Penulis: Ummu Rumman Azzahra
Muroja’ah: Ustadz Nurkholis, Lc.
“Ukh, bingung nih mau masak apa buat suami. Ibu saya tadi datang bawa terong, tapi sayang bingung, terongnya harus diapain. Emang terong bisa dimasak apa aja sih, Ukh? Saya nyesel kenapa nggak dari dulu belajar masak…”
Kejadian di atas dialami salah seorang sahabat penulis seminggu pasca-menikah. Berangkat dari kejadian tersebut, penulis merasa perlu berbagi pengalaman bahwa memasak ternyata punya peran tersendiri dalam sebuah rumah tangga. Mungkin kejadian di atas tidak perlu membuahkan masalah jika si istri ternyata piawai dalam hal masak-memasak. Namun, bagaimana dengan mereka yang mengenal bumbu dapur saja tidak bisa?
Pentingkah Memasak?
Memasak merupakan aktivitas yang banyak dilakoni oleh para wanita sejak turun temurun. Meski sekarang tidak sedikit pula laki-laki yang handal memasak, namun dalam kehidupan rumah tangga, memasak tetap harus diperani oleh wanita. Sekilas kita lihat aktivitas ini mungkin sangat remeh-temeh. Tetapi pada prakteknya tidak akan semudah itu. Orang yang mengaku bisa masak pun terkadang suka dihampiri rasa tak percaya diri ketika masakannya harus dicicipi orang lain. Maka tidak heran jika para pengamat seni menempatkan masakan sebagai karya seni yang paling berharga di antara semua karya seni lainnya.
Begitu pentingnya memasak hingga tak jarang kita jumpai banyak orang yang terkagum-kagum dengan seseorang yang menguasai bidang ini. Pun seorang istri yang pintar masak. Dengan keahliannya tersebut akan membuat suaminya betah di rumah dan malas membeli makan di luar. Masakan yang enak bisa menjadi salah satu perekat cinta seorang suami kepada istrinya. Bahkan memasak untuk menyenangkan suami bisa menjadi ladang pahala jika diniatkan untuk ibadah kepada Allah. Karena salah satu ciri istri shalihah adalah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memenuhi semua hal yang disukai suaminya selama tidak dalam bermaksiat kepada Allah.
Memasak Sebagai Ladang Pahala
Saudariku –yang semoga senantiasa dirahmati Allah- apakah kalian menyadari bahwa kegiatan memasak ini ternyata bisa sekaligus menjadi kegiatan ibadah? Sebagai seorang muslimah kita diamanahkan untuk bertanggung jawab atas rumah kita dan menyiapkan makanan kepada semua orang yang ada di dalamnya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya. Jadi, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)
Untuk itu tidak ada salahnya bagi seorang muslimah untuk menyiapkan santapan bagi keluarganya sebaik mungkin, demi melayani hamba-hamba Allah yang shalih, semisal suami, anak-anak, orang tua, dan semua orang yang ikut menikmati masakan yang kita masak. Dengan begitu, seorang muslimah akan ikut mengecap pahala yang Allah berikan kepada mereka, di mana sebenarnya kita sudah ikut membantu amal perbuatan mereka.
Memasak tidak hanya sekedar kegiatan meramu bumbu dan bahan makanan hingga terciptalah masakan lezat yang siap santap. Namun memasak juga bisa menjadi media kita untuk memikirkan dan mensyukuri semua nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Jika kita cermati, semuanya adalah rezeki yang telah Allah tentukan kepada kita. Karunia tersebut terlimpah dengan begitu mudah kepada kita setelah melalui proses campur tangan banyak orang.
Kita perhatikan saja sayur-sayuran yang kita santap. Akan kita dapati bahwa di sana ada yang menanaminya, ada yang mengumpulkan panennya, ada penjualnya, serta masih banyak lagi manusia yang berperan di dalamnya. Mereka dijadikan oleh Allah untuk melayani kita dan anggota keluarga kita. Padahal pada hakikatnya Allah-lah yang menanam dan menghidupkan sayuran tersebut sebagaimana firman-Nya, yang artinya,
“Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan?” (Qs. Al Waqi’ah: 63-64)
Begitupun dengan nikmat yang lain yang banyak kita jumpai di meja makan kita. Allah berfirman mengenai hal ini, yang artinya,
“Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen. Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang tersusun-susun, (sebagai) rezeki bagi hamba-hamba Kami……” (Qs. Qaf: 9-11)
Adapun dalam memasak, hendaklah kita usahakan memasak berdasarkan apa yang menjadi kesukaan suami dan anak-anak serta keluarga kita. Ini semua dilakukan dengan harapan dapat membuat suami dan keluarga bahagia, demi wujud ketaatan kita kepada Allah. Cobalah tanyakan kepada mereka makanan apa saja yang mereka sukai, jika cara tersebut bisa menyenangkan mereka.
Kadang kita dapati seorang suami ternyata lebih pintar memasak daripada istrinya. Jika hal ini yang kita alami, janganlah merasa malu untuk belajar dari suami kita. Kita juga bisa menggunakan momen memasak bersama sebagai kesempatan untuk bercengkrama dengan suami sehingga terciptalah suasana kemesraan yang akan menambah rasa cinta di hati masing-masing.
Mari Memulainya dari Dapur
Saudariku, sebagai seorang muslimah yang ingin selalu meraih ridha Allah di setiap kesempatan, maka kita bisa memanfaatkan waktu-waktu kita di dapur untuk menjadi sarana mendekatkan diri kita kepada-Nya.
Berikut ini hikmah-hikmah yang bisa kita gali dari aktivitas memasak kita sehari-hari:
- Saat masakan kita telah matang, maka hadirkanlah dalam benak kita betapa Allah telah menganugerahkan kepada kita nikmat untuk bisa menyelesaikan pekerjaan kita.
- Saat memasak, cobalah untuk mengingat bahwa di luar sana masih banyak dapur-dapur yang tidak mengepul. Alangkah indahnya jika kita biasakan untuk selalu mengingat nasib fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan yang ada di lingkungan tempat tinggal kita. Jika memungkinkan, kita bisa menyisakan sedikit dari jatah makan kita untuk mereka sebagai bentuk kepedulian kita terhadap mereka.
- Ketika mencium aroma sedap masakan kita, saat itu ingatlah tetangga kita. Sebab bisa jadi tetangga kita juga turut mencium aroma masakan tersebut. Akan lebih baik lagi jika kita menghadiahkan sebagian masakan tersebut kepada mereka, khususnya untuk masakan-masakan spesial yang kita masak. Dengan hal ini akan mengakibatkan tumbuhnya rasa cinta, saling menghargai dan memperbaiki hubungan tetangga.
- Dampak yang bisa kita peroleh dari sini adalah tetangga kita akan menghormati dakwah ini. Inilah di antara sarana yang paling sukses dan paling sederhana untuk memperkuat tali hubungan sosial dan menyuburkan sensitivitas perasaan hati kita. Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)
- Bagi yang sudah memiliki anak, mulailah untuk membiasakan mereka untuk ikut serta membantu kita memasak. Misalnya bisa dengan mempersiapkan bahan-bahan memasak, sehingga mereka benar-benar terampil. Di samping untuk mengenalkan apa-apa yang ada di dapur, hal ini juga untuk membuat mereka turut merasakan beban berat yang kita pikul. Sehingga mereka akan memberi penghormatan dan akan mudah memahami diri kita.
- Ketika mengunjungi kerabat dan teman-teman dekat, kita bisa memilih masakan karya kita sendiri sebagai oleh-oleh untuk mereka.
