yang terbuat dari mutiara. Lalu aku mencelupkan tanganku ke dalam air yang mengalir di sungai tersebut, maka tiba-tiba tanganku beraroma kesturi (misik) yang sangat wangi. Aku bertanya, ‘Apa ini wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Inilah sungai Al-Kautsar yang telah dianugerahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu.” (HR. Ahmad, 3: 103)
Hadis seperti itu juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya dan Muslim dari Anas bin Malik, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan perjalanan Mikrajnya ke langit, beliau bersabda,
أَتَيْتُ عَلَىٰ نَهْرٍ حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ الْمُجَوَّفِ فَقُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الْكَوْثَرُ
“Aku telah mendatangi suatu sungai di mana kedua tepinya adalah kubah yang terbuat dari mutiara yang berongga. Lalu aku bertanya, ‘Sungai apa ini, wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Inilah sungai Al-Kautsar.’” (HR. Bukhari no. 4946)
Ahmad meriwayatkan dari Anas, bahwa seorang laki-laki, bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah Al-Kautsar itu?” Beliau menjawab,
نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ أَعْطَانِيْهِ رَبِّي، لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحَلَّى مِنَ الْعَسَلِ، فِيْهِ طُيُورٌ أَعْنَاقُهَا كَأَعْنَاقِ الْجُزُرِ
“Yaitu suatu sungai di surga, dianugerahkan oleh Rabbku kepadaku. Sungguh, sungai tersebut lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, di sekelilingnya terdapat burung-burung yang lehernya bagaikan leher unta.”
‘Umar berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya burung-burung itu benar-benar mengenyam kenikmatan.” Beliau bersabda,
آكِلُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا يَا عُمَرُ
“Pemakan burung-burung itu (penduduk surga) lebih mengenyam kenikmatan wahai ‘Umar.” (HR. Ahmad, 3: 220)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْكَوْثَرُ: نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ، حَافَتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، وَالْمَاءُ يَجْرِي عَلَى اللُّؤْلُؤِ، وَمَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ
“Al-Kautsar merupakan suatu sungai di surga, kedua tepinya terbuat dari emas, airnya mengalir di atas mutiara, dan warna airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu.” (HR. Ahmad, 2: 67)
Larangan berputus asa dari rahmat Allah
Sebagian ulama mengatakan bahwa ayat yang paling memberikan pengharapan adalah ayat kelima dalam surah Adh-Dhuha ini. Dikarenakan Rasulullah sangatlah menyayangi orang-orang mukmin dan sangat bercita-cita agar para pengikut beliau masuk ke dalam surga.
Allah Ta’ala berfirman berkaitan dengan kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat beliau,
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)
Di dalam hadis dari sahabat Abdullah bin Mas’ud, ia berkata,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قُبَّةٍ نَحْوًا مِنْ أَرْبَعِينَ رَجُلًا، فَقَالَ: أَتَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: قُلْنَا: نَعَمْ، فَقَالَ: أَتَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا ثُلاُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ فَقُلْنَا: نَعَمْ، فَقَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا نِصْفَ أَهْلِ الجنَّةِ، وَذَاكَ أَنَّ الْجَنَّةَ لَا يَدْخُلُهَا إِلَّا نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ، وَمَا أَنْتُمْ فِي أَهْلِ الشِّرْكِ إِلَّا كَالشَّعْرَةِ الْبَيْضَاءِ فِي جِلْدِ الثَّوْرِ الْأَسْوَدِ، أَوْ كَالشَّعْرَةِ السَّوْدَاء فِي جِلْدِ الثَّوْرِ الأحمر
“Kami berjumlah 40 orang pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di suatu kemah. Lalu, Rasulullah bertanya, ‘Apakah kalian senang apabila menjadi seperempat dari penghuni surga?’ Kami menjawab, ‘Ya’. Kemudian, beliau bertanya, ‘Apakah kalian senang menjadi sepertiga penghuni surga?’ Kami menjawab, ‘Ya’. Beliau bersabda, ‘Dan demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sesungguhnya aku berharap kalian menjadi setengah dari penghuni surga karena tidak ada yang masuk surga kecuali orang yang memiliki jiwa yang berserah diri kepada Allah, dan kalian tidaklah termasuk golongan ahlu syirik, kecuali bagaikan bulu putih di kulit sapi hitam, atau bagaikan bulu hitam di kulit sapi merah.” (HR. Bukhari no. 6528 dan Muslim no. 221)
[Bersambung]
Kembali ke bagian 2 Lanjut ke bagian 4
***
Penulis: Annisa Auraliansa
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Ibnu Katsir Jakarta, Cetakan Kedelapan Rabi’ul Awwal 1435/ Januari 2014.
Tafsir Juz Amma Syaikh ‘Utsaimin, Darul Falah Jakarta, Cetakan Pertama 2007.
Tafsir Juz Amma, Ustadz Dr. Firanda Andirja, Cetakan Pertama Oktober 2018.
Shahih Al-Bukhari, Pustaka As-Sunnah Jakarta, Cetakan Pertama April 2010.