Mengikhlaskan niatnya hanya demi ridha Allah subhanahu wa ta’ala adalah amal shalih yang harus senantiasa diupayakan oleh setiap mukmin. Sebuah amal meski terasa kecil namun karena diniatkan ikhlas akan menjadi besar, sebaliknya banyaknya amalan besar menjadi kecil karena rusaknya niat di hati.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Diantara fenomena nifaq amali yang paling besar ialah ketika seseorang beramal dengan berpura-pura menampakkan bahwa ia berniat baik dengannya, padahal amalan itu hanyalah sebuah sarana yang ia gunakan untuk mencapai suatu maksud jahat sehingga bisa terlaksana atau ia hanyalah kamuflase untuk mengetahui orang lain, dan ia pun bangga karena bisa memperdaya dan mengelabui orang, sekaligus mendapat pujian mereka, padahal itu semua hanyalah cara yang ia gunakan demi melaksanakan niat jahatnya yang tersembunyi! Perilaku semacam itu telah dijelaskan dalam Al-Qur’an ketika bercerita tentang orang-orang Yahudi dan munafiqin” (Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam, II/493)
Ikhlas butuh kesungguhan dan kesabaran dalam menjalaninya, kita bersungguh-sungguh menghadirkan niat dan terus memohon pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala agar selalu ikhlas dalam segala ucapan dan perbuatan. Dan salah satu kiat untuk ikhlas adalah berupaya menyembunyikan amal yang dilakukannya. Dengan melakukan ibadah yang tak terlihat orang niscaya hatinya lebih selamat dan tidak terpengaruh ucapan orang lain. Dia hanya berharap cinta dan pujian dari Allah ‘Azza wa Jalla semata.
“Ayyub bin Kisan As-Akhtiyani melakukan shalat sepanjang malam, ia menyembunyikan hal tersebut. Ketika telah datang waktu subuh, ia mengangkat suaranya seolah-olah baru bangun saat itu” (Hilyatul Auliya’, (3/8)
Ibnu Aisyah berkata: “Bapakku berkata,”Aku mendengar penduduk Mekkah berkata,”Kami tidak pernah kehilangan sedekah yang tersembunyi hingga meninggalnya Ali bin Al-Husain” (Shifatus Shafwah, 2/9).
Bisa dikatakan kuncinya keselamatan ibadah terletak pada faktor keikhlasan; dengan membaca biografi orang-orang shalih dari kalangan imam-imam terkemuka, ahli ibadah dan orang-orang zuhud akan semakin memotivasi dan menginspirasi kaum muslimin untuk berlaku ikhlas. Merenungi kembali untaian-untaian hikmah para salaf berkaitan dengan perkara keikhlasan niscaya akan menumbuhkan semangat serta antusiasme kita untuk selalu meneladaninya dan menjadikan iman lebih bersemi.
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Bersikaplah acuh terhadap orang lain serta menghapus pengaruh dari hati mereka dengan tetap beramal shalih disertai niat yang ikhlas dengan berusaha menutup-nutupinya adalah sebab utama yang mengangkat kedudukan orang-orang yang mulia” (Shaidul Khaatir, hal. 251).
Keikhlasan akan membuka pintu rahmat dan barakah Allah subhanahu wa ta’ala. Hindari beramal dengan niat mencari dunia semata. Ikhlas akan berbuah manis, batin akan tenang, kebahagiaan tak terkira dan amalan lebih sempurna. Dengan ikhlas kita akan menjadi hamba yang unggul, pilihan dan sosok yang mukhlis sejati yang dijaga Allah dari makar setan la’natullah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman ketika menyitir perkataan iblis:
????? ????????????? ?????????????????? ???????????? (82) ??????????????? ???????? ??????????????? (83)
Artinya: Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan datang menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas diantaraa mereka” (Qs. Shaad: 82-83).
Wallahu a’lam.
Referensi :
1. Perjalanan Ulama’ Menuntut Ilmu (terjemah) Abu Anas Majid Al-Bankani, Darul Falah, Jakarta, 2006
2. Langkah Pasti Menuju Bahagia (terjemah) Dr. Abdul Muhsin bin Muhammad Al-Qosim, Daar An-Naba’, Surakarta
Penulis: Isruwantin Ummu Nashifa
Artikel Muslimah.or.id