Terakhir, sebelum melakukan kegiatan memasak, ada aktivitas lain yang biasa sering kita lakukan yakni berbelanja di pasar. Bila kita cermati, kegiatan belanja ini bisa kita gunakan sebagai perkenalan dengan para penjual langganan kita. Ini juga sebagai sarana untuk menjalin tali persaudaraan dengan mereka, atau sebagai bentuk interaksi kita dengan masyarakat, dengan catatan kita tetap harus memperhatikan adab-adab berinteraksi dengan penjual. Kesempatan ini bisa pula menjadi sarana dakwah kita kepada mereka. Di sela-sela interaksi dengan mereka, kita dapat mengenalkan hal-hal yang halal dan haram dalam masalah jual beli, dan hal-hal lain yang mungkin sering dipertanyakan banyak orang.
Mulailah Belajar
Bagi sebagian yang lain, memasak mungkin menjadi masalah bagi mereka. Ada beberapa faktor yang membuat seorang muslimah enggan untuk memasak. Salah satunya adalah rasa malas untuk belajar, di samping juga faktor kesibukan di luar rumah serta banyaknya warung makan yang menawarkan jasa catering untuk mereka yang tidak sempat memasak.
Jika hal tersebut berlangsung terus menerus apakah tidak boros? Bagaimana jika suami atau anak-anak berkeinginan mencoba hasil masakan kita. Apa kita masih akan memilih makanan dari luar terus? Tentu kita tidak ingin seperti itu. Untuk itu, bagi yang belum pintar masak, buanglah rasa malas dan teruslah berlatih. Setelah terbiasa, nanti akan terbukti bahwa memasak itu bukanlah hal yang sulit, apalagi jika diniatkan untuk ibadah.
Untuk memasak kita memang akan sedikit repot. Mempersiapkan segala sesuatunya, dari perapian, peralatan sampai bahan, belum nanti jika sudah selesai harus membersihkan atau membereskan semuanya. Agak melelahkan memang. Namun kelelahan itu akan segera berganti kebanggaan dan kebahagiaan ketika suami dan anak-anak kita menyantap masakannya dengan lahap.
Nah, bagaimana saudariku? Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk kita semua, terutama bagi penulis sendiri. Kita memohon pertolongan Allah agar selalu memberi kita kemudahan dalam menunaikan tugas-tugas kita sebagai muslimah. Allahu Ta’ala a’lam.
Maroji’:
- Inilah Kriteria Muslimah Dambaan Pria (terj.), Abu Maryam Majdi bin Fathi As-Sayyid, Pustaka Salafiyyah.
- Manajemen Istri Shalihah (terj.), Muhammad Husain Isa, Ziyad Books Surakarta.
- Majalah Nikah vol. 5, No. 11 Edisi Muharram 1428 H.
***
Artikel www.muslimah.or.id
Assalamu alaikum Ummi, Artikelnya bagus sekali.Jujur saja saya seorang istri yang jarang masak. Tapi dengan membaca artikel ini, saya jadi tahu betapa pentingnya masakan istri bagi suaminya.
Ummi, apa boleh saya tanya hal yang tidak ada kaitannya dengan artikel di atas?
assalamu’alaykum..
subhanalloh,,,
sangat bermanfaat, insyaalloh…
semoga Alloh mudahkan bagi setiap istri dan calon istri tuk dapat menjadikannya sebagai ladang ibadah kepadaNya
wassalamu’alaykum..
Assalamu’alaikum…
Subhanallah,, artikelnya bagus ummu, izin copy ya…
Memang begitu bnyak ya pahala yg bisa diraih oleh seorang ibu rumah tangga..
mulai dari memasak, merawat anak, membersihkan rumah, menyiapkan kebutuhan suami, dll semua itu ada pahalanya..
Alhamdulillah,, ana diciptakan sbgai seorang perempuan, kalo nanti insyaAlloh ana menikah, semoga ana bisa menjadi istri yg baik bwt suami dan anak2, amien..
Wassalamu’alaikum..
Alhamdulillah, ini artikel perdana yang ana buka via belajar internet dan sangat membantu jazaakallah khair. ana mau tanya bagaimana mengefisienkan waktu agar masak menjadi cepat, enak dan pekerjaan lain tidak terbengkalai? karena 2orang anak saya yang balita termasuk anak yang aktif.
