Teks hadis
Hadis yang dimaksud di sini adalah,
وبروا آباءكم، تبركم أبناؤكم
“Berbuat baiklah kepada orang tuamu, maka anak-anakmu akan berbuat baik kepadamu.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak. Sanadnya dinilai dha’if (lemah) oleh banyak ulama ahli hadis. Al-Albani rahimahullah menyebutkan hadis ini di dalam As-Silsilah Adh-Dha’ifah no. 2043.
Islam memperhatikan hak antara orang tua dan anak
Di antara istimewanya syariat Islam adalah perhatian dalam memberikan hak masing-masing, sehingga seseorang tidak diperkenankan untuk menyepelekan hak orang lain, meskipun orang tersebut kedudukannya lebih rendah. Syariat Islam memenuhi seluruh kebutuhan manusia di segala aspek kehidupan. Termasuk di antaranya syariat dan hukum khusus dalam kehidupan rumah tangga. Islam mengajarkan hak-hak orang tua terhadap anaknya dan begitu pula anak terhadap orang tuanya. Tanpa menyepelekan dan berlebihan di antara satu sama lain. Islam menghindari terjadinya perbuatan durhaka anak terhadap orang tua, maupun sebaliknya.
Kedurhakaan anak bisa jadi disebabkan oleh kelalaian orang tua
Abul Laits As-Samarqandi di dalam “Tanbihul Ghofilin” mengatakan, diriwayatkan dari ‘Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ada seorang laki-laki datang membawa anaknya, kemudian dia mengatakan, “Sesungguhnya anakku ini berbuat durhaka kepadaku.” Kemudian Umar radhiallahu ‘anhu mengatakan kepada anak tersebut, “Tidakkah engkau takut kepada Allah karena berbuat durhaka kepada ayahmu?” Anak tersebut menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, apakah anak tidak punya hak atas orang tuanya?” Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Ya. Ada. Hak orang tua terhadap anaknya adalah menyenangkan hati ibunya (maksudnya, dia tidak menikahi wanita yang keji agar anaknya tidak tercela karenanya), memberikan nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Quran.”
Maka, anak tersebut berkata, “Demi Allah, ayahku tidaklah memuliakan ibuku, juga tidak memberikan nama yang baik untukku. Ayahku menamaiku Ju’la. Ayahku tidak mengajariku Al-Quran meskipun satu ayat saja.” Kemudian Umar radhiyallahu ‘anhu berpaling kepada ayahnya, “Engkau mengatakan, ‘Anakku durhaka kepadaku’?! Sesungguhnya dirimulah yang telah berbuat durhaka kepada anakmu sebelum anakmu berbuat durhaka kepadamu.”
Riwayat di atas tidak kami (Tim Islamweb-red) ketahui sanadnya. Akan tetapi, seandainya perkataan tersebut dikatakan oleh salah seorang ulama, atau ahli hikmah, maksudnya adalah barangsiapa yang berbuat baik kepada anaknya di masa kecilnya dengan konsisten dalam mengasuhnya, mengajarkannya ketaatan dan adab yang baik, maka hal tersebut akan berdampak kebaikan ketika anak tersebut dewasa. Inilah yang sering terjadi, akan tetapi hal ini tidak mesti. Karena kadang kala bisa juga yang terjadi adalah ketika orang tua telah mendidik anaknya dengan baik, akan tetapi anak tersebut berbuat durhaka ketika ia dewasa. Begitu pula terkadang ada orang tua yang tidak bisa mendidik anaknya dengan baik, akan tetapi ketika anak tersebut dewasa, Allah Ta’ala memberikan hidayah kepadanya, dan dia menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Wallahu a’lam.
Baca juga: Ketika Orang Tua Mengharapkan Anak Menjadi Ahlul-Quran
***
Penulis: Triani Pradinaputri
Artikel Muslimah.or.id
Referensi: