Penulis: Ummu Rumman
Muroja’ah: Ustadz Abu Salman
Duhai, betapa indahnya jika kita bisa membahagiakan orang tua kita. Orang tua yang telah membesarkan kita dengan penuh kasih sayang. Orang tua yang telah mendidik dan merawat kita sedari kecil. Orang tua yang telah mengerahkan segala yang mereka punya demi kebahagiaan kita, anak-anaknya. Terima kasihku yang tak terhingga untukmu wahai Ayah Ibu.
Allah berfirman, yang artinya, “Dan Rabbmu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.” (Qs. Al Israa’ 23)
Alangkah bahagianya seorang anak yang bisa menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan mendapatkan dukungan dari orangtuanya.
Akan tetapi, bagaimana jika orang tua melarang kita melakukan kebaikan berupa ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya? Keistiqomahan kita, bahkan bagaikan api yang menyulut kemarahan mereka.
Di antara mereka bahkan ada yang menyuruh pada perbuatan yang dilarang Allah? Bagaimanakah seharusnya sikap kita?
Jika teringat kewajiban kita untuk berbakti pada mereka, terlebih teringat besarnya jasa mereka, berat hati ini untuk mengecewakan mereka. Sungguh hati ini tak tega bila sampai ada perbuatan kita yang menjadikan mereka bermuram durja.
Kaidah Birrul Walidain
Saudariku, durhaka atau tidaknya seorang anak tetaplah harus dipandang dari kacamata syariat. Tak semua anak yang melanggar perintah orang tua dikatakan anak durhaka. Karena ketaatan pada orang tua tidak bersifat mutlak. Tidak sebagaimana ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya yang sifatnya mutlak.
Ada beberapa hal yang sering dianggap sebagai kedurhakaan pada orang tua, padahal sebenarnya bukan. Antara lain:
1. Anak menolak perintah orangtua yang melanggar syariat Islam
Pada asalnya, seorang anak wajib taat pada orangtuanya. Akan tetapi jika yang diperintahkan orang tua melanggar syariat, maka anak tidak boleh mentaatinya. Yaitu jika orang tua memerintahkan anak melakukan kesyirikan, bid’ah dan maksiat. Contoh konkritnya: orang tua memerintahkan anak memakai jimat, orang tua menyuruh ngalap berkah pada kyai A, orang tua menyuruh anak berjabat tangan dengan lelaki bukan mahrom, dll. Maka, saat sang anak menolak hal tersebut tidaklah dikatakan durhaka. Bahkan ini termasuk bakti kepada orang tua karena mencegah mereka dari perbuatan haram.
Allah berfirman yang artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Qs. Luqman: 15)
Namun, seorang anak hendaknya tetap menggunakan adab dan perkataan yang baik. Dan terus mempergauli dan mendakwahi mereka dengan baik pula.
2. Anak tidak patuh atas larangan orangtua menjalankan syariat Islam
Tidak disebut durhaka anak yang tidak patuh saat orangtuanya melarang sang anak menjalankan syariat Islam, padahal di saat itu orang tua sedang tak membutuhkannya (misal karena orang tua sedang sakit atau saat keadaan darurat). Contoh konkritnya: melarang anaknya shalat jama’ah, memakai jilbab, berjenggot, menuntut ilmu syar’i, dll.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah wajib mentaati makhluk yang memerintah agar maksiat kepada Allah.” (HR. Ahmad). Dan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan pula bahwasanya ketaatan hanya dilakukan dalam perkara yang baik. Maka janganlah engkau melakukan perkara yang haram dengan alasan ingin berbakti pada orang tuamu. Tidak wajib bagimu taat pada mereka dalam bermaksiat pada Allah.
3. Orang tua yang marah atas keistiqomahan dan nasihat anaknya
Seorang anak wajib menasihati orang tuanya saat mereka melanggar syariat Islam. Apabila orang tua sakit hati dan marah, padahal sang anak telah menggunakan adab yang baik dan perkataan yang lembut, maka hal ini tidak termasuk durhaka pada orang tua.
Saat gundah menyapamu, …
Bagaimana ini, aku telah membuat orang tuaku marah? Padahal bukankah keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua (HR. Tirmidzi)?
Saudariku, marahnya orang tua atas keistiqomahan dan nasihat anak, tidaklah termasuk dalam hadits di atas. Hadits di atas tidak berlaku secara mutlak, kita tetap harus melihat kaidah birrul walidain.
Ingatlah saat Nabi Ibrahim menasihati ayahnya, “Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu durhaka kepada Allah Yang Maha Pemurah.” (Qs. Maryam: 44). Orang tua yang menolak kebenaran Islam kemudian mendapat nasihat dari anaknya, kemungkinan besar akan marah. Tapi sang anak tetap tidak dikatakan durhaka.
Saudariku, bila orangtuamu marah atas keistiqomahanmu, maka ingatkan dirimu dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang membuat Allah murka karena ingin memperoleh ridha manusia, maka Allah akan murka padanya dan Allah menjadikan orang yang ingin ia peroleh ridhanya dengan membuat Allah murka itu akan murka padanya. Dan siapa yang membuat Allah ridha sekalipun manusia murka padanya, maka Allah akan ridha padanya dan Allah menjadikan orang yang memurkainya dalam meraih ridha Allah itu akan ridha pula padanya, sampai-sampai Allah akan menghiasi si hamba dan menghiasi ucapan dan amalannya di mata orang yang semula murka tersebut.” (HR. Ath Thabrani)
Subhanallah. Perhatikanlah hadits di atas! Ketika engkau menaati orang tuamu dalam bermaksiat pada Allah, agar orang tuamu ridha. Sedangkan sebenarnya Allah Murka padamu. Maka, bisa jadi Allah justru akan membuat orang tuamu tetap murka pula kepadamu. Meski engkau telah menuruti keinginan mereka.
Dan sadarkah engkau, saat engkau menuruti mereka dalam perbuatan maksiat pada Allah, maka sejatinya perintah mereka akan terus berlanjut. Tidakkah engkau khawatir Allah akan murka pada orangtuamu disebabkan mereka terus memerintahkanmu bermaksiat kepada-Nya.
Saudariku, bukankah hati kedua orang tuamu berada di genggaman Allah. Maka, yang terpenting bagimu adalah berusahalah meraih ridha Allah dengan keshalihan dan keistiqomahanmu. Semoga dengan demikian Allah Ridha padamu. Semoga Allah menghiasi ucapan dan amalan kita sehingga orang tua kita pun –bi idznillah– akhirnya ridha kepada kita.