Assalamu’alaykum Ummu…
Subhannallah…
Tersentuh banget ma artikelnya, membuka fikiran ana…
kesibukan dikampus membuat an terkadang lalai untuk mempersiapkan diri sebaik2nya untuk bekal pernikahan kelak. InsyaALLAH bisa mulai belajar sama mama ana.
Terkadang mama ana bilang ntar juga bisa sendiri nanti ketika sudah menikah, makanya ana fikir juga yah nanti2 aja ndk masalah lah…
padahal mengurus rumah suatu pekerjaan yang amat sulit. ana sangat kerepotan jika mama ndk da dirumah.
sungguh pilihan menjadi seorang Ibu Rumah Tangga adalah bukan pekerjaan ringan tapi disitulah letak kemuliaannya. Jauh dibandingkan jika harus mengejar karir di luar rumah sehingga rumah tangga pun terbengkalai…
I Luph My Mom…
Assalamu’alaykum
Syukron atas artikelnya..Nice posting, Subhanallah..:)
Cooking is fun….Ana Insya Alloh bisa masak, tapi ngga mahir, pengen mahir, apa perlu kursus kira2 ukht..? Kalo kata nyokap (mama) ana, InsyaAlloh otodidak asal terbiasa mah lama2 bisa…..
Ana sudah bersuami, tapi jujur jarang masak, lebih sering delivery order, karena sambil kuliah dan kerja…Alhamdulillah, setelah baca artikel ini, kepengen meluangkan waktu untuk lebih sering memasak…Lebih irit dan lebih menyenangakn suami tentunya….Semoga Alloh memudahkan yah…
http://cafe-rieka.com
alhamdulillah……..aq bisa baca artikel ini ,isnyaAllah aq bisA jadi istri yang pandai memasak bwt nyenengin suami,,,,,,,,
subhanallah….
sungguh kian mulia pekerjaanmu wahai muslimah.
andai saja kaummu yang diluar sana (yang mati-matian mengejar karir yang bukan ladangnya) memahami kedudukannya, niscaya dapur dan rumah mu tak akan sirna…..
Allahu ta’ala a’lam…
Assalamu’alaikum…
saya izin mencopy artikelnya ya ummi, sangat bagus sekali buat istri2 yang blom dan mau belajar masak
Artikel yang menarik dan indah untuk dibaca.
Mohon ijin untuk sedikit menambah hikmah dari pengalaman memasak selama ini.
1. Saat memasak, kita menyiapkan bumbu, sayur, daging, tempe, telor, dll. Ketika kita memandang bahan2 yang begitu indah itu semestinya kita akan mengingat Sang Pencipta dan memikirkan bagaimana itu semua diciptakan (Ali Imran 190-191 perintah untuk mengingat dan memikirkan penciptaan). Dengan memperhatikan dan memikirkan penciptaan kita akan memahami kekuatan, kekuasaan, dan kebesaran Rob kita, sebab di dalam penciptaan terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ORANG/KAUM YANG BERPIKIR (Al An?aam 99; An Nahl 11; Ar Rad; As Sajdah 27, Yassin 33-35)
2. Masakan adalah suatu keajaiban. Masakan yg kita makan sangatlah nikmat, merasakan baunya saja tanpa disadari air liur kita akan keluar. Tetapi ketika kita menyiapkan bahan2 untuk memasak seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, lengkuas, merica, ketumbar, sayuran, ayam, ikan, garam, dll, akan kita sadari bahwa semua itu tidak bisa kita makan sendiri2, secara terpisah tanpa meramunya akan tidak sedap rasanya dan mungkin kita tidak doyan. Suatu kejaiban, ternyata setelah dicampur, diramu, dimasak, menjadi suatu makanan yg sangat sedap. Berbeda ramuan menghasilkan cita rasa yg berbeda, berbeda urutan memasukkan bahan masakan menghasilkan rasa dan sensasi yang berbeda. …..Subhanallah itulah kekuasaan Allah, di dalam masakan banyak keajaiban yg ditunjukkan kepada kita, semua bukan terjadi kebetulan dan dengan sendirinya, semua ada formulanya (yg mungkin kita belum tahu dan ilmu pengetahuan kita belum sampai) dan telah diatur dan didisain oleh Sang Penciptanya, …………tinggal maukah kita selalu bersyukur dan selalu mengingat Sang Pencipta yg membuat semua ini terjadi.
Memasak menjadi salah satu ajang untuk mengingat dan memikirkan bagaimana kebesaran Allah, bagaimana semua diciptakan, sehingga kita bisa menerapkan seperti yg diperintahkan dalam Ali Imran 190-191 (Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.)
Saya sebenarnya awal nikah paling malas yang namanya memasak.batapa ribet ternyata memasak itu. tetapi mengingat makan di luar banyak penyedap rasa yang bisa berakibat tidak baik pada tubuh, akhirnya sampai sekarang saya lebih suka memasak, dan jadi ingin berinovasi mencoba resep.Sungguh besar faedah memasak sendiri di rumah.
Dapurnya di rumah para Sahabat r.a. apakah seperti sekarang ya yang penuh macam-macam menu masakan ?
memasak memang penting adanya.
karena dg memasak seorang istri bisa memikat hati sang suami, anak dan bahkan keluarganya.
dg memiliki ketrampilan dan pengetahuan mengenai memasak… kita juga bisa menjaga keluarga kita dr makanan2 yg haram.
ada kisah… seorang ummahat yg sbnrnya cukup tahu ilmu dien. phm apa2 saja makanan yg diharamkan.
tp tyt ummahat tsb tdk bisa memasak. di awal pernikahan… krn umahat tsb hanya “manut” dg resep di buku/ majalah, ummahat tsb menggunakan bumbu yg di dalamnya tdpt bhn yg haram memakannya. itu tjd krn sang ummahat tak paham mslh masak-memasak.. (tp alhamdulillah ketahuan oleh keluarganya. shg blm dimakan)
jd, penting juga memiliki pengetahuan ttg dunia masak-memasak
tp ukhty, janganlah engkau lalai… shg hampir sebagian besar waktumu habiz di dapur. sibuk mencoba resep ini resep itu.
blajar membuat masakan yg disukai suami dan keluarga itu hal yg bagus. tapi bkn hal yg m’buatmu haruz melalaikan hal yg lain.
berusahalah utk ttp mengefisienkan waktu.
saat memasak.. agar waktu tak berlalu sia2.. bisa sambil mendengarkan rekaman kajian, atau murottal… atau sambil muroja’ah hafalan…
nasihat utkku dan utkmu…
subhanalloh…artikelnya unik dan sangat bermanfaat, insyaalloh. jadi lebih semangat untuk memasak bwt suami tercinta.. :) smg para istri bisa selalu menghadirkan niat yang lurus ketika menyelesaikan setiap pekerjaan rumahnya.
bwt ummu rumman dhek nina kangen..(msh inget kan?) salam kangen jg untuk akhowat roudhatul ‘ilmi dan zaahirah.uhibbukunna fillah…
Nice Posting.. Jazaakumullaah Khair :)
subhanalloh.. ummu ismail!! kayfa haluki dek?? kangen juga sama anti. kangen masakannya jg;))
kapan ke yogya? pingin bgt lihat si kecil…
afwan, lama bgt ga sms anti…
Subhanalloh…..walhamdulillah…..
Tulisan yg sangat memacu sy utk lebih giat lg melayani suami dirumah… :)
Umat Islam sekarang sudah di serang 3 F yaitu : Foot,Fashion,Film bila kita sadar
Kepada Penumpang Trans A3,
Foot?
