Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Munajjid
Soal:
Dulu, aku memeluk keyakinan Ahmadiyah, –alhamdulillah– Allah menunjukiku, ibuku, dan dua orang saudaraku pada hidayah sunnah. Aku memohon kepada Allah, agar Dia memberi petunjuk kepada ayahku dan semua saudaraku. Aku membaca sebuah hadits bahwa di antara tanda datangnya Mahdi adalah terjadinya gerhana matahari dan bulan pada awal bulan Ramadhan.
Apakah riwayat ini shahih ataukah dhaif?
Jawaban:
Alhamdulillah,
Kami bersyukur kepada Allah yang telah memberi petunjuk dan taufik kepada Anda. Dia juga menyelamatkan Anda dari kelompok yang menyimpang itu. Kami memohon kepada Allah Yang Maha Suci, agar Dia juga menganugerahkan hidayah dan kebaikan kepada ayah Anda dan semua keluarga Anda.
Berkaitan dengan atsar yang Anda tanyakan, hal itu bukanlah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Atsar ini memang diriwayatkan oleh ad-Daruquthni dalam Sunan-nya (2/65) dari perkataan Muhammad al-Hanafiyah (putra Ali bin Abi Thalib). Ad-Daruquthni mengatakan, “Abu Said al-Ishtharakhy menyampaikan kepada kami, dari Muhammad bin Abdullah bin Naufal, dari Ubaid bin Ya’isy, dari Yunus bin Bakir, dari Amr bin Syamir, dari Jabir, dari Muhammad bin Ali, ia berkata,
?? ??????? ????? ?? ????? ??? ??? ???????? ?????? ????? ????? ???? ???? ?? ????? ?????? ????? ?? ????? ??? ??? ????? ??? ??? ???? ???????? ??????
“Sesungguhnya ada dua tanda yang menunjukkan kedatangan al-Mahdi kita. Kedua tanda tersebut belum pernah terjadi sejak awal penciptaan langit dan bumi, yakni terjadinya gerhana bulan pada awal malam bulan Ramadhan. dan terjadinya gerhana matahari pada pertengahan bulannya. Peristiwa ini belum pernah terjadi sejak langit dan bumi diciptakan”.
Atsar ini maudhu’ (palsu) dan merupakan kedustaan atas nama Muhammad bin Ali al-Hanafiyah rahimahullah.
Dr. Abdul Alim Abdul Azhim al-Bistawi dalam kitabnya al-Mausu’ah fi Ahadits al-Mahdi adh-Dha’ifah wa al-Maudhu’ah, halaman 169, mengatakan,
“Dalam sanadnya terdapat beberapa rawi, yaitu:
- Yunus bin Bakir bin Washil asy-Syaibani, Abu Bakr al-Jammal al-Kufi, terkadang keliru dalam meriwayatkan, termasuk thabaqah ke-9 dan wafat pada tahun 199 H;
- Amr bin Syamir al-Ju’fi al-Kufi asy-Syi’i, Abu Abdillah, seorang pemalsu hadits.
As-Sulaimani mengatakan, “Amr memalsukan hadits untuk menyebarkan ajaran Syiah.”
Al-Juzjani berkomentar, “Ia seorang pendusta dan sesat.”
Menurut al-Hakim, “Banyak riwayat-riwayat palsu dari Jabir al-Ju’fi. Dan tidaklah diriwayatkan hadits-hadits palsu yang buruk itu kecuali dari Jabir.
Ibnu Hibban mengatakan, “Ia adalah seorang (Syiah) Rafidhah, pencela para sahabat, dan meriwayatkan riwayat palsu.”
Abu Hatim menyatakan, “Sangat munkar haditsnya dan lemah. Jangan sibukkan diri dengannya. Tinggalkan dia.”
Beberapa ulama mentahdzirnya. Seperti: al-Bukhari, an-Nasai, Ibnu Sa’d, ad-Daruquthni, dan lain-lain.
Jabir ialah al-Ju’fi. Seorang yang ditinggalkan haditsnya. Asy-Syu’bah, Waki’, dan ats-Tsaury mentsiqahkannya. Namun Ibnu Ma’in, Abu Hanifah, Laits bin Abi Salim, al-Juzjani, Ibnu Uyainah, Ibnu Kharrasy, Said bin Jubair, dll. memvonisnya pendusta. Dan banyak yang mendhaifkannya.
adz-Dzahaby mengatakan, “Syu’bah men-tsiqah-kannya. Ia seorang diri dalam pendapat ini. Dan al-Hafizh meninggalkannya.”
Ibn Hajar mengatakan, “Ia dhaif dan seorang Rafidhah.”
Kesimpulannya:
Riwayat ini adalah riwayat palsu. Dan sebab kepalsuannya adalah seorang periwayat yang bernama Amr al-Ju’fi.
Al-Azhim Abadi mengatakan, “(riwayat) Amr bin Syamir dari Jabir, keduanya adalah perawi yang dhaif. Riwayat keduanya tidak dapat dijadikan hujjah”.
Allahu A’lam.
***
Sumber: https://islamqa.info/ar/26836
Penerjemah: Nurfitri Hadi
Artikel Muslimah.or.id