Akhlaq Mulia, Penarik Hati yang Banyak Dilalaikan
Ustadz Abdullah Zaen, Lc dalam bukunya 14 Contoh Praktek Hikmah dalam Berdakwah berkata, “Kerenggangan antara orangtua dan anak itu seringkali terjadi akibat ‘benturan-benturan’ yang terjadi dampak dari orang tua yang masih awam memaksa si anak untuk menjalani beberapa ritual yang berbau syirik, sedangkan si anak berpegang teguh dengan kebenaran yang telah ia yakini. Akhirnya yang terjadi adalah kerenggangan di antara penghuni rumah tersebut. Hal itu semakin diperparah ketika si anak kurang bisa mencairkan suasana dengan mengimbangi kesenjangan tersebut dengan melakukan hal-hal yang bisa membahagiakan orangtuanya. Padahal betapa banyak hati orang tua -bi idznillah- yang luluh untuk menerima kebenaran yang dibawa si anak bukan karena pintarnya anak beragumentasi, namun karena terkesannya sang orang tua dengan akhlak dan budi pekerti anaknya yang semakin mulia setelah dia ngaji!! Penjelasan ini sama sekali tidak mengecilkan urgensi argumentasi yang kuat, namun alangkah indahnya jika seorang muslim apalagi seorang salafi bisa memadukan antara argumentasi yang kuat dengan akhlak yang mulia!.”
Maka, akhlaq yang mulia adalah jalan terdekat menuju luluhnya hati orangtua. Anak adalah mutiara hati orang tua. Saat mutiara itu bersinar, hati orang tua mana yang tidak menjadi terang.
Percaya atau tidak. Kedekatanmu kepada mereka, perhatianmu, kelembutanmu, bahkan hanya sekedar wajah cerah dan senyummu di hadapan mereka adalah bagaikan sinar mentari yang menghangatkan hati mereka.
Sayangnya, banyak dari kita yang justru melalaikan hal ini. Kita terlalu sibuk dengan tuntutan kita karena selama ini orangtua-lah yang banyak menuruti keinginan kita. Seakan-akan hanya orangtua-lah yang wajib berlaku baik pada kita, sedang kita tidak wajib berbuat baik pada mereka. Padahal, kitalah sebagai anak yang seharusnya lebih banyak mempergauli mereka dengan baik.
Kita pun terlalu sibuk dengan dunia kita. Juga sibuk dengan teman-teman kita. Padahal orang tua hanya butuh sedikit perhatian kita. Kenapakah kita begitu pelit mengirimkan satu sms saja untuk menanyakan kabar mereka tiap hari? Sedangkan berpuluh-puluh SMS kita kirimkan untuk sekadar bercanda ria dengan teman kita.
Kemudian, beratkah bagi kita untuk menyenangkan mereka dengan hadiah? Janganlah engkau remehkan meski sekedar membawa pulang oleh-oleh seplastik singkong goreng kesukaan ayah atau sebungkus siomay favorit ibu. Harganya memang tak seberapa, tapi hadiah-hadiah kecil yang menunjukkan bahwa kita tahu apa kesukaan mereka, apa yang mereka tak suka, dan apa yang mereka butuhkan, jauh lebih berharga karena lebih menunjukkan besarnya perhatian kita.
Dakwahku, Bukti Cintaku Kepada Ayah Ibu…
Hakikat kecintaan kita terhadap seseorang adalah menginginkan kebaikan bagi dirinya, sebagaimana kita menginginkan kebaikan bagi diri kita sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak akan sempurna keimanan salah seorang di antara kalian, sehingga dia mencintai bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, wujud kecintaan kita kepada orangtua kita adalah mengusahakan kebaikan bagi mereka.
Tahukah engkau kebaikan apa yang dimaksud?
Seorang ayah telah berbuat baik kepada anaknya dengan pendidikan dan nafkah yang diberikan. Sedangkan ibunya telah merawat dan melayani kebutuhan anak-anaknya. Maka sudah semestinya anaknya membalas kebaikan tersebut. Dan sebaik-baik kebaikan adalah mengajak mereka kepada kebahagiaan dan menyelamatkan mereka dari api neraka. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.” (Qs. At Tahrim 6)
Saudariku, jika engkau benar-benar mencintai orangtuamu, maka jadikanlah dakwahmu sebagai bakti terindahmu kepada mereka. Ingatlah lagi mengenai dakwah Nabi Ibrahim kepada orangtuanya. Bakti pada orang tua sama sekali tidak menghalangi kita untuk berdakwah pada mereka. Justru karena rasa cintalah, yang membuat kita menasihati mereka. Jika bukan kita, maka siapakah lagi yang akan mendakwahi mereka?
Apakah harus dengan mengajak mereka mengikuti kajian? Jika bisa, alhamdulillah. Jika tidak, maka sesungguhnya ada banyak cara yang bisa engkau tempuh agar mereka bisa mengetahui ilmu syar’i dan mengamalkannya.
Jadilah engkau seorang yang telaten dan tidak mudah menyerah dalam berdakwah kepada orang tuamu.
Ingatlah ketika engkau kecil. Ketika engkau hanya bisa tidur dan menangis. Orangtuamulah yang mengajarimu, mengurusmu, memberimu makan, membersihkanmu dan memenuhi kebutuhanmu. Ketika engkau mulai merangkak, kemudian berdiri, dengan sabar orangtuamu memegang tanganmu dan melatihmu. Dan betapa senangnya hati orangtuamu melihat langkah kaki pertamamu. Bertambah kesenangan mereka ketika engkau berjalan meski dengan tertatih-tatih. Saat engkau telah bisa berlari-lari, pandangan orangtuamu pun tak lepas darimu. Menjagamu dari melangkah ke tempat yang berbahaya bagimu.
Ketika engkau mulai merasa letih berdakwah, ingatlah bahwasanya orangtuamu telah membesarkanmu, merawatmu, mendidikmu bertahun-tahun tanpa kenal lelah.
Ya. Bertahun-tahun mereka mendidikmu, bersabar atas kenakalanmu… Maka mengapakah engkau begitu mudahnya menyerah dalam berdakwah kepada mereka? Bukankah kewajiban kita hanyalah menyampaikan, sedangkan Allah-lah Yang Maha Pemberi Hidayah. Maka teruslah berdakwah hingga datang waktunya Allah Membuka hati kedua orangtua kita.
Landasi Semuanya Dengan Ilmu
Seorang anak dengan sedikit ilmu, maka bisa jadi ia akan bersikap lemah dan mudah futur (putus asa) saat menghadapi rintangan dari orangtuanya yang sudah banyak makan garam kehidupan. Bahkan, ia tidak bisa berdakwah pada orang tuanya. Sedangkan seorang anak yang ilmunya belum matang, bisa jadi ia bersikap terlalu keras. Sehingga orangtuanya justru makin antipati dengan dakwah anaknya.
Maka, bekalilah dirimu dengan ilmu berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman salafush shalih. Karena dengan ilmulah seorang mampu bersikap bijak, yaitu mampu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.
Dengan ilmulah kita mengetahui hukum dari permasalahan yang kita hadapi dan bagaimana solusinya menurut syariat. Dengan ilmulah kita mengetahui, pada perkara apa saja kita harus menaati orang tua. Pada perkara apa sebaiknya kita bersikap lembut. Dan pada perkara apakah kita harus teguh layaknya batu karang yang tetap berdiri tegak meski berkali-kali dihempas ombak. Dan yang tidak kalah pentingnya kita bisa berdakwah sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.
Maka tidak benar jika saat terjadi benturan sang anak justru berputus asa dan tidak lagi menuntut ilmu syar’i. Padahal dia justru sangat butuh pada ilmu tersebut agar dapat menyelesaikan permasalahannya. Saat terjadi konflik dengan orang tua sehingga engkau kesulitan mendatangi majelis ilmu, usahakanlah tetap menuntut ilmu meski hanya sekedar membaca buku, mendengar rekaman kajian atau bertanya kepada ustadz. Dan segeralah kembali ke majelis ta’lim begitu ada kesempatan. Jangan lupa! Niatkanlah ilmu yang kau cari itu untuk menghilangkan kebodohan pada dirimu dan orang lain, terutama orangtuamu. Karena merekalah kerabat yang paling berhak atas dakwah kita.
Karena itu, wahai saudariku…
Istiqomahlah!
Dan bingkailah keteguhanmu dengan ilmu dan amal shalih
Hiasilah dirimu di depan orangtuamu dengan akhlaq yang mulia
Tegar dan sabarlah!
Tegarlah dalam menghadapi rintangan yang datang dari orangtuamu.
Dan sabarlah dalam berdakwah kepada orang tuamu
Tetap istiqomah dan berdakwah. Sambil terus mendoakan ayah dan ibu
Hingga saat datangnya pertolongan Allah…
Yaitu saat hati mereka disinari petunjuk dari Allah
insyaa Allah
Teriring cinta untuk ibu dan bapak…
Semoga Allah Mengumpulkan kita di surga Firdaus-Nya. Amiin.
Maraaji’:
- Durhaka kepada orang Tua oleh ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, majalah Al Furqon edisi 2 Tahun IV
- 14 Contoh Praktek Hikmah Dalam Berdakwah, Ustadz Abdullah Zaen, Lc.
- Kajian Bahjah Qulub Al Abror oleh ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar, tanggal 4 November 2007
***
Artikel www.muslimah.or.id
subhanallah.. tulisan ini mengingatkan ana pd Ibunda, krn dgn status ana yg sdh menikah otomatis membuat hubungan mjd berkurang. tp bgmnpun ana tetap sayang sm Ibunda. smg nikmat iman & islam membawa qta menuju Jannah, amiin…
jazakumulloh atas artikelnya. Persis spt yg sy alami. Semenjak ortu mengetahui sy mengenal salaf,ortu jd antipati n apriori. sy dianggap sesat,berulang x dikatakn durhaka krn tdk bs patuh pd mrk jk perintah mrk menyelisihi syariat. Smg Alloh mberi mrk hidayah, smg aq bs istiqomah. Amin
ummu rakean semoga anti bersabar, karena anti tidak sendirian, ana dan teman dekat ana juga mendapat cobaan yang sama, tetapi kita saling mendukung, dan tetap menghormati orang tua. awalnya orang tua ana menolak perubahan ana yang menjadi salaf tetapi jika Allah mengendaki maka manusia siapapun tidak akan mampu menghalangi. alhamdulillah setelah hampir 1 tahun orang tua sudah agak bisa menerima, bahkan sekarang ana sudah memakai cadar, padahal orang tua masih merasa berat.
ukhti sangat mudah bagi kita para akhwat untuk mendakwahi ibu kita, karena beliau adalah seorang ibu yang melahirkan kita, maka beliau tanpa kita ketahui bisa merasakan apa yang kita rasakan. hal ini terbukti dengan ana (alhamdulillah) ibu ana dah mulai memanjangkan jilbabnya, mulai bertanya tentang kajian yang di bahas dlm ta’lim yang ana ikuti (meski beliau masih enggan untuk ikut), mulai menanyakan tentang apa itu salaf or ahlussunnah wal jamaah…
tetapi untuk bapak masih agak sulit, insya Allah jika ana telah bersuami, ana akan mendakwahi beliau dengan suami ana (semoga Allah memudahkan )
dan untuk antunna semua.. jangan mudah menyerah dalam mendakwahi orang tua, adik or kakak, berkatalah dengan perkataan yang lembut, jaga tingkah laku kita, dan doakan mereka agar Allah membukakan hati mereka agar mudah menerima hidayah dari-Nya…
dan buat muslimah.or.id jazakillah khoir artikelnya, ana ijin copy untuk ana salin di blog ana di http://ainun-rasyid.blog.friendster.com/
Bismillaah..
Jazaakillahu khoiron yaa ukhti..untuk sebuah risalah penguat jiwa. Baarokallohu fiik….
subhanalloh, artikelnya menarik sekali, mendorong ana untuk membahagiakan orang tua terutama ibu untuk menggapai bahagia yang sejati, dengan hidup sesuai syariat. dan menyadarkan bahwa bahagia bukanlah hanya dengan memenuhi kebutuihan mereka yang bersifat duniawiy saja taip lebih dari itu, memberi pengertian kepada mereka tentang dienul islam nan indah.
Hei Ummu Ruman
Apa kabar………………????????????????????
Wah udah nikah ya????????????
Syukron wa jazakumullah khoir ats artikel ini. Ana jd teringat ksh ana. Skrg ana dah gak bisa ikut ta’lim salafy di kota ana coz takut akn ketahuan ortu & mengecewakn mrka. Jd kesmptn ana hnyalh browsing di internet ttg kajian salafy & hunting bku2 yg ditlis olh para Ulama’ Salaf rohimakumullah. Ana ingin ikt ta’lim lg & ingin smgt lg dlm thlbul’ilm, tp gmna ya biar gak ketahuan ortu? o y, krn ana m’ikti keinginn ortu ana tuk tdk ikt ta’lim, apakh ana msh ttp dimurkai olh Allah hatta dlm hati ana msh tersimpan keinginan yg begitu besar tuk mendptkn ilmu ttg Islam lwt ikt ta’lim salaf? Ortu ana menginginkn ana tuk jd PNS jka tlh slsai kuliah. Bgmn hkumnya seorg muslimah jd PNS (alsn ortu menginginkn ana jd PNS agar ana dpt membiayai hidup ana sndri. Tak bergntung lg pd ortu. Begitu kira2.). Dulu ana tdk berjabtn tgn dgn yg bkn mahram. Tapi saat insiden (kedua ortu ana serta sanak keluarga lainnya menangisi ana coz ana mau berhenti kuliah & lbh memilih ikt kajian salaf lbh dlm) itu trjd, skrg ana dah brni berjbtn tgn dgn anak laki2 dari adik perempuan ibu (sepupu sebelah ibu) serta anak laki2 dr keponakan ayah (ibunya adlh sepupu ana sblh ayah).
Afwan ceritanya pnjng. Mhn sarannya y ukhty fillah. Apa yg harus ana lakukan dgn kndsi ana sprti ini?
Baarokallahufiikum..
Ukhty izin copy tuk ana simpan di file ana. Jazakillah khoir.
jadi ingat dosa dosa sama ortu nich……………….
bener banget perhatian sekecil apapun yang kita berikan pada ortu itu luar biasa berharga banget……………ayah ibu maafin ya……
subhanallah aku jadi merasa sangat bersalah kepada ke 2 ortuku
Jazakillahu khoir…ana juga kepikir ini sih De…zein, Subhanalloh…ihrishi ‘ala maa yanfa’uk yah
Jazakillah untuk artikelnya..
memotivasi ana untuk terus berusaha membahagiakan orang tua tp tetap menjadi seorang tholabul ilmi. mg Alloh memudahkan langkah kita. amin
ana jadi diingatkan kembali pada kewajiban akan birulwalidain, hanya ada yang mengganjal pada hati ana, apakah menjalankan kewajiban akan birulwalidain harus dilakukan dengan berdekatan, ana hanya merasa bahwa kedekatan secara lahiriah bukan satu-satunya amal birul walidain yang kita lakukan.
ada banyak hal yang mungkin tidak bisa diperinci yang membuat ana harus menjauh dulu dari orang tua dan hanya mendoakan semampu yang bisa ana lakukan.
apakah boleh seperti itu?
semoga Allah mengampuniku…
assalamu’alaykum, ana juga mengalami kisah yang serupa, bahkan ana juga di sakiti oleh ortu, walaupun saat ini ana dah bersuami.ana juga diancam tidak boleh pulang klu tidak mau mengikuti perintah untuk masuk kedalam kelompok yang banyak melakukan ke bid’ahan bahkan sampai syirik juga.saat in ana berada di luar kota, belum pulang kira2 selama satu bulan, ana hanya sms ke ortu, tapi gak dibalas.bagaimana seharusnya sikap ana ke ortu?jazakillah khoir
tuk umu sabrina..
coba baca : 1. am hasibtum ‘an tadkhulul jannata..
2. ahasibannas an yaquulu amanna..
so..orang menjalani kebenaran pasti ada ujiannya, bahkan ujian besar insya Allah menunjukkan dekatnya seseorang dengan Allah..krn Nabi prnah bersabda bahwa ujian yg paling besar diterima Nabi dan Rasul..
tp permaslahan harus dilselesaikn, ya kn?diantara hikmah Allah menjadikan akibat dg sebab, maka apa yg terjadi pd Anti sekarang ini pasti ada sebabnya dan biasanya yg paling sering dialami temen2 yg ngaji adalah hambatan dalam komunikasi dg ortu(krng baik dlm hubungan dg mereka) ato permasalahan lain..maka sprti seorang dokter diagnosa dulu baru obati bgitu pula dg masalah ini, CARI SEBAB DAN SELESAIKAN..DAN INGAT ALLAH TIDAK AKAN MEMBEBANI HAMBANYA APA YG DI LUAR KEMAMPUANNYA..Wallahu a’lam..
afwan, ayat yang ke 2 surah apa ya,
QS. Al ‘Ankabut 2, afwan ada ksalahan..bunyinya yg benar: ahasiban naas an yutrakuu an yaquulu aamanna wa hum laa yuftanuun..barakallahu fii usrotik..
sedang haditsnya d riwayatkn Imam Tirmidzi, Ibnu Majah dll. d katakan oleh Syaikh Al Albany derajatnya hasan shahih..Wallahu a’lam..
jazakumullah khoiron ‘ala du’aukum, afwan antum akhwat apa ikhwan. kalau hadistnya bagaimana bunyinya, afwan tanya terus,,Barakallahufikum aidhon
@inkosyifaa06:
saran saya, lanjutkan mengikuti kajian, pegang teguh prinsip dasar-jelaskan dengan perkataan baik-, dan tingkatkan “prestasi” anda sehingga mereka bangga terhadap apa yang anda lakukan. misalnya: lulus tepat waktu, dapat beasiswa, menang lomba dll. Insyaallah, Orang tua tidak akan melarang mengikuti kajian karena memberi dampak positif (secara kasat mata ORTU) dan otomatis akan memberikan citra positif terhadap dakwah salafy.
Coba bayangkan, apa yang ada dalam benak orang tua jika anaknya yg telah dibesarkan dengan keringat darah tiba2 minta berhenti kuliah, prestasi anjlok, berakhlak kasar pada mereka hanya karena ikut kajian salafy?
Assalamu’ alaikum wr wb
Syukron, artikelnya bagus sekali…
Membuat ana untuk selalu semangat dalam bertholabul ilmi dan selalu berbakti pada orang tua…
Ingatlah bahwa cobaan itu akan mengangkat derajat kita. Ana pikir semua permasalahan dengan orang tua hampir sama, namun kita harus selalu istiqomah di jalan Allah, karena Allah Selalu bersama kita…
Mohon sarannya, ana mengajukan seorang ikhwan untuk jadi suami ana, tapi ortu tidak menyetujui karena ana masih kuliah. Niatan ana untuk menikah sebenarnya juga demi keluarga, ana merasa sudah tidak sanggup untuk menjalani semua sendiri. Tatkala ana mengingatkan ortu untuk sholat, dikira mendakwahi dan ortu marah- marah sama ana.
Syukron
Jazakillah
Wassalamu’alaykum wr wb
@someone:
Syukron wa jazakumullahu khoiron. saat ini ana mencoba memulai lagi ikut kajian salafy tapi masih lewat baca buku & browsing di internet. Mudah2an ana bisa ikut kajian langsung di tempat ana & mudah2an ana bisa & sanggup memahami, mengamalkan serta mendakwahkannya juga dapat mempertahankan prestasi ana di kampus. Insya Allah amiin..