Mungkin maksudnya ‘Food’ ya? Atau ‘Football’ ?
subhanallah!. artikel yg lumayan bagus untk para muslimah. memang banyak org yg meremehkan masalah memasak,terutama para wanita pada zaman sekarang.bayangkan,ana pernah ketemu dgn seorang wanita yg begitu bangga dgn ‘ketidakbisa’annyadalam memasak. Tapi alhamdulillah,terakhir kali ana bertemu.wanita tsb sudah mau belajar memasak.(he…he…setelah sebelumnya ana gangguin). padahal,kalau kita mau memperhatikan,betapa berfaedahnya hal2 yg berhubungan dgn masalah makanan.perhatikan saja,di setiap daerah maupun negara,tiap2 tempat tsb memiliki ciri khas tersendiri dalam hal makanan. namun apabila setiap org dr tmpt berbeda tsb bertemu di sebuah meja makan.maka jgn heran kalau ada yg berkata’hey kamu yg dr kota lemang ya?.
Mas Aswad maksud saya bahasa Inggrisnya makanan
Af1, izin copy
sebenernya ana salah satu yg tidak piawai masak sama sekali…jujur saja,ana pernah masak soto tapi bumbunya tidak digoreng dulu…alhasil rasanya subhanallah mirip sekali dengan jamu soto!! itu terjadi di awal pernikahan ana…alhamdullillah ana dikarunia i oleh Allah suami yang begitu pengertian dan tidak mementingkan apakah ana bs masak ato tidak,terbukti tiap ana masak..suami selalu mengatakan lezat sekali..beliau jujur lahap sekali kalo makan masakan ana..ana aja sampe geli sendiri dan sebenernya ana sama sekali ga doyan masakan ana itu. sampe sekarang pun masakan ana tetep ga enak…jadi, buat para akhwat…jgn takut buat belajar masak..belum terlambat..yakinlah bahwa Alloh akan tetap membantu hambanya dengan jalan yang tidak disangka2..ana juga ga pernah berhenti masak walaupun sampai saat ini ana belum berani memasak rawon!heehe.. semoga suami ga membahas rawon dulu ya sampai ana berhasil memasaknya ketika suami di kantor…doakan ana ya..
assalamu’alaikum,sebelum melahirkan ana termasuk istri yang suka memasak.Tapi setelah melahirkan,ana merasa tidak sempat memasak dan membersihkan rumah sehinnga pembantulah yang mengerjakan semuanya sampai memasak.Jadi ana hanya mengurus anak.Setelah hampir sebulan,mulai tumbuh rasa cemburu ketika suami memuji masakan pembantu ana.Ana sebenarnya mau masak sendiri,tapi anak ana belum bisa ditinggal.Bagaimana ya solusinya?syukron
ana malah kebalik um. Waktu hamil, ana jarang masak. Tapi tetap mengusahakan masak. Soalnya agak kepayahan waktu hamil. Ana pikir setelah melahirkan, akan susah juga masak, apalagi satu bulan pertama terasa begitu menyibukkan.
Tapi, ketika anak ana berusia 2 bulan, suami sakit. Jadinya gak bisa beli lauk. Mulai dari situlah, ana teratur masak. Insya ALlah bisa kok um, kalau diusahakan. Biasanya ana menaruh anak ana (dulu waktu masih bayi banget), di kasur kecil. Jadi, anak ana tetap dekat sama ana ketika masak.
Jadi, kalau dia minta nenen, atau sudah hampir jatuh dari kasur, ana pindahkan lagi.
Makin besar, anak ana ana letakkan di baby walker. Dst.
Insya ALlah bisa um. Kalau yg lain bisa, insya Allah ummu Musa juga bisa. Memasak kan hanya salah satu aktifitas rumah tangga.
Belum lagi mencuci dan menyetrika. Kadang ana mencuci harus terdiri dari 2-3 sesi atau bahkan lebih dari itu. Karena anak sudah menangis minta disusui.
