Dia adalah seorang shahabiyyat bernama Su’airah al-Asadiyyah atau yang dikenal dengan Ummu Zufar radhiyallohu’anha. Walau para ahli sejarah tak menulis perjalanan kehidupannya secara rinci, karena hampir semua kitab-kitab sejarah hanya mencantumkan sebuah hadits dalam biografinya, namun dengan keterangan yang sedikit itu kita dapat memetik banyak faedah, pelajaran, serta teladan yang agung dari wanita shalihah ini.
Su’airah al-Asadiyyah berasal dari Habsyah atau yang dikenal sekarang ini dengan Ethiopia. Seorang wanita yang berkulit hitam, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh ketulusan. Ia adalah perumpamaan cahaya dan bukti nyata dalam kesabaran, keyakinan dan keridhaan terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah, Rabb Pencipta Alam semesta ini. Dia adalah wanita yang datang dan berbicara langsung dengan pemimpin orang-orang yang ditimpa musibah dan imam bagi orang-orang yang sabar, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Dialog mereka berdua telah dimaktub dan dinukilkan di dalam kitab sunnah yang mulia. Telah diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab shahihnya dengan sanadnya dari ‘Atha’ bin Abi Rabah ia berkata, Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.”
Ia berkata, ”Wanita berkulit hitam ini (orangnya). Ia telah datang menemui Nabi shallallahu’alaihi wasallam lalu berkata:
“Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka tanpa disadari auratku terbuka. Do’akanlah supaya aku sembuh.” Rasululloh shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Jika engkau kuat bersabar, engkau akan memperoleh surga. Namun jika engkau ingin, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.”
Maka ia berkata:”Aku akan bersabar.” Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya aku (bila kambuh maka tanpa disadari auratku) terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka.” Maka Beliau shallallahu ’alaihi wasallam pun mendoakannya. (HR Al-Bukhari 5652)
Perhatikanlah … betapa tingginya keimanan wanita ini. Ia berusaha menjaga hak-hak Allah dalam dirinya. Tak lupa pula mempelajari ilmu agama-Nya. Meski ditimpa penyakit, ia tidak putus asa akan rahmat Allah dan bersabar terhadap musibah yang menimpanya. Sebab ia mengetahui itu adalah sesuatu yang diwajibkan oleh Allah. Bahwasanya tak ada suatu musibah apapun yang diberikan kepada seorang mukmin yang sabar kecuali akan menjadi timbangan kebaikan baginya pada hari kiamat nanti.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“ Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan diberi pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar :10)
Di dalam musibah atau cobaan yang diberikan Allah kepada manusia terkandung hikmah yang agung, yang dengannya Allah ingin membersihkan hambanya dari dosa. Dengan keyakinan itulah Su’airah lebih mengutamakan akhirat daripada dunia, kerana apa yang ada d isisi Allah lebih baik dan kekal. Dan Ketika diberikan pilihan kepadanya antara surga dan kesembuhan, maka ia lebih memilih surga yang abadi. Akan tetapi di samping itu, ia meminta kepada Rasululloh shallallahu ’alaihi wasallam untuk mendoakan agar auratnya tidak terbuka bila penyakitnya kambuh, karena ia adalah wanita yang telah terdidik dalam madrasah ‘iffah (penjagaan diri) dan kesucian, hasil didikan Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, dan menjaga hak Allah yang telah memerintahkan wanita muslimah untuk menjaga kehormatan dirinya dengan menutup aurat. Allah subhanahu wa ta’alla berfirman:
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (Qs An-Nur: 31)
Su’airah telah memberikan pelajaran penting bagi para wanita yang membuka auratnya, bahwa hendaknya mereka bersyukur kepada Allah ta’alla atas nikmat kesehatan yang telah dilimpahkan kepada mereka. Berpegang dengan hijab yang syar’i adalah jalan satu-satunya untuk menuju kemuliaan dan kemenangan hakiki, karena ia adalah mahkota kehormatannya. Dalam permintaannya, Su’airah hanya meminta agar penyakit yang membuatnya kehilangan kesadarannya itu tidak menjadi sebab terbukanya auratnya, padahal dalam keadaan itu pena telah diangkat darinya! Akan tetapi, ia tetap berpegang dengan hijab dan rasa malunya!
