Beliau khalifah Bani Umayyah yang memerintah pada tahun 99 H hingga 101 H. Saat itu rakyat dalam kondisi sejahtera karena dipimpin seorang yang shalih, berilmu, dan sangat zuhud dalam perkara dunia.
Kisah kehidupannya sangat menakjubkan dan ideal mampu memicu semangat kaum muslimin terutama para pemimpin umat agar menarik kehidupannya yang mengutamakan keadilan kejujuran, dan menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat atau meragukan.
Inilah sebagian kisah-kisah mengharukan yang sepantasnya kaum muslimin mengetahuinya sebagai pemicu semangat dalam membuat iman bergolak dan menimbulkan amal shalih.
“Pada suatu musim dingin seorang budaknya selalu membawakan air panas untuk ia berwudhu. Suatu ketika ia menanyakan kepada budaknya di mana air wudhu itu dipanaskan”.
Budaknya menjawab, “Aku memanaskannya di atas tungku dapur umum milik Baitul Mal”.
Seketika Umar memerintahkan Muzahim (orang kepercayaannya) untuk memperkirakan berapa kayu bakar dapur umum selama ini terpakai untuk memanaskan air untuk wudhunya, lalu ia membeli kayu bakar sebanyak yang ditaksir dan menyerahkannya ke dapur umum.” (As Sunan Al Kubra, Jilid VI, hal 581).
Ibnu Asahin meriwayatkan bahwa, “Gubernur Yordan mengirim sekeranjang kurma ke Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Saat kurma diterima, khalifah bertanya, “pakai kendaraan apa kurma ini dibawa dari Yordan?”
Kami menjawab, “kendaraan (kuda) pos milik negara”. Umar berkata, “pergilah engkau ke pasar dan jual kurma ini, lalu serahkan uang hasil penjualannya ke Baitul Mal”.
Kurir itu menjualnya di pasar dan dibeli oleh salah seorang laki-laki dari bani Marwan (kerabat khalifah) lalu ia menghadiahkannya kepada Khalifah.
Saat melihat dua keranjang kurma itu, Umar yakin bahwa kurma itu adalah hadiah dari Gubernur Yordan tadi. Ia pun memakan satu keranjang bersama hadirin yang berada di majelisnya dan 1 keranjang lagi dikirim ke istrinya. Lalu ia mengeluarkan uang seharga 2 keranjang kurma dan menyerahkannya ke Baitul Mal” (Tarikh Dimasyq, jilid 47, hal. 303).
Demikianlah potret betapa sederhana, bersahaja, dan kehati-hatian beliau dari perbuatan yang menggunakan harta orang lain sampai sedemikian detailnya. Semua ini menunjukkan sikap kejujuran beliau dan rasa takutnya pada Allah ta’ala agar tidak tergelincir dari syubhat dan keragu-raguan atas status harta yang dipergunakan dan dimilikinya.
Begitu pula kesaksian orang-orang dekat beliau yang menggambarkan kondisi beliau yang begitu tekun beribadah, kelembutan hatinya dalam mengingat negeri akhirat serta tak tergodanya beliau dari kenikmatan dunia yang melenakan.
Diriwayatkan dari Mughirah bin Hakim beliau berkata, “Fathimah binti Abdul Malik, istri Umar bin Abdul Aziz menuturkan kepadaku, ‘Wahai Mughirah, dialah orang yang paling banyak salat dan puasanya dibandingkan manusia yang lain. Aku tidak pernah melihat seorang pun lebih takut di hadapan Allah, selain Umar. Jika telah selesai salat Isya ia duduk di masjid sambil mengangkat kedua tangannya seraya menangis hingga matanya mengantuk. Sebentar kemudian ia kembali terbangun, lalu berdoa dengan mengangkat kedua tangannya serta menangis sampai mengantuk lagi.’ Sementara itu An-Nadhar bin Arabi berkata, ‘Ketika aku berkunjung ke tempat Umar bin Abdul Aziz ia selalu menggigil, seakan-akan seluruh duka manusia menimpa dirinya'”.
Diriwayatkan dari Ibrahim bin Ubaid bin Rifa’ah dia berkata, “Aku menyaksikan Umar bin Abdul Aziz dan Muhammad bin Tzais sedang bercakap-cakap. Tiba-tiba aku melihat Umar menangis sampai tulang rusuknya berdetak.
Bahwasanya Umar bin Abdul Aziz rahimahullah tidak pernah kering air matanya karena bunyi syair berikut ini:
“Tidak ada kebaikan dalam hidup seseorang yang tidak bernasib baik di sisi Allah, kelak di hari penentuan.” (Az-Zuhd, karya Imam Ahmad, hal. 363, Al-Hilyah 5/260, As-Siyar 5/137).
Semoga sepenggal kisah di atas semakin membuat generasi umat ini lebih mencintainya karena keshalihannya, kepemimpinannya yang adil dan berbagai karakter mulia beliau yang patut dijadikan teladan.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
1. 99 Kisah Orang Shalih (terjemah), Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Darul Haq, Jakarta, 2004.
2. Harta Haram Muamalat Kontemporer, Erwandi Tarmizi, Berkat Mulia Insani, Bogor, 2016.
Kak izin share dan aku edit di canva jadi buat foto gitu