Baarokallaahu fiikum..
(Ana senang karena ada yg memberikan komentar. Mohon saran dari ikhwan wal akhwat fillah yg dah baca koment saya lewat artikel ini.)
^^,
assalamua’alaikum wr.wb…
subhanallah.. skrg ana tau apa yang harus ana lakukan, bnyk inspirsai yang ana dapat…
jazakillah khairan…
assalamu’alaikum…
La tha’ata li makhlukin fi ma’shiyati arRabb.
Rabbunallahu Tsumma [i]staqim!
walakin,
birrul walidain…!
birrul walidain…!
birrul walidain…!
ya ummi, ya abi astaghfirullahu li wa lakuma…
# ukhty aurelia
Smoga Alloh Memudahkan urusanmu dan Membuka hati kedua orang tuamu;)
Ada bbrp saran yg prnh saya dapat dr teman2. srn2nya memang scr umum mengenai ta’aruf, tapi smoga b?manfaat utk ukhty dan akhowat lain yg m?alami permasalahan srupa
pertama,
cobalah b?komunikasi dg ortu, sbnrnya sprti apa menantu yg mereka inginkan. Klo apa yg diinginkan ortu adlh keinginan yg wajar dan tidak melanggar syariat, cobalah berusaha memenuhi keinginan mereka.
Siapa tahu tyt ada ikhwan yg tak hanya shalih, tp jg bisa m?menuhi criteria dr ortu;)
Ingatlah, ukhty tdk hanya sedang m?cari pendamping hidup utk ukhty sendiri. Tp jg skaligus ?anak? utk ortu dan anggota keluarga bagi kluarga ukhty.
Tp tentu saja, keshalihan ttp harus jd kriteria pertama dan yg paling utama. Mk tugas kitalah utk m?jelaskan pd ortu, pentingnya memiliki suami yg shalih.
Kedua,
tak ada salahnya ?bila memungkinkan- melibatkan ortu saat proses ta?aruf. Minimal, mereka tahu bagaimana perkembangannya. Krn sebagian ortu masih anti-pati thd proses ta?aruf.
Maka, dg m?libatkan mereka, kita harapkan ortu tahu, bahwa ta?aruf itu bukan berarti ?membeli kucing dalam karung?. Justru bila ta?aruf dilakukan dg BENAR sesuai syariat, insya Alloh kita bisa m?kenali karakter calon pasangan
ketiga,
tetaplah b?usaha terus melakukan pendekatan thd ortu. Dan hendaknya p?dekatan itu juga dilakukan oleh ikhwan yg kita ajukan pd ortu.
Org tua tentunya m?inginkan yg terbaik utk putrinya. Maka, wajar bila ortu akan menyeleksi siapa orang yg mereka beri izin utk m?nikahi putrinya.
Hendaknya si ikhwan ini melakukan pendekatan secara intens kpd ortu dan kluarga ?dg ttp m?jaga interaksi dg kita-. Smoga dg hal ini ortu jadi m?ngenal pribadi sang ikhwan dan luluh hatinya.
Klo ortu masih juga m?nolak, cobalah tanya dulu apa alasannya. Bisa jadi, memang ada sesuatu ttg pribadi sang ikhwan yg kurang sesuai, yg kita tdk tahu.
Adapun klo alasan ortu tdk sesuai syar?i, dan mnrt ukhty sang ikhwan memang patut diperjuangkan krn agamanya yg baik, mk? slamat b?juang! Dan ttplah sabar?
Keempat,
mengenai menikah saat masih kuliah…coba jelaskan pd ortu bahwa kita sudah punya planning yg matang. Terangkan apa saja yg kita rencanakan stlh m?nikah. Bila perlu, tunjukkan hal2 yg sudah kita siapkan/ lakukan utk m?wujudkan rncana kita itu. Agar ortu tahu, bahwa kita itu ?tidak asal m?nikah.?
Tunjukkan bahwa kita bnr2 serius. Tunjukkan bahwa kita sudah cukup dewasa dan b?tanggung jwb thd hidup kita.
Kelima,
imbangi dg trs b?akhlak mulia dan m?lakukan hal2 yg dpt m?nyenangkan hati mreka. Dan iringi setiap usaha dg m?minta petunjuk Alloh. antara lain dg sholat istikhoroh.
Bila setelah smua usaha tlah dilakukan, tyt msh blm b?hsl jg? mgkn ikhwan tsb memang bkn jodoh kita. Tetaplah husnudzon thd Alloh? bahwa Alloh akan M?beri yg lebih baik, baik utk kita, maupun utk sang ikhwan
kmdn, mengenai dakwah anti… ttplah b’sabarlah ukhty;) cobalah cari cara yg sekiranya bisa meminimalisir konflik dg ortu. bgmn pun, sholat adlh perkara yg penting. maka, jgnlah menyerah dlm m’dakwahkan hal ini.
dakwah bs dimulai dr diri sendiri. tak ada salahnya menunjukkan ke ortu ttg komitmen kita utk m’jaga sholat. tunjukkan pd mereka, betapa nikmatnya sholat itu.
kmdn, utk mengajak sholat pun bisa dg cara yg tidak langsung, misalnya, “wah bu, adik pingin bgt ni sholat jama’ah ma ibu. sholat bareng yuk bu”. atau, dg m’giatkan anggota keluarga lain dlm masalah sholat, smoga ortu pun jadi lebih tersentuh hatinya. ada byk cara insyaa Alloh;)
ada seorg akhowat, butuh hitungan tahun utk b’dakwah pd ortunya. tapi kini, p’juangannya b’buah manis. alhamdulillah, ortunya sudah mau sholat atas keinginan sendiri. bahkan ayahnya mulai sholat jama’ah di masjid, meskipun hanya jika diajak oleh menantu laki-lakinya. smoga Alloh M’buka hati sang ayah agar bnr2 rajin sholat jama’ah di masjid.
Wallohu Ta?ala a?lam
Assalamu’alaikum,
Afwan,
mohon keikhlasannya,
Artikelnya ana posting di blog ana untuk bisa dibaca mentee2 ana,
Jazakillah,,,
Wassalamu’alaikum
subhanalloh…. ana juga termasuk yang ditentang oleh keluarga dan ortu dalam melakukan perubahan, tapi dengan berjalan nya waktu….. ana hanya bisa terus berusaha dan berusaha untuk istiqomah… walau banyak tantangan dan coba’an… apalagi kadang iman naik dan turun seiring dalam sosialisasi kehidupan dan pekerja’an juga rumah tangga… Semoga Alloh selalu memberi hidayah Nya….
@inkosyifaa06
???????? ??? ?????? ?????????? ?????? ???? ??????????? ?????? ????? ??? ???????? ???????? ??????? ????? ???????????
[8: ?? ?????]
Our Lord! (they say), Let not our hearts deviate now after Thou has guided us, but grant us mercy from Thine own Presence; for Thou art the Grantor of bounties without measure
[3:8]
Saya ada sedikit tips untuk mendapatkan calon suami yg sholeh,apabila ai sholatnya(5 waktu dan jum’at) terus ditegakkan insyaAllah ia calon suami yang ananda inginkan.
jazakumulloh khoyro atas artikelnya,,
semoga bs memberi manfaat bg qt smua yg membcnya
An mw tnya, rumah an di dpn mushola, tiap sholat 5 wktu ibu an menyuruh an untk sholat brjamaah disitu, smentara dsna sholatny trlalu cepat sehingga bikin tdk bs khusyu’ dn sering dilakukan kebith’ahan2 spti membc wirid brsama stlh slsei sholat dsb,an jg
serg disindir/ditegur oleh ibu2 yg sdg jama’ah dsna krna cra sujud yg an lakukan berbda dg umumx mereka,mereka meyakini bhw sujud perempuan brbda dg laki2,dg cra dirapatkan),sehingga an jd enggan untk sholat brjamaah dsana dn memilh sholat sndri dirumah,an sdh mencb menjelaskn pd ibu tp ibu tdk mw mengerti, kt ibu ana:
” ibdah seseorang itu diliat dr sholatny,terutama sholat b’jama’ahny,percuma kmu ngaji dimana2 kalo tidak sholat brjamaah”
an jd bingung,mana yg lbh afdhol bg an,sholat sndrian dirumah ato menuruti perintah ibu?dn ap yg harus an ktkn pd ibu an?mhn dibntu membrikn solusi,
jazakumulloh khoyron katsir
assalaamu`alaikum akhwat wa ikhwan fillah. smg kalian selalu dlm limpahan nikmat dari Alloh. untuk ummu fathimah setahu saya dari ta`lim dan baca untuk sholat bagi wanita yang afdhol adl dirumahnya dan lebih afdhol lagi dikamarnya. tapi untuk sang suami seandainya istri2 anda m`minta izin utk sholat ke masjid mk biarkanlah ia. dan sholat utk laki2 afdholnya bahkan wajibnya adl dimasjid. `afwan jiddan sy tdk bgt mnguasai dalilnya tapi insyaAlloh banyak dalil yang shohih. mungkin ada yang mau menambahkan dalilnya jazaakalloh khoiron
kadang yang mnyebabkan ortu tidak bgtu mndukung bahkan menolak t`kadang diakibatkan dari perubahan diri qt sendiri. ini suatu pngalaman orang tua mana yang tdk miris melihat anaknya berubah drastis dan mungkin dibilang aneh dlm perubahannya.
Misal sebagian dr sdr qt yg baru mngenal manhaj yang haq ini/agama inilah biasanya subhanalloh semangatnya bgtu b`gejolak akan tetapi ilmu minim akibatnya dlm menyampaikan kebenaran kpd orang t`kesan kaku, m`gurui dikit2 haram dan bid`ah.
melihat spt ini biasanya ortu kebanyakan akan kaget ini salah itu bid`ah bgini haram lalu kapan benernya. untuk itu saran saya kpd sdrku smua dan aku wasiatkan kpd diri saya sendiri, jgn pernah bosan menuntut ilmu agar dlm mnyampaikan kebeneran ini lebih mudah diterima oleh ortu yg notabennya mereka adl awam thd dien ini. lalu dakwah qt akan lbh mngena dg cara m`beri contoh dg istiqomah misalkan m`jaga sholat 5 waktu tpt pd waktunya. m`perhatikan/m`perlakukan mereka dg lbh baik lagi dr pd saat qt blm mngenal agama ini bisa dg memenuhi kebutuhan mereka. bertuturkata dg lemah lembut pokoknya yang positif dan dibenarkan oleh agama
tp tetaplah smangat dlm mnyampaikan yg haq ini. dlm stiap dakwah blm tentu diterima tetapi orientasi qt dlm dakwah bkn m`cari banyaknya orang tetapi mnyampaikan alhaq itu sendiri. bukankah kelak nabi dan rosul akan dibangkitkan ada yang pengikut sekian dan sekian bahkan ada yang tdk m`punyai pngikut. apakah para nabi dan rosul itu gagal dlm dakwahnya tdk sekali kali mereka ttp berhasil dlm dakwahnya krn mereka dpt menyuarakan alhaq ditengah kaumnya yg mayoritas menentang mereka. Jika demikian alhamdulillah qt ucapkan jk qt dpt mnyampaikan alhaq ini.
smg tulisan ini bermanfaat bg smuanya dan smg pahala utk sy walopun sedikit. maafkanlah atas kealfaannya. dan kpd Alloh qt berlindung dan meminta pertolongan. baarokallohu fiikum
assalammualaikum warahmatullah wabarakatuh,
tulisan ini sangat mewakili dengan kondisi ana sekarang, ana izin untuk mengkopinya..semoga dapat membantu ana untuk melembutkan hati mereka..insyaallah
jazakallah
Sy jd sadar akan tidak kesempurnaan diri saya berbakti kepada orang tua sesuai syariah. Mau jd seorg anak ataupun jadi seorang ibu. Ya Allah, kuatkan lah iman ku dan tambahkanlah ilmu ku agar aku dapat mencapai keinginanMu. Insya Allah.
subhanalloh …
seandainya orang tua belum megikuti dakwah yg haq dan masih berbuat syirik serta bid’ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya, dan jika keduanya tidak menyukai apa yg telah kita teguhkan, bersabarlah dan tetaplah istiqomah di jalan Alloh, perdekatkan lagi diri kepada Alloh, Alloh akan selalu bersama kita … .
barakallahu fiik …
Assalamu’alaikum
Subhanalloh,,,, maha suci Engkau ya Rabb,,
artikel diatas seperti kisah ana, semoga alloh senantiasa memudahkan ana untuk tholabul ilmi, dan tetap istiqamah dijalan arrosul, dan semoga akhwat2 sekalian jg dimudahkan oleh Alloh tuk meggapai ridhoNya, amien
Doakan ana agar bisa menjadi anak berbakti. Kadang iman ini naik turun. ana terkadang capek, sedidit2 dikaitkan dengan terorism,padahal sudah sering ana jelaskan, sampai2 saat mau wisuda tidak dibolehkan pakai jilbab gelap. dan ada komentar2 lain yang terkadang menyakitkan hati. mohon doakan agar bisa senantiasa istiqomah dan sabar.
