Kehidupan manusia tak lepas dari aktivitas tertawa dan tersenyum. Hanya saja bagaimana aktivitas ini dikelola dengan bijak sehingga memberi manfaat untuk kehidupan akhirat dan dunia. Terlalu banyak tertawa kadang membuat hati seolah melupakan beban berat akhirat, kita tak tau pasti apakah kita termasuk ahli surga. Tertawa berlebihan akan membuat hati dan lisan lupa dzikrullah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
??? ???? ?????? ??? ???? ????? ???? ?????
“Janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati” (HR. At-Tirmidzi, 2/50).
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
??????? ????? ?????? ??? ?? ?????? ?? ????? ? ???? ? ?? ?????? ?? ???? ?????? ????? ? ?????? ???? ??? ??? ??? ????? ???? ???? ??? ???? ???? ? ??? ??? ??? ??? ??? ???? ?????? ??? ????
“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini, seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis”.
Anas bin Malik -perawi hadist ini- mengatakan “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih buruk bagi para sahabat selain hari ini. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan”. (HR. Muslim, no. 2359).
Ini petunjuk nabawi agar mukmin bisa menjaga lisannya dan akhlaknya agar bersikap santun. Bisa jadi tertawa lepas tanpa kontrol melukai hati orang lain atau membuat hubungan persahabatan membuat renggang, terlebih lagi dia orang tersebut berkarakter sensitif.
Di Balik Indahnya Senyuman
Senyuman yang tulus merupakan cerminan kebersihan hati, bahkan dalam Islam tersenyum yang diniatkan sebagai ibadah untuk membahagiakan orang lain terhitung pahala. Dari Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
?? ???? ???? ???? ??? ???? ???? ? ??? ??????? ????? ??? ??? ??? ?????? ???? ??? ?????
“Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, beliau biasanya hanya tersenyum”. (HR. Bukhari No. 6092 dan Muslim No. 1497).
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam gemar menebar senyum kepada orang lain. Inilah ekspresi kegembiraan yang membuat orang lain senantiasa nyaman dan bahagia tatkala memandang wajah beliau.
Jarir bin Abdullah al-Bajali bertutur, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melarangku (menemui beliau) semenjak aku masuk Islam, dan tidak juga melihatku kecuali beliau tersenyum di hadapanku” (HR. Bukhari – Muslim).
Nasehat Salaf Seputar Tertawa
Sungguh para salafuna shalih sangat konsisten dalam meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memberi teladan indah agar umat ini mengikuti jejak emas Nabinya.
Ini wujud kecintaan pada sunnah dan menjadikan generasi selanjutnya senantiasa menjadikan petunjuk Islam sebagai barometer beramal shalih.
Mawardi rahimahullah berkata: “Adapun tertawa, apabila seseorang membiasakannya dan terlalu banyak tertawa hal itu akan melalaikan dan melupakannya dari hal-hal yang penting. Orang yang banyak melakukannya tidak akan memiliki wibawa dan kehormatan. Orang yang terkenal dengan hal ini tidak akan memiliki wibawa dan kehormatan. Orang yang terkenal dengan hal ini tidak akan memiliki kedudukan dan martabat” (Adabu ad-Dunya wa ad-Din, hal 3/3).
Demikianlah sebuah renungan agar kaum muslimin hati-hati dan membiasakan untuk tersenyum ketika melihat perkara-perkara kebaikan, saat interaksi dengan orang lain dan ketika ada kebutuhan atau hajat yang memperbolehkannya tersenyum. Hindari tertawa terbahak-bahak karena ini bukan adab seorang mukmin.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
1. Psikologi Islam Yang Sempurna, dr. Raehanul Bahraen, Muslimafiyah publising, Yogyakarta, 2018
2. Begini Seharusnya Menjadi Guru (terjemah), Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub, Darul Haq, Jakarta 2014
Artikel Muslimah.or.id