Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Bekal Mendidik Keluarga, bag. II

Titi Komalasari oleh Titi Komalasari
19 Januari 2018
di Pendidikan Anak
0
Share on FacebookShare on Twitter

Telah berlalu enam poin pembahasan mengenai bekal dalam mendidik keluarga. Maka pada bagian yang ke dua in akan diilanjutkan bekal mendidik keluarga yang tersisa, yang mana poin tersebut tidak kalah penting dari sebelumnya.

 

  1. Waktu yang lama

Lapang dada, tidak terburu-buru, nafas yang panjang dalam mendidik adalah perkara-perkara mendasar. Tidak mudah menghilangkan kemungkaran yang telah bertahun-tahun dibiasakan atau sifat tercela yang awalnya menjadi kebiasaan anggota keluarga, tidak bisa dalam sehari semalam. Dibutuhkan usaha merubah secara bertahap, memulai dengan yang lebih penting lalu yang penting, tidak tergesa-gesa ingin melihat hasil, jalan ribuan kilo diawali dengan langkah pertama. Siapa yang berjalan di atas jalan yang benar maka dia akan sampai ke tujuan, siapa yang rajin mengetuk pintu, maka akan dibuka untuknya. Maka hendaknya kita bersabar menghadapi kekurangan keluarga dan terus mendidik mereka bahkan setelah waktu berlalu cukup lama. Contohlah kesabaran Nabi Nuh ‘alahissalam dalam berdakwah, 950 tahun beliau berdakwah dan berusaha mendidik keluarga dan kaumnya yang membangkang. Semoga bersamaan dengan berlalunya waktu, Allah alirkan pahala yang tiada hentinya.

 

  1. Jangan menunda

Janganlah terlambat mendidik atau menundanya kecuali karena alasan syar’i atau kemaslahatan yang pasti, karena diri manusia harus dididik sejak hari pertama yang dengan itu ia melihat hakikat dan mengenal rambu-rambu jalan kehidupan. Istri mulai dididik sejak ia menginjakan kakinya ke rumah suaminya. Anak-anak di didik sejak hari pertama mereka dilahirkan oleh para ibu mereka dengan tangisan mereka yang melengking.

Donasi Muslimahorid

 

  1. Menjaga penglihatan dan pendengaran

Apa yang didengar, dilihat dan dibaca keluarga bisa menjadi sebab datangnya kemaksiatan dan penyimpangan. Maka membatasi penglihatan dan pendengaran mereka seminimal mungkin dari hal-hal yang terlarang oleh syariat adalah keharusan. Tidak semua buku perlu untuk dibaca, tidak semua kaset, siaran televisi, video dan hal-hal yang terpampang jelas di depan mata pantas untuk dilihat. Saat anak-anak belum mampu untuk membedakan dan menyaring apa yang mereka lihat dan dengar, maka orangtulah yang menjadi filter mereka. Begitupula seorang suami, hendaknya ia memberikan ‘hijab’ untuk istrinya dari tontonan dan pembicaraan yang tidak bermanfaat apalagi telah jelas kemaksiatannya. Pun istri tidak bisa berdiam diri atau bermudah-mudahan membiarkan suami menonton tayangan yang memperlihatkan aurat atau ikut nimbrung pada pembicaraan yang mengandung kesesatan dengan alasan ia telah dewasa sementara ia tidak ikut andil untuk memberi nasehat dan mendakwahinya.

 

  1. Jangan diamkan kemungkaran

Jangan mendiamkan kemungkaran, menerima kemaksiatan atau membiarkan kesalahan keluarga. Diantara wujud kecintaan dan tuntutan kasih sayang kepada keluarga adalah menjaga mereka dari diri yang merupakan musuh pertama mereka dan membentengi mereka dair musuh yang mengintai, menjebak dan memberangus mereka.

 

  1. Tidak melampaui batas

Serius itu harus, dan perhatian itu diperlukan, akan tetapi bila sesuatu melampaui batasnya, maka ia berbalik menjadi sebaliknya. Maka sikap yang keras bukan pada tempatnya, kekuatan bukan pada saatnya, ketat yang berlebih-lebihan, semua itu menghadirkan penentangan dan penolakan, menyebabkan keengganan dan kejauhan. Allah Ta’ala telah menjadikan kadar tertentu bagi segala sesuatu, sikap realistis mengeluarkan seseorang dari krisis sikap was-was, setiap orang berbuat salah, siapa yang tidak salah dan bebas dari kekeliruan setelah Nabi yang ma’shum? Maka bijaklah saat ingin bersikap keras kepada keluarga, kadang ini diperlukan sebagai bentuk pendidikan, bahkan Rasulullah memerintahkan untuk menggantung cemeti di dalam rumah. Namun, menggantung cemeti, bersikap keras dan tegas tidak sama dengan menjadi diktator. Perintah yang disertai kasih sayang dan cinta akan tertinggal di dalam hati, sedangkan perintah yang senantiasa dibumbui kekerasan akan hilang bersamaan dengan perginya sang pemberi perintah.

 

  1. Memberikan apresiasi dan semangat

Saat terjadi kesalahan dan kekeliruan, kita bisa menyalahkan, menyudutkan, mengkritik, dan mempermalukan. Namun kita tidak mampu memuji secara baik kepada anak, istri atau suami yang telah berbuat baik. Kita berhasil menghisab kesalahan dan menghukum mereka, namun gagal dalam memberikan balasan dan dorongan. Kita ahli dalam melemahkan semangat orang, tetapi buruk dalam memompa gairahnya. Saat mendapati kekurangan anggota keluarga, maka nasehati ia dengan baik dan tunjukkan kebenarannya kemudian berilah semangat agar dia percaya diri untuk bisa lebih baik, tawarkan bantuan bila diperlukan. Misalnya seorang anak yang memukul temannya, maka bisa jadi ia salah, biarkan ia memberi alasan dan nasehati apabila ia keliru dalam memahami, tunjukkan bahwa ia adalah anak yang baik dengan membimbingnya meminta maaf atau membuatkan hadiah untuk temannya. Kemudian jangan lupa berikan apresiasi untuknya atas semangatnya memperbaiki kesalahan.

 

  1. Bijak memberi hadiah

Ada kekeliruan lain dalam urusan pemberian hadiah dan insentif. Kebanyakan hadiah yang diberikan bersifat dunia dan materil, kesenangan sesaat dan sesuatu dari dunia yang tidak besar. Hadiah seperti ini tidak masalah, namun siapa yang menggabungkannya dengan hadiah mendasar, yaitu mengingatkan mereka kepada pahala akhirat di hari kiamat, membuat mereka memperhatikan dan memandang kepada apa yang Allah siapkan bagi mereka berupa pahala yang mulia dan kebaikan yang besar bagi siapa yang memperbaiki dirinya, dan meluruskan kebengkokannya, memegang kebaikan dan melakukan kebaikan yang membahagiakan di dunia dan akhirat. Ceritakan kepada mereka kisah Uwais Al-Qarni yang menjadi terkenal di langit atau Asiyah istri Fir’aun yang Allah bangunkan istana di surga. Tanamkan bahwa Allah di akhirat lebih besar dan kekal, adapun hadiah yang diberikan adalah rahmat Allah yang di dunia sebelum di akhirat.

 

Demikiannya beberapa hal yang hendaknya senantiasa menjadi perhatian kita dalam pendidikan keluarga. Penyebutan angka 13 bukanlah pembatasan, namun hal-hal inilah yang penting dan sering sekali dilalaikan seorang pendidik, khususnya saat mendidik keluarga. Semoga Allah berikan keberkahan kepada keluarga-keluarga kaum muslimin yang bersemangat untuk belajar dan istiqamah di atas sunnah.

 

Wallaahu a’lam

 

Sumber:

  • Al-Quranul Kariim dan Terjemahannya dalam bahasa Indonesia
  • 100 Fikrah li Tarbiyah al-Usrah (Terjemah) oleh Abdul Latif bin Hajis al-Ghamidi, Penerbit Darul Haq cet.1 Okt. 2017, Jakarta.

 

Penulis:  Titi Komalasari Ummu ‘Abdirrahman

Artikel Muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Titi Komalasari

Titi Komalasari

Artikel Terkait

Parenting Islami (26): Doa Perlindungan untuk Sang Anak

oleh M. Saifudin Hakim
26 Oktober 2017
0

Dianjurkan untuk sering mendoakan perlindungan untuk sang anak di waktu pagi dan sore, atau di waktu kapan pun, jika kita...

Parenting Islami (08): Jangan Hanya Bisa Melarang dan Menyuruh Saja

oleh M. Saifudin Hakim
27 Desember 2016
0

Marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk mengamalkan apa yang hendak kita ajarkan kepada anak-anak kita ...

Pendidikan Akidah Anak

Pendidikan Akidah Anak Bingkisan paling Berharga

oleh Ummu Ayyub
27 Maret 2008
14

Mengingat masa ini adalah masa emas bagi pertumbuhan, maka hendaknya masalah penanaman aqidah menjadi perhatian pokok bagi setiap orang tua...

Artikel Selanjutnya

Apa Alasanku Untuk Tidak Bersyukur?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.