Assalamualaikum…
syukran atas atikelnya,,
ana pribadi sanagt membutuhkan artikel ini..
ana termasuk orang yang ditentang oleh keluarga untuk mngikuti shalafu shalih,,,
ana tak thu bebrbuat apa,,,
Alhamdulillah ana mlhat artikel ini,,
InsyaAllah ana akn mempraktikannya…
Smoga Allah mmbrikan hidayah kpd keluargaku…
subhanallah,,,baca artikel di atas,,,sedih banget n terharu bget,,
ya Allah,,jd ingat dosa2 sam ortu,,,
ukhti..ummu,,izin copy untuk ana simpan yach!!!
Jazzakumullah atas artikelnya…Membuka dan menambah ilmu ana..
Semoga Allah memberi hidayah kepada kedua orang tua kita..
subhannallah,,,,allah memang slalu mengingat kn kita tentang mreka,,,,yg tlah membesarkan kita,,,,,DOA kb slalu ku panjatkan padanya……..
Alhamdulillah… moga artikel ini memberikan semangat untuk ana agar senantiasa berusaha memuliakan n membahagikan ortu.Karena kadang ana sedih jg melihat ortu terutama mama yg rasanya sampai saa ini belum bisa mersakn kebahagiaan n ketenangan dalam hidupnya. Ya mungkin karna ulah kami anak-naknya. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayahnya untuk keluarga ana dan untuk kita semua
Subahanallah…
Artikelx menarik,
ana mengalami hal yg sama,
doakan ana biar bisa istiqmh..
Izin ana mw sebar ke FB.
Assalamu’alaykum… an ijin co-pas ya.. syukron
Subhanallooh …. ana jadi teringat sama orangtua ana yang pernah menentang dakwah salaf …. tapi alhamdulillah sekarang mereka mulai menerimanya walaupun belum ikut kajian rutin ..
Ya Alloh berilah hidayah kepada kami, kedua orang tua kami dan anak2 keturunan kami, dan jadikanlah mereka semua termasuk orang2 yang menegakkan kebenaran dan meninggikan kalimat-Mu …
tawadhu and qa,naah ja kali
artikelnya ana suka.
izin co pas di blog ana y
syukran jazkillahu khaeran
assalamualaykum…
Alhamdulillah, inilah jawaban yg saya cari selama ini…
izin copast ya..jazaklillah khair ya umm…^__^
subhanallah.. ane cari jawaban ini dari dulu
aku tlah membua kesalahan kpada kedua orang tua ku… aku ingin mereka tidak marah pada ku…..
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Saya punya ayah yang jarang sekali sholat. Dan sebenarnya sholat itu wajib bagi orang muslim. Bagaimana agar beliau bisa tobat? Karena ayah adalah imam keluarga. Sya ingin mempunyai seorang ayah yang dibanggakan. Saya sudah mencoba menegur beliau tp hasilnya selalu nihil. Saya tidak ingin beliau selalu dalam kegelapan, saya ingin beliau menjadi hamba Allah yang sholeh,imam keluarga yang baik dan patut dibanggakan. Apa yang harus saya lakukan sebagai anak??
tolong jawab persoalaan saya ini.Terima kasih
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb
@ Rifda
Wa’alaikumussalam warahmatullah,
Tentunya selain dengan mengajak orangtua dengan cara yang baik adalah dengan berdoa kepada Allah agar Allah memberikan hidayah kepada orangtua.Dan yang tak kalah penting kita bersabar mendakwahinya dan tetap berlaku baik kepada keduanya. Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira.
Assalamualaikum…bagaimana menyikapi mertua yang matre sedangkan keadaan ekonomi anaknya sendiri pas-pasan. Mereka memandang sebelah mata kepada orang2 yang tidak “selevel” dengan mereka. Bila yang berinteraksi kepada mereka adalah anak/mantu yang kaya, maka mereka bersikap manis, tidak seperti kepada yang ekonominya pas-pasan. Mertua ini hanya menghargai dari segi materi, sedangkan non-materi (seperti bantuan tenaga dll.) itu tidak ada nilainya bagi mereka. Sembarang perkataan,selama itu datangnya dari orang yang perlente/kaya/terpandang, maka akan digubris. sedangkan kebenaran bila itu keluar dari mulut orang miskin, maka tidak digubris. karena menurut mereka, orang yang agamanya benar pasti hidupnya sukses (ukuran sukses bagi mereka adalah keberlimpahan materi).
Syukron, jazakallah khaeran…ijin share..
Assalaamu’alaykum Jazaakillaah khairan katsiran ustadz/ustadzah muslimah.or.id sangat bermanfaat sekali tulisan ini, memberikan jawaban untuk setiap anak yang masih sulit berdakwah kepada orang tuanya. semoga kami bisa mengaplikasikan ilmu ini dengan baik, semoga Allah meridhai.. aamiin
baarakallaahu fiik
bismillah. ‘afwan admin, ana mau tanya. Ana tdk sengaja dan tdk mnjaga lisan shg mnjawab perkataan ayah yg tiba2 menyalahkan ana dlm sbuah ksmpatan. Bliau blg trganggu tdk bs tidur krn ana dan ibu ribut di ruang tamu(dan saat itu ayah tidur d sofa). Tiba2 ayah marah, mengeluarkan ancaman ingin menampar dan memukul ana. Perkataan ini sgt mnyakitkan hati ana. Di saat yg sama, ana memutuskan utk mnuntut ilmu d sbuah ma’had di kota X. Ana tdk mnt izin kpd Ayah. Ana tdk thn tgl d rumah ana dg kondisi kluarga yg kurang harmonis. Mhon nasihatnya. Syukran
bismillah. ?afwan admin, ana mau
tanya. Ana tdk sengaja dan tdk
mnjaga lisan shg mnjawab perkataan
ayah yg tiba2 menyalahkan ana dlm
sbuah ksmpatan. Bliau blg trganggu
tdk bs tidur krn ana dan ibu ribut di
ruang tamu(dan saat itu ayah tidur d
sofa). Ana mnjawab bhw mstinya ayah tdk tdur di situ(krn ana dan ibu mngrjakan sesuatu shg bnyak brdiskusi). Tiba2 ayah marah,
mengeluarkan ancaman ingin
menampar dan memukul ana.
Perkataan ini sgt mnyakitkan hati
ana. Di saat yg sama, ana
memutuskan utk mnuntut ilmu d
sbuah ma?had di kota X. Ana tdk mnt
izin kpd Ayah. Ana tdk thn tgl d
rumah ana dg kondisi kluarga yg
kurang harmonis. Mhon nasihatnya.
Syukran
Org tua melarang anaknya mmakai jilbab sebetis… Dia mngharuskan anaknya pke jilbab yg biasa saja seperut..
Apa dia hrus menuruti org tuany?
Bismillah
Ortu ana melarang ana jika ikut ta’lim dan menuntut ilmu syar’i.
Selain itu ana juga diancam jika ana masih tetap istiqomah maka ortu (Abi) akan bunuh diri. Ancaman tsb bkn hnya skdr ancaman tp prnh bbrpa kali trjdi.
Hal tsb jd trauma trsindiri bagi ana.
Apa yg sbaiknya ana lakukan??
Jazakumullahu khoir…
Assalamu’alaikum
Untuk menuntut ‘ilmu syar’i sekarang alhamdulillah bisa di web-web dakwah salaf, ya ukhti. Seperti muslim.or.id, muslimah.or.id, rumyasho.com., almanhaj dan lainnya. Begitu pula dengan kita membeli buku-buku atau mendownloadnya di play store, seperti al-Utsul ats-Tsalatsah, kitab at-Tauhid dan lainnya.
Wallahu A’lam
Hanya Allah yang memberi taufiq, dan taufiq tersebut insya Allah, Allah berikan kepada keluarga anti, aamiin
Wassalamu’alaikum
Assalamu’alaikum,
afwan mau tanya, orang tua ana melarang dan tidak setuju ana ikut ta’lim dan melarang ana berteman dengan akhwat salaf, bahkan mereka tidak senang jika ana memakai jilbab lebar. apa yang harus ana lakukan, bagaimana ana menjelaskan kepada mereka. karna ana masih ingin menuntut ilmu syar’i dan ingin tetap istiqomah..
sungguh indah bila mempunyai keluarga yg sama2 mempunyai manhaj salaf..
dan menasehati orang yg lebih muda itu lebih mudah daripada menasehati orang yg lebih tua..
mohon nasehatnya ,
syukron
bismillah.
afwan ingin minta nasihatnya.
ana seorang akhwat yg baru lulus kuliah, orangtua ana meminta ana bekerja di perusahaan sesuai dengan idealnya. tetapi dalam waktu bersamaan ada tawaran mengajar di sekolah salaf. sebaiknya bagaimana?
jazakallahu khayran.
@ayu tsurayya, kami sarankan anda untuk mencari calon suami sehingga tidak perlu bekerja di luar rumah
Assalamualaikum…
Sejak pulang dari umroh, saya sudah meminta izin kepada mama agar saya bisa memakai jilbab. Tapi beliau selalu menjawab dengan “nanti dulu ya..”. akhirnya saya menunggu. kemudian tidak lama mama saya memakai jilbab. saya pun meminta izin untuk memakai jilbab juga. Ternyata permintaan izin saya itu berakhir dengan debat antara saya dan mama. mama bahkan berkata “mama aja baru pakai jilbab baru-baru ini kok.” Jujur saya tidak setuju dengan perkataan mama. dan setiap kali saya membahas masalah jilbab, mama saya selalu marah.
Sekarang saya akan kuliah, dan kemungkinan besar ke luar kota. Jika saya berjilbab diam-diam tanpa izin orang tua, saya takut reaksi mama yang tidak mendukung. Bagaimana sebaiknya saya menyikapi ini? Terima kasih.
@Vanya, tetaplah berjilbab sambil terus mendakwahi orang tua dimulai dari perkara-perkara agama yang mendasar terutama perkara aqidah. Karena seorang sangat sulit menerima ajaran Islam jika belum memiliki aqidah yang benar.
Alhamdulillah..
Assalamualaikum wr wb.
Makasih, Hati saya tenang. Karna orang tua saya yg tidak terlalu mendukung saya dalam Istiqomah..
Alhamdulillah, semoga apa yg antum lakukan di balas oleh Allah Swt.
Assalamu’alaikum, sebelumnya terimakasih untuk saudara yang telah membuat blog ini. sangat² bermanfaat Alhamdulillah.
Saya dari Bandung, izin bertanya. Apa hukumnya bagi seorang anak yang merasa sakit hati karena orang tuanya sendiri. Mohon penjelasannya. Terimakasih. Wassalamu’alaikum
Assalamualaikum
Sangat bermanfaat bagi kami.
Ana mnta izin ana ingin copas,soalny ana lagi butuh yg pencerahan yg seperti ini.
Syukron sebelumnya jazakallahu khaira katsira
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh…. MaasyaaAllah setelah membaca tulisan diatas ana sadar bahwa tidak hanya ana yg mengalami hal spt yg telah tertulis diatas dan komentar para akhwaty wa ikhwany. Baru kemaren keluarga ana memarahi ana karena hijrah ke manhaj salaf yg notabene mrka masih taqlid buta thd salah satu ormas islam terbesar di negeri ini. Smpe2 ortu ana malu punya anak sprti ana dan ayah ana mengancam ana jika ana masih ttep kukuh dg pendirian ana (berpegang teguh atas Al Qur’an dan as sunnah) dan tetap saja membaca buku2 yg ditulis oleh ulama Ahlus sunnah wal jama’ah dan para asatidz salaf maka ayah akan hengkang dari rumah ini dan tak mau seatap dengan ana.karena malu dg perubahan ana sekarang. Padahal ana mendakwahi mereka dg sangat santun. Ana ditekan harus mengikuti amalan2 bid’ah dan harus bertaqlid pada sang kiyai. Ana dilarang ikut kajian salaf wa sunnah…apa yg harus ana lakukan lagi?
Assalamualaikum kak, apakah kaka masih dilarang oleh orangtua kaka?
Bismillah..
jazakillah khair ukhti..
Artikel yang didalamnya mengandung ilmu. yang inshaa Allah..bermanfaat bagi anna
Barrokallah fiikum.
Betapa sakit merasakan kehancuran batin karena kecewa pada orang tua, hatiku hancur mendengar apa yang terucap dari mereka. Membuatku meragukan, bagaimana aku bisa mencontoh dari mereka ketika yg di perintahkan kepadaku justru bertentangan dengan syariat, ketika justru ada hal yg sudah terlanjur aku lalukan dan saat ini ketika aku menyadarinya, sangat ingin aku tinggalkan hal tersebut, namun mereka justru memerintahkan aku untuk melakukannya.
MasyaaAllah, ketika mencari di google perihal pertentangan denga orang tua, kudapati artikel ini yang dapat menenangkan hati. Terima kasih, jazakillah khair atas artikel nya..