Ibu adalah sosok menakjubkan yang seharusnya bersamanya akan terukir kisah-kisah indah yang selalu terkesan selamanya. Cinta dan kasih sayang seorang ibu senantiasa melekat di hati dan sosok anak yang berbakti. Akan selalu membersamainya dalam berbagai peristiwa hingga ajal menjemput. Figur memesona yang mampu mengantarkannya menuju keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla, dialah anak shalih shalihah yang dengannya orang tua bahagia. Sebuah gambaran hangat, akrab, dan luar biasa, sebagaimana cuplikan cerita nyata di bawah ini.
?? ??? ???????? ??????? ????? ??????? ??????? ????? ??????? ?????????? “??????? ?????? ???? ????? ?????????? ????? ???????? ?? (??????) ??????? ?????? ???????? ????? ????????? ????: ?????????? ???????? ?????????? ??????? ????????????? ??? ??????????! ???????: ?????????? ?????????? ?????????? ??????? ?????????????. ???????: ???????? ??????? ????? ???????????? ????????. ?????????: ??? ???????! ????????. ????????? ??????? ??????? ???????? ??????? ????? ??????????? ????????”
Dari Abu Murrah Maula Ummu Hani` binti Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ia menceritakan, “Pada suatu kesempatan aku pernah pergi menemani Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ke rumah ibunya. Ketika telah sampai, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Semoga Allah merahmatimu ibu, karena engkau telah mendidikku di waktu kecil.” Ibunya balas berkata, “Demikian pula engkau anakku, semoga Allah meridhai dan membalas kebaikan kepadamu atas segala baktimu di saat aku telah tua.”” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no.11. Dihasankan Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Adab al-Mufrad )
Kisah ini penuh dengan hikmah, betapa akrabnya sahabat Nabi dengan ibundanya. Mereka saling mengungkapkan doa dan harapannya untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Sebuah dialog yang mampu membangun kedekatan hati dan membuat jalinan cinta keduanya semakin erat. Inilah sosok orang tua yang sangat memahami dan menghargai anak, dan anak shalih yang mampu bersyukur dengan nikmat Allah ‘Azza wa Jalla dengan selalu berbakti kepada orang tuanya.
Kisah yang tak kalah luar biasanya adalah peristiwa yang terjadi pada Kahmas bin Hasan dengan kalajengking. Dari Abu ‘Abdurrahman bin al-Hanafi ia mengisahkan, Kahmas bin Hasan melihat kalajengking masuk ke dalam rumahnya, maka dengan sigap Kahmas mengejar dan memburunya untuk dibunuh, namun sayang ia kalah cepat, kalajengking itu malah masuk lubang. Kahmas tidak kehabisan akal, segera ia masukkan tangannya ke dalam lubang tersebut untuk mengambil kalajengking tersebut. Namun, musibah malah menimpanya, tangannya disengat kalajengking. Aku bertanya, “Mengapa engkau lakukan itu?” Kahmas menjawab, “Aku khawatir kalajengking itu keluar dan menyengat ibuku.” (Hilyatul Auliya`, 6/211 dan Siyar A’lami an-Nubala, 6/317)
Inilah di antara karakter mulia anak shalih, selalu mengkhawatirkan keadaan orang tuanya. Dia tidak rela mereka mengalami penderitaan hingga sang anak melakukan berbagai cara agar orang tuanya senantiasa dalam keadaan sehat, aman, serta gembira. Kisah kebersamaan yang harmonis dengan orang tua, terutama dengan ibu bukan hanya cerita menakjubkan yang ada di dunia pena, namun sebuah kisah nyata atau fakta yang pernah dialami atau dituturkan oleh orang-orang shalih yang mendapat petunjuk Allah ‘Azza wa Jalla.
Demikian juga, kisah orang yang menggendong ibunya saat tawaf yaitu, kisah fenomenal Uwais al-Qarni yang sangat perhatian pada ibunya hingga menunda tekadnya menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah di antara jejak-jejak luar biasa betapa sosok itu sangat berarti bagi seorang mukmin untuk meraih surga yang dijanjikan Allah ‘Azza wa Jalla. Cerita yang seharusnya memotivasi kita untuk lebih intens meraih kedekatan hati dan fisik dengan ibu yang berkorban sedemikian besar dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Begitu pula, kisah orang buta yang sangat sayang pada ibunya hingga dia senantiasa menyiapkan makanan, dan minuman, menjaganya takala sakit, padahal dia memiliki saudari perempuan dan istri. Inilah bukti bahwa dengan keimanan yang mendalam, mereka percaya balasan terbaik akan diberikan Allah ‘Azza wa Jalla ketika berbakti dengan orang tua diiringi niat ikhlas. Lalu kisah seorang laki-laki yang terjebak dalam gua, dimana dia sangat berbakti pada kedua orang tuanya yang telah lanjut usia. Dengan perbuatan baiknya tersebut, Allah ‘Azza wa Jalla mudahkan urusannya sehingga terlepas dari penderitaan.
“Berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan hal yang wajib dalam keadaan bagaimanapun. Baik ketika mereka masih muda, maupun sudah lanjut usia. Terlebih saat mereka telah lanjut usia, maka sangat membutuhkan perbuatan baik dari anak-anaknya disebabkan makin lemah fisik mereka. Berbakti kepada orang tua menjadi jalan menuju surga. Adapun, durhaka kepada kedua orang tua mengharuskan pelakunya masuk neraka dan terusir dari rahmat Allah.” (Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Syarah Riyadhus Shalihin, Jilid 2, Jakarta, Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2005, hlm. 21)
Wallahu a’lam.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
1. Majalah al-Furqon, edisi 2 Tahun V, 1426 H.
2. Majalah as-Sunnah, edisi 11 Tahun VII, 2005.
Artikel Muslimah.or.id