Syaikh Al Albani rahimahullah betah berlama-lama menelaah ilmu di perpustakaan Azh-Zhahiriyah setiap harinya mencapai 12 jam. Dengan taufik Allah Ta’ala, beliau tekun dalam mempelajari hadits, akhirnya beliau menjadi sosok Ulama Muhaditsin di abad ini.
Seorang ulama muda dari Yaman, yaitu: Syaikh Dr. Syadi bin Muhammad alu Nu’man, beliau membiasakan diri untuk membaca buku hingga 14 jam dalam sehari dan sisa waktu yang lainnya sebagian digunakan untuk menulis. Diusia 25 tahun belau memperoleh gelar doktor. Selain itu beliau menyusun kitab Jami’ Turats Al-‘Allamah Al-Bani Fil ‘Aqidah yang jumlahnya mencapai beberapa jilid.
Dari dua kisah fenomenal diatas betapa aktivitas membaca buku-buku yang bermanfaat merupakan pintu pembuka untuk bisa memahami ilmu Allah ‘ Azza Wa Jalla . Meski zaman sudah modern, dengan berbagai kemajuan teknologi, namun keberadaan buku sebagai gudang ilmu tak bisa tergantikan.
Abu Musa ‘Amru bin Bahr Al-Kinani, Basrah ( 779 – 868 ) bersyair :
Buku (yang baik) adalah…
Teman duduk yang tidak memujimu
Teman yang tidak merayumu kepada keburukan
Teman bicara yang tak akan membosankan
Tetanga yang tak akan mengabaikanmu
Teman sejati yang tak akan mengelabuimu
Tidak menyesatkan dengan berpura-pura manis.
Dan tak akan pernah membohongimu.
Buku (yang baik) adalah…..
Sebaik-baik hiburan ketika sendiri
Sebaik-baik tempat informasi
Penunjuk arah dan pemandu
Buku adalah….
Bejana yang penuh berisi ilmu
Amplop yang berisi humor (yang baik)
Dan nampan dimana ada tawa dan kesungguhan
Pernahkah kau lihat kebun yang disimpan dalam lengan?
Dan taman yang diletakkan di atas pangkuan ?
Dan nara sumber yang menceritakan orang-orang yang telah tiada?
Dan mengabarkan hal-hal mereka yang masih hidup?
Dan adakah bagimu teman yang tidak tidur kecuali engkau sudah tidur ?
Dan tidak berbicara kecuali apa yang kamu sukai
Yang (termasuk) paling terpercaya di dunia?
Dan yang paling bisa menjaga rahasia.
Membaca adalah awal mula masuknya ilmu disamping mengefektifkan pendengaran juga, salah satu solusi untuk bisa memahami ilmu, terutama ilmu Syar’i yang harus dipahami seorang mukmin untuk bisa beribadah secara benar agar iman dan amal shalihnya sesuai petunjuk Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shohih.
Untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat terutama demi kebahagiaan akhirat tak hanya sekedar membaca buku-buku atau kitab – kitab yang bermanfaat. Tetapi kesungguhan untuk memahami isi kitab tersebut sekaligus bagaimana aplikasinya, dan ini jauh lebih penting
Dahulu ada seorang yang sangat luar biasa hafalannya. Dia hafal kitab Al-Furu’ karya Ibnu Muflih sebanyak 3 jilid tebal berisi masalah-masalah fiqih . Dia hafal kitab tersebut seperti hafal surat Al-Fatihah. Anehnya, meski dia hafal dia tidak faham dengan apa yang dia hafal dan dia baca. Oleh karena itu dia digelari “ Keledai Kitab Al-Furu “ karena keledai membawa kitab diatasnya, tetapi tidak faham isinya. ( Syarh Hilyah Thalibil ‘Ilmi, Asy Syaikh Muhammad Ibn Shalih Al-‘Utsaimin . hal. 163 – 164 ).
Membaca bukan saja monopoli para penuntut ilmu namun sebenarnya aktivitas mengasyikkan dan sarat pahala ini bisa dilakukan dengan mudah oleh banyak kalangan. Ada baiknya dibuat target. Seperti dalam 1 bulan bisa menamatkan 1 atau 2 buku. Buat trik dan kata-kata motivasi agar tersugesti dan terinspirasi untuk menambah wawasan, serta ilmu diniatkan untuk menghilangan kebodohan, in sya Allah anda menjadi sosok mulia yang terdidik dengan buku!
***
Referensi :
-
Majalah Al-Furqon edisi 12 th ke XIII 1435 H.
-
Majalah Al-Umm edisi 05 Vol. III
-
Majalah Nikah Vol 3 No.11 Februari 2005
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Artikel Muslimah.or.id