Semuanya perlu adaptasi. Ketika menikah, kita juga perlu adaptasi mengurus bukan hanya diri kita (mesti ngurus suami). Begitupula ketika telah hadir sang buah hati. Kita juga perlu adaptasi mengurus suami dan anak. Hehehe…baru satu loh Umm…:) (suami dulu suka menggoda ana dengan kalimat tersebut).
Ass ummi…. atikelnya bikin saya ‘kesentil nich’. Maklum saya istri yang jarang/malas masak. hehehe… padahal itu ga boleh ya ummi… Mulai sekarang harus SEMANGATTT!!!
Minta ijin untuk copy and share
Muantap buanget untuk memberi motivasi buat istri-istri yang pingin lebih disayang suami
wah kapan ya punya isteri spt itu
Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh…
Subhanallah… ternyata bacaan di atas luar bias . dan insya allah bermanfaat. syukron
Bismillah, Ana tertarik dengan artikel2nya…
Mohon iji share ke bloq and FB ana..
Jazakillah khoiron..
wassalamualaikum..
Subhanallah………memang semua kata2 itu benar dan nyata adanya. Seperti di rumah sy,dahulu semasa suami sy masih ada bersama kami dia selalu menanyakan dan selalu meminta masakan kegemarannya tanpa bosan pd sy (padahal sebenarnya sy yg memasaknya merasa bosan tuk memasak masakan itu berulang2 dlm kurun waktu yg berdekatan),tp jika sy tanya padanya apa gak bosan makan masakan itu sering2 dan dia bilang tidak. Begitupun anak2 sy yg kesukaannya hampir sama dengan ayahnya dan mereka selalu menjawab “habis masakan mama enak sih”. Dan dr semua itu kami memang dr dulu jarang tuk makan masakan luar rumah (kecuali jika ada moment2 tertentu),kami habiskan waktu kami kebanyakan di rumah ini,sampai kini setelah suami sy sudah tak adapun (meninggal dunia)kami sering makan masakan rumah hasil masakan sy terutama makanan2 pavorit kami sekeluarga. Memang bnyk manfaatnya jika seorang muslimah pandai mengelola rumah tangga khususnya jika ia pandai masak berarti dia pandai memanjakan seluruh anggota keluarganya. Semoga saja kita para muslimah bisa seperti itu,karena itu semua adalah merupakan ibadah. Amin Ya Robbal Alamain……..
Subhanallah…..
materi mengena banget buat saya khususnya yg baru menikah
THX…..
Subhanallah, byk ladang pahala yg terkadang terlupakan oleh kita. mg2 sy termasuk istri yg tdk kehilangan kesempatan utk mengabdi dan berbakti kpd keluarga. Amin Ya Robbal Alamin
Ana pernah dengar peribahasa atau kata-kata bijak yg maknanya mengatakan : “kecintaan suami itu salah satunya adalah pada lidahnya yakni masakan dari istrinya. . ”
Dan ana salah satu yg setuju dg hal ini. .
Assalaamu’alaikum wr wb,
subhanallaah, artikelnya bagus dan menarik ummi…
mohon izin untuk copas di millis kami….
jazakillah
Ijin share y umm…syukron
Ijin copast y Umm…syukron
Asslkm.wr.wb ana sangat senang dengan bergabung dlm dunia muslimah dpt menambah ilmu dan wawasan muslimah. Wasslkm. Wr.wb
assalamu’alaikum
alhamdulillah
saya seorang wanita pekerja tiap pagi hari sebelum bekerja saya berusaha masak buat anak dan suami saya,meskipun sederhana tapi suami senang karena dia bisa bawa bekal buat kerja untuk mengurangi pe3ngeluaran untuk makan siang.setelah membaca artikel ini saya jadi lebih semangat untuk melayani anak dan suami saya menghidangkan masakan yang sederhana tapi mengenyangkan. amin….
wassalamu’alaikum
bismillah, setelah ana baca artikel ini ana bertambah semangat unt memasak walau kadang ada jg rasa malas, syukron jazakollah.
Ijin share ya ukh jazakallahu khoir