Karya-Karya Imam Ahmad
Dari sekian ilmu yang dipelajari Imam Ahmad dan diajarkannya kepada kaum muslimin, banyak pula yang beliau tuangkan dalam bentuk tulisan. Misalnya karya besar Al Musnad yang memuat empat puluh ribu hadits. Di samping beliau mengatakannya sebagai kumpulan hadits-hadits shahih dan layak dijadikan hujjah, karya tersebut juga mendapat pengakuan yang hebat dari pakar hadits.
Selain Al Musnad di atas yang merupakan ujung tombak kemasyhuran Imam Ahmad, banyak karya-karya beliau yang lain yang menyangkut berbagai bidang disiplin ilmu, baik berupa fiqih, ushul fiqih, tafsir ataupun tarikh. Misalnya Tafsir Al Qur’an, An Nasikh wa al Manshukh, Al Muqaddam wa al Muakhkhar fi al Qur’an, Jawabat al Qur’an, At Taarikh, Al Manasik al Kabir, Al Manasik ash Shaghir, Tha`atu ar Rasul, al ‘Ilal, Al Wara’ dan Ash Shalah.
Ujian dan Tantangan
Ujian dan tantangan yang dihadapi Imam Ahmad dalam sejarah hidupnya adalah berupa hempasan badai filsafat atau paham-paham Mu’tazilah yang sudah merasuk di kalangan para penguasa, tepatnya di masa Al Ma’mun dengan idenya atas kemakhlukan Al Qur`an.
Al Ma’mun, penguasa Bani Abasiyah yang berhasil dipengaruhi oleh kaum Mu’tazilah dan cinta akan kehidupan berfilsafat itu, kendati terkenal sebagai pemandu ilmu dan cinta akan pengetahuan, namun pada masa kekuasaannya telah memperlihatkan suatu sikap yang tiada patut dihormati. Ia dengan segala kesewenangannya telah memaksa Imam Ahmad untuk berkonfrontasi pemikiran dengan memberikan ancaman dera dan kurungan penjara.
Sekalipun Imam Ahmad sadar akan bahaya yang segera menimpanya, namun beliau tetap gigih mempertahankan pendirian dan dengan serta merta mematahkan setiap hujjah kaum Mu’tazilah. Serta dalam waktu bersamaan beliau pun memperingatkan akan bahaya filsafat terhadap kemurnian agama.
“Al Qur`an bukan makhluk.” Demikian yang dikatakan Imam Ahmad dengan tegas di hadapan Sulthan. Namun Sulthan yang banyak dielukan pecinta akal, karena jasanya mengistruksikan penerjemahan filsafat-filsafat asing ke dalam bahasa Arab, kenyataannya dalam persoalan di atas ia lebih mengutamakan kekuatan, dan menyeret Imam Ahmad kemudian dengan tanpa malu menderanya dan memenjarakannya.
Maka pada masa-masa itulah kerapkali Imam Ahmad menghadapi ujian dan tantangan berupa intimidasi, tekanan dan berbagai penyiksaan di dalam penjara. Dan hal itu beliau alami dalam kurun waktu yang sangat lama antara Al Ma’mun, Al Mu’tashim, dan berakhir hingga wafatnya Al Watsiq.
Setelah Al Watsiq tiada dan diganti oleh Al Mutawakkil Billah, sulthan yang terkenal arif dan bijaksana, maka Imam Ahmad pun dibebaskan dan kaum muslimin pun merasa lega. Sebab di samping ulamanya telah dikembalikan, persoalan yang telah membawa banyak korban tersebut telah dibersihkan dan tidak pernah diungkit-ungkit lagi.
Wafatnya Imam Ahmad
Bagi Imam Ahmad setelah sekian lama mendekam dalan penjara dan dikucilkan dari masyarakat, namun berkat keteguhan dan kesabarannya, selain mendapat penghargaan dari sulthan yang baru juga memperoleh keharuman atas namanya. Membuat ajarannya semakin diikuti orang dan mahdzabnya pun tersebar terutama diseputar Irak dan wilayah Syam.
Akhirnya setelah melalui perjalanan yang panjang, tidak lama kemudian beliau meninggal dunia mengingat rasa sakit dan luka yang dibawanya dari penjara semakin parah serta kian memburuk. Beliau wafat tepat pada bulan kelahirannya, 12 Rabi’ul Awwal 241 H (885 M). Pada hari kewafatannya itu tidak kurang 130.000 (seratus tiga puluh ribu) kaum muslimin yang hendak menshalatkan dan 10.000 (sepuluh ribu) orang Yahudi-Nashrani yang masuk Islam penuh sesak memasuki Baghdad.
Mengenai hebatnya perasaan kaum muslimin saat itu atas kehilangan ulamanya, dapat diketahui dengan serentaknya menghentikan segala kegiatan dan berduyun-duyun untuk menshalatkan jenazahnya. Bahkan menurut ahli sejarah, belum pernah terjadi jenazah yang dishalatkan oleh orang sebanyak itu melainkan Ibnu Taimiyyah dan Ahmad bin Hanbal. Semoga Allah subhanahu ta’ala senantiasa memberikan rahmat atas keduanya. Aamiin.
-Selesai-
Ditulis ulang dari Buku Terjemahan Syarah Ushulus Sunnah, Keyakinan Al Imam Ahmad rahimmahullah dalam Aqidah, Syaikh Walid bin Muhammad Nubaih.
Artikel Muslimah.or.id
sungguh mulia beliau
rahimahullah