Betapa jauhnya perbandingan antara wanita yang pemalu dan penyabar ini dengan mereka yang telanjang yang tampil dilayar-layar kaca dan terpampang di koran dan majalah-majalah. Tak perlu kita mengambil contoh terlalu jauh sampai ke negara-negara barat sana. Cukuplah kita perhatikan di negara kita tercinta ini saja, banyak kita temukan wanita-wanita telanjang berlalu lalang dengan santainya di setiap lorong dan sudut kota, bahkan di kampung-kampung tanpa rasa malu sedikitpun. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah sebutkan perihal mereka ini dengan sabdanya:
“ Ada dua golongan penduduk neraka yang aku belum pernah melihat mereka: satu kaum yang memiliki cemeti seperti ekor sapi dimana mereka memecut manusia dengannya, dan kaum wanita yang berpakaian akan tetapi telanjang, genit dan menggoda, (rambut) kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Sungguh mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapati baunya, padahal bau surga bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian (jauhnya).” (HR Muslim 5704)
Mereka tak ubahnya seperti binatang yang kemana-mana tak berpakaian karena mereka memang tidak berakal! Keluarnya mereka telah merusak pandangan orang-orang yang berakal. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam juga bersabda tentang mereka:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَان
“Seorang wanita itu (seluruhnya) aurat. Apabila ia keluar (rumah) maka setan akan membuat mereka nampak indah di hadapan orang-orang yang memandanginya.” (HR Tirmidzi 1206, dishahihkan al-Albani dalam Shahihul Jami’ no 6690)
Dan sungguh semua itu bertolak belakang dengan fitrah manusia. Allah ta’ala berfirman:
“ Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka memiliki telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Qs Al A’raf :179)
Demikianlah sosok Su’airah al-Asadiyyah radhiyallahu’anha, wanita yang dipuji Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam akan kesabaran dan ‘iffah (penjagaan diri)nya. Semoga pelajaran agung yang telah diwariskannya dapat menjadi acuan bagi wanita muslimah menuju keridhaan Allah subhanahu wa ta’alla, dan menjadikan kita penghuni surga sebagaimana Su’airah, Aamiin.
***
Artikel Muslimah.or.id
Dikutip dari majalah Mawaddah Edisi 7 tahun ke-3
idzin share..
syukron
Subhanallah… semoga hambaMU ini selalu di berikan kesabaran…dan keridhaanMU….
semoga menjadi tauladan untuk kita,amiin
mohon ijin share.terima kasih:-)
Jazakumullah khaira, izin share semoga dapat menjadi inspirasi untuk muslimah lainnya.
Subhanallah,semoga kita diberi kemudahan untuk meneladani salah satu wanita shalihah ini.Amin.
alhamdulillah ya allah,semoga dengan ilmu ini kami lebih memahami langkah dan cara menjadi ummat mu yang shalihah dan diberikan kesabaran dan kekuatan dalam menempuh jalanmu sebagaimana sosok su’airah al asyadiyah.amin ya robbal alamin
izin share di web kami ukhti….syukran
Ass wr wb . . . Aku mau nanya bagaimana hukumnya apakah haram seorang wanita menikah dengan laki laki anak dari saudara sepupu .
@ Ella
Wa’alaikumussalam,
Anak saudara sepupu bukan mahram sehingga boleh menikah dengannya.
subhanallohu, indah sekali nasehatnya..!!
subhanaallah…!
dengan adanya nasehat-nasehat ini semoga kita bisa jadi hamba allah yang teladan.
Amin…
subhanallah…indah sekali.
mohon izin share
Jazakumullah khair,
artikel ini sangat bermanfaat bagi saya. izin share ….ya. syukron
ternyata memang “sabar ” merupakan kunci dari segalanya
Subhanallah.. Izin share yaaa ^^
Bismillah
assalamu’alaikum, izin mau ty ada seorang janda (muslim), tetapi keluarganya non muslim mau menikah lagi. siapakah yang bisa menjadi walinya,,,? jazakumullahu khairan.
@ Iim
Wa’alaikumussalam,
Jika memang demikian maka yang berhak menjadi wali adalah penguasa (wali hakim) dan di Indonesia wali hakim adalah petugas KUA atau biasa disebut pak penghulu.
subhanalloh..ijin share…
alhamdullilah…sukron for infonya, semoga hamba bs menjd wanita yg sabar dimata Allah….amin
izin copas buat blog ya
izin share ya, artikelnya sangat bermanfaat buat para muslimah yg belum berhijab….. jazakalloh
subhanallah…
izin share :)
syukron katsir, atas sirahnya..
subhanallah…somoga kita selalu menjaga atas apa yg harus kita jaga.
bener2 menjadi sebuah pelajaran yg sangat penting buat kita dan semuah muslimah terutama..!!
izin share, ya..?!!
Ass wr wb . .
ijin share ya
Ijin share ya
bismillah. .ijin copy ya. .syukron
Susah sekali mencari Su’airah di zaman jahiliah seperti sekarang ini…Bagai mencari jarum emas di dasar samudra berkarang cadas…
assalammualaikum.semoga ALLAH SUBHANA WATAALA menjadikan wanita INDONESIA seperti SU’AIRAH.amin ijin copas syukron
???????? ???????? ????????????? ?????????? ???????? ???????
? Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan diberi pahala tanpa batas.? (QS Az-Zumar :10)
ya Allah… jadikanlah aku menjadi wanita yang penuh dengan kesabaran… keikhlasan…
Aamiin..
subhanallah… ya ALLAH mga kmi trus mnjga hijab kmi demi meraih keridhoan-MU aamiin..
ijin share…mksh
assalamu’alaikum izin share ya….
muslimah.or.id
Izin share sukron
mohon ijin share, trimakasih
Subhanalloh…ijin share ya
Masyaa Allah, jazakumullahu khairon atas ilmunya, ijin share..