Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas seluruh nikmat yang telah Dia berikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya yang senantiasa istiqamah mengikuti sunnah-sunnah Nabi hingga akhir zaman.
Saudariku yang dikasihi Allah, manusia adalah makhluk sosial yang sudah fitrahnya membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Setiap manusia tidak akan bisa hidup sendirian tanpa berinteraksi dengan manusia lain disekitar dirinya. Bahkan ketika wafat pun kita tetap membutuhkan orang lain untuk menutup mata kita. Kita butuh keluarga, saudara, dan tetangga. Selain itu, kita juga membutuhkan seorang teman yang bisa saling membantu dan membawa kita menuju arah yang lebih baik.
Dalam islam, faktor memilih teman sangat dititik-beratkan. Kita tentu tidak ingin salah dalam memilih teman karena seorang teman memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita baik di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, sangatlah penting bersikap selektif dalam mencari teman. Allah subhanahu wa ta’alaa telah mengisyaratkan mengenai pengaruh dan peranan teman dalam hidup kita. Allah ta’alaa berfirman:
??? ???????? ????????? ???????? ???????? ??????? ????????? ???? ?????????????
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS.At Taubah:119).
4 Jenis Teman dalam Kehidupan
Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya tentu membutuhkan orang lain, termasuk memiliki seorang teman. Berteman merupakan hal yang lumrah dilakukan manusia selaku makhluk sosial. Ibnul Qoyyim rahimahullah membagi teman dalam 4 jenis yaitu:
1. Teman bergaul bagaikan makanan yang tidak dapat ditinggalkan walaupun sehari Mereka adalah para ulama dan teman-teman yang shalih. Bergaul dengan kelompok seperti ini akan membawa keuntungan yang besar baik di dunia maupun akhirat. Mereka akan mengajarkan tentang hal-hal yang bermanfaat dalam perkara dunia dan agama, memberikan nasihat-nasihat, mengingatkan tentang perkara yang haram dilakukan, senantiasa memotivasi untuk terus giat beribadah kepada Allah, berbakti kepada orangtua dan melakukan kebaikan-kebaikan lainnya. Tentu saja mereka tidak lupa untuk mendoakan kebaikan-kebaikan atas dirimu. Teman seperti ini lah yang harus dijadikan sebagai seorang teman.
2. Teman bergaul bagaikan obat yang dibutuhkan saat sakit
Maksudnya mereka adalah teman yang kita butuhkan dalam memenuhi keperluan hidup kita dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari seperti teman sekolah, teman kampus, rekan kerja, kerabat dan tetangga. Contohnya ketika diperkuliahan tentu kita membutuhkan teman dalam kerja kelompok untuk berdiskusi agar terpecahnya permasalahan dalam tugas yang diberikan.
3. Teman bergaul bagaikan penyakit dengan berbagai tingkatan dan macamnya
Berteman dengan teman seperti ini tentu tidak mendatangkan kebaikan bagi diri kita di dunia, terlebih lagi di akhirat. Mereka akan mengajak kita dalam hal-hal yang tidak bermanfaat, penuh kebathilan dan berakhlak buruk seperti malas belajar, suka membicarakan keburukan orang lain (ghibah), iri dengki, suka mengadu domba, mengumbar permusuhan dan lain-lain.
4. Teman bergaul bagaikan racun yang membawa kebinasaan
Teman seperti ini yaitu mereka yang membawa kita tergelincir di jalan Allah, orang yang menyeru kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah, gemar melakukan perbuatan dosa dan maksiat, tidak takut untuk melakukan dosa besar, menggoda kita untuk lalai menjalankan segala perintah Allah hingga menjerumuskan kita dalam perbuatan buruk dan tercela. Teman seperti inilah yang harus dijauhi agar kita terkena racun yang akan membawa kebinasaan pada diri kita (Bada’iul Fawaid,340-341)
Apa sih beda teman kenal dan teman dekat?
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita melakukan interaksi dengan orang lain baik itu dengan keluarga, sanak saudara, rekan kerja, teman-teman di sekolah atau kampus, tetangga maupun lingkungan sekitar kita berada. Dari sana kita memiliki relasi pertemanan yang begitu banyak sehingga mereka kenal dan dekat dengan diri kita. Tetapi ketahuilah teman kenal dan teman dekat itu ternyata berbeda, Saudariku. Teman kenal adalah seseorang yang bertemu dan berkenalan dengan kita dalam beberapa waktu sebentar saja atau karena pernah melakukan pekerjaan yang sama dalam suatu urusan tertentu. Misalnya kita mengenal seorang fulanah yang selalu mengajarkan tentang ilmu agama dalam suatu majelis ilmu.
Sedangkan teman dekat adalah teman yang senantiasa bersamamu dalam suka dan duka. Mereka yang mengetahui segala sifatmu dan tidak pernah meninggalkanmu dalam segala kekuranganmu, mereka yang menegur dan menasihatimu dengan lemah lembut ketika bersalah, mereka yang selalu mengingatkanmu tidak hanya tentang perkara dunia tetapi juga akhirat, mereka yang membantumu dalam menghadapi kesulitan dan musibah yang menghampiri dirimu dan mereka yang mendoakan kebaikan untuk dirimu secara diam-diam.
Seorang teman dekat juga bisa menjadi cerminan terhadap baik dan buruknya agama seseorang. Terkadang untuk melihat baik dan buruknya agama seseorang dengan cara melihat temannya, bila temannya baik, maka insyaa Allah baik pula diri kita, begitupun sebaliknya. Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
????? ??? ??? ????? ?????? ????? ?? ?????
“Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927).
Dalam sebuah hadits lain, Rasululah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau:
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap” (HR. Bukhari no. 5534 dan Muslim no. 2628).
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan seorang teman yang baik dengan penjual minyak kasturi dan teman yang buruk dengan tukang pandai besi. Dalam hadits ini juga terdapat keutamaan berteman dengan orang-orang yang shalih, pelaku kebaikan, orang-orang yang memiliki wibawa, akhlak yang mulia, sifat wara’, ilmu serta adab. Sekaligus juga terdapat larangan untuk bergaul dengan para pelaku kejelekan dan kebid’ahan serta siapa saja yang suka mengghibah (membicarakan kejelekan orang lain tanpa sepengetahuannya), banyak melakukan keburukan, kebathilan, serta sifat-sifat tercela lainnya” (Syarah Shahih Muslim, 4/227)
Tips Memilih Teman Dekat
Saudariku, ketahuilah bahwa tidak semua orang layak dijadikan sebagai teman dekat. Karena itu orang yang dijadikan teman harus memiliki sifat-sifat yang menunjang pertemanan tersebut. Kita tentu ingin memiliki pertemanan yang tidak hanya berorientasi pada dunia, tetapi juga untuk mencari manfaat untuk kepentingan akhirat kita, sebagaimana yang dikatakan sebagian salaf, “Perbanyaklah teman, karena setiap orang Mukmin itu mempunyai syafaat”.
Ibnu Qudamah dalam Mukhtasar Minhajul Qashidin (halaman 121-122) memberikan sifat orang yang baik kita pilih menjadi teman dekat harus memiliki lima sifat sebagai berikut:
1. Orang yang berakal. Karena akal (kepandaian) merupakan modal yang utama. Maksudnya mereka mengetahui segala sesuatu urusan tertentu sesuai dengan proporsinya sehingga mereka dapat memberikan pemahaman kepada kita atau kita bisa mengambil manfaat dari dirinya. Sedangkan berteman dengan orang yang jahil, tidak ada kebaikan yang diberikan dari dirinya. Bisa jadi ia hendak memberimu manfaat tapi justru memberimu mudharat.
2. Memiliki akhlak yang baik. Memiliki teman yang baik akhlaknya merupakan keharusan. Sebagaimana hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya” (HR. Abu Dawud no. 4682 dan at-Tirmidzi no. 1163, at Tirmidzi mengatakan: “hadits hasan shahih”).
Sebab berapa banyak orang berakal yang dirinya lebih banyak dikuasai amarah dan nafsu, lalu dia tunduk kepada nafsunya, sehingga tidak ada manfaatnya bergaul dengannya.
3. Bukan orang yang fasik. Sebab orang fasik tidak pernah merasa takut kepada Allah. Orang yang tidak takut kepada Allah tentu akan melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah sehingga sewaktu-waktu orang lain tidak aman dari tipu dayanya.
4. Bukan ahli bid’ah. Pertemanan yang harus dihindari karena bid’ah yang dilakukannya. Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Hendaklah engkau mencari rekan-rekan yang jujur, niscaya engkau akan hidup aman dalam lindungannya. Mereka merupakan hiasan pada saat gembira dan hiburan pada saat berduka. Letakan urusan saudaramu pada tempat yang paling baik, hingga dia datang kepadamu untuk mengambil apa yang dititipkan kepadamu. Hindarilah musuhmu dan waspadailah temanmu kecuali orang yang bisa dipercaya. Tidak ada orang yang bisa dipercaya kecuali orang yang takut kepada Allah. Janganlah engkau berteman dengan orang keji, karena engkau bisa belajar dari kefasikannya. Jangan engkau bocorkan rahasiamu kepadanya dan mintalah pendapat dalam menghadapi masalahmu kepada orang-orang yang takut kepada Allah”.
5. Zuhud terhadap dunia. Teman yang baik yaitu mereka tidak akan menyibukkan diri dan mengajakmu dengan hal-hal yang bersifat duniawi serta tidak berambisi untuk mengejar kedudukan, pangkat, dan golongan.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersikap zuhud terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan bersikaplah tidak membutuhkan terhadap apa-apa yang dimiliki manusia, maka manusia akan mencintaimu” (HR. Ibnu Majah no.4102, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 944)
Saudariku yang dirahmati Allah, tentunya nikmat yang harus disyukuri yaitu memiliki teman-teman sholih yang mengingatkanmu akan akhirat di saat engkau lalai akibat hiruk-pikuk dunia. Semoga Allah menganugerahkan kita seorang teman yang tidak hanya mengingatkan tentang perkara dunia tetapi juga akhirat hingga reuni kembali di surga-Nya kelak dan Allah jauhkan kita dari teman yang membawa kita terjerumus dalam lembah hitam yang penuh kemaksiatan dan dosa.
***
Penulis: Ressa Ulimaz Amalia
Referensi:
- Al Qur’anul Kariim dan terjemahannya
- Bada’iul Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Dar al-Fikr, Beirut.
- Mukhtasar Minhajul Qashidin (terjemahan), Ibnu Qudamah Al Maqdisy, Pustaka Al Kautsar, Jakarta.
- Syarah Shahih Muslim (terjemahan), Imam an-Nawawi, Darus Sunnah, Jakarta.
- Lihatlah Siapa Temanmu, Latifah Ummu Zaid, 2012, https://muslimah.or.id/2755-lihatlah-siapa-temanmu.html
Artikel Muslimah.or.id