Banyak manusia melontarkan pendapat bahwa akhlak orang kafir terkadang lebih baik daripada kaum muslimin, seperti jujur dalam jual beli, bersikap ramah, dermawan, dan lain-lain. Sebagian kaum muslimin pun terpesona dan kagum dengan perilaku baik seperti apa yang dilakukan Bunda Theresia yang terkenal dengan kemanusiannya menolong orang miskin ataupun terpana dengan sikap Abu Thalib yang sangat menjaga Nabi bahkan mendukung dakwah Islam. Apakah amal baik yang mereka lakukan diterima di sisi Allah Ta’ala?
Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Seandainya ada di antara orang-orang kafir yang beramal shaleh dengan maksud mencari ridha Allah yang dilandasi dengan kekafiran mereka, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan mereka. Mereka akan diberi balasan di dunia saja atas amal baiknya. Yang demikian itu berdasarkan hadits shahih yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan dengan tegas hal tersebut dalam sabdanya (yang artinya): “Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi seorang mukmin atas kebaikannya, ia diberi dengan sebab kebaikannya itu (dalam riwayat lain: diberi ganjaran atasnya dengan rejeki di dunia) dan dibalas dengan sebab kebaikannya itu pula di akhirat. Adapun orang kafir, diberi makan dengan sebab kebaikan-kebaikan yang dikerjakannya karena Allah di dunia, sehingga jika ia sampai ke akhirat tidak ada baginya ganjaran atas kebaikan yang dilakukannya” (Dinukil dari Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, juz I bagian pertama, hal 498).
Amal kebaikan tanpa dilandasi iman kepada Allah sebagaimana yang dilakuka orang-orang kafir atau non-muslim, bagaikan fatamorgana tanpa guna. Allah Ta’ala berfirman:
??????????? ?????? ??? ???????? ???? ?????? ????????????? ??????? ??????????
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan” (QS. Al-Furqan : 23).
Seorang mukmin harus melihat betapa batilnya aqidah mereka. Pun pada dasarnya, mereka benci kepada kaum muslimin. Jangan memuji atau menyanjungnya apalagi meniru mereka. Allah Ta’ala mengharamkan umat Islam loyal terhadap orang-orang kafir dan mencintai mereka. Mereka adalah musuh-musuh aqidah islamiyah.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, Ibnu Jad’an di masa jahiliyah suka bersilaturahmi, memberi makan orang-orang miskin. Apakah itu semua bermanfaat bagi dia? Nabi menjawab, “Tidak wahai Aisyah! Sesungguhnya dia tidak pernah sekalipun mengucapkan, “Wahai Rabbku, ampunilah dosa-dosaku di hari pembalasan” (HR. Muslim, I/136).
Demikianlah, betapa merugi orang-orang kafir yang menolak dakwah Islam. Namun, ketika mereka menyatakan diri masuk Islam, maka seluruh kebaikan dan amal shaleh yang pernah dilakukannya akan diberi pahala oleh Allah Ta’ala. Sungguh Allah akan mencatat semua kebaikannya hingga ia menjadi insan yang beruntung di dunia dan di akhirat. Sungguh Allah Maha Pemurah kepada hamba-hamba yang diridhai-Nya.
Halim bin Hizam pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan perkara-perkara ibadah yang pernah saya perbuat di masa jahiliyah berupa shadaqah atau memerdekakan budak dan bersilaturahmi, adakah pahala padanya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menjawab, “Engkau masuk Islam dengan membawa kebaikan yang telah engkau kerjakan dahulu (sebelum masuk Islam)” (HR. Bukhari Msulim dan selain keduanya. Silsilah Ash-Shahihah no. 248).
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
Al-Wala & Al-Bara’, Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, At-Tibyan, Solo, 2002.
Bengkel Akhlak, Fariq bin Gasim Anuz, Darul falah, Jakarta, 2003.
Artikel Muslimah.or.id