Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Nafisah, Cucu Hasan bin Ali, Hidup dalam Ketaatan

Redaksi Muslimah.Or.Id oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
9 Oktober 2015
di Kisah
2
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Ibadah dan Ibadah
  • Pindah ke Kota Kairo
  • Wafatnya Nafisah

Seorang wanita yang ahli ibadah, zuhud, taat pada Allah, serta mudah dikabulkan do’a-do’anya. Tekun dalam beribadah hingga Allah memberikan padanya banyak kemuliaan. Beliaulah Nafisah, wanita shalihah putri dari Al-Hasan bin Zaid bin Hasan, cucu dari Nabi ?.

Dilahirkan pada hari Rabu 11 Rabiul Awwal pada tahun 145 Hijriah di Makkah Mukarramah. Ia memperoleh pendidikan pertama dari keluarganya yang shalih. Di usia delapan tahun, ia telah hafal Al-Qur’an. Ayah dan ibunya, Zainab putri dari Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, mendampinginya menuju kota Al-Madinah Al-Munawwarah. Beliau pergi ke Masjid Nabawi untuk menimba ilmu kepada para ulama dan syaikh di dalamnya. Hingga ia diberikan julukan nafisatul ‘ilmi sebelum sampai di usia pernikahannya. Selama hidup, ia telah berhaji lebih dari 30 kali, mayoritasnya ia lakukan dengan berjalan kaki.

Nafisah menikah dengan Ishaq Al-Mu’tamin, putra dari Ja’far Ash-Shadiq radhiyallahu ‘anhu di bulan Rajab 161 H. Dengan pernikahan tersebut, terkumpullah cahaya Al-Hasan dan Al-Husain karena kakek dari Nafisah adalah Al-Hasan sedangkan kakeknya Ishaq Al-Mu’tamin adalah Al-Husain radhiyallahu ‘anhuma.

Ibadah dan Ibadah

Nafisah menghabiskan banyak waktunya di Masjid Nabawi. Ia pun menjadikan akhirat selalu berada di hadapan matanya. Banyak melaksanakan shalat malam dan membaca Al-Qur’an hingga ratusan kali. Zainab, keponakannya yang biasa membantu pekerjaan rumah Nafisah menceritakan tentang kondisi Nafisah, “Aku melayani bibiku Sayidah Nafisah selama 40 tahun. Aku tidak pernah melihatnya tidur di malam hari dan tidak melihatnya tak berpuasa kecuali pada hari ‘ied dan tasyriq. Hingga aku bertanya padanya, ‘Apakah kamu tidak mengasihani dirimu sendiri?’

‘Bagaimana aku mengasihani diriku, padahal di depanku ada jurang yang tidak bisa melewatinya kecuali orang-orang yang beruntung.’”

Donasi Muslimahorid

Zainab juga mengatakan, “Bibiku hafal Al-Qur’an dan menafsirkannya. Ia biasa membaca Al-Qur’an dan menangis.”

Pindah ke Kota Kairo

Nafisah pindah ke Kairo, Mesir pada tanggal 26 Ramadhan 193 H, 5 tahun sebelum Imam Asy-Syafi’i datang ke kota itu. Penduduk Mesir menyambutnya dengan takbir dan tahlil. Mereka menyambutnya dan menimba ilmu darinya hingga waktunya menjadi penuh, hampir-hampir menghalanginya dari kebiasaan ibadah yang dilakukannya.

Hingga suatu hari, ia keluar menemui orang-orang, “Aku sebenarnya telah berkeinginan untuk tinggal di tempat kalian ini, namun aku adalah seorang wanita yang lemah. Orang-orang sangat banyak berdatangan ke tempatku, sehingga menyibukkan diriku dari dzikir-dzikir dan bekal akhiratku. Karena itu, kerinduanku untuk kembali ke kota Madinah menjadi bertambah.”

Manusia terkejut mendengar ucapannya, dan mencegah kendaraannya untuk pergi. Mereka datang dengan jumlah ribuan. Bahkan penduduk seluruh kota berkumpul meminta pada suaminya agar tetap tinggal di antara mereka. Sampai akhirnya pemimpin kota Kairo, As-Sari bin Al-Hakam bin Yusuf turun tangan. Ia memberikan sebuah rumah yang luas kepada Nafisah, kemudian membatasi dua hari dalam sepekan untuk waktu berkunjung orang-orang pada Nafisah dalam rangka menuntut ilmu dan meminta nasihat. Untuk hari yang lain, ia gunakan untuk beribadah pada Allah. Nafisah menerima usulan pemimpin Mesir, ia pun ridha dan tetap tinggal di Mesir.

Ketika Imam Asy-Syafi’i tinggal di Mesir, ia menjalin hubungan yang kuat dengan Sayidah Nafisah. Secara rutin ia mengunjunginya, pada saat berada di perjalanan menuju halaqah ke Masjid Fistath, dan di perjalanan pulang menuju rumahnya. Dia biasa shalat tarawih di Masjid yang digunakan Nafisah shalat. Ketika pergi menemuinya, Imam Asy-Syafi’i meminta padanya do’a dan berwasiat agar Nafisah menyolatkan jenazahnya. Imam Asy-Syafi’i pun wafat, jenazahnya lewat di rumah Nafisah pada tahun 204 H, Nafisah menyolatkannya untuk menunaikan wasiatnya.

Wafatnya Nafisah

Nafisah menderita sakit yang semakin hari semakin bertambah berat, hingga mencapai puncaknya pada bulan Ramadhan. Dokter yang memeriksanya menganjurkan untuk berbuka puasa, namun ia menjawab, “Alangkah mengherankan, sejak 30 tahun yang lalu aku berdo’a kepada Allah ? agar bisa berjumpa dengan-Nya dalam keadaan puasa, apakah sekarang aku harus berbuka? Tidak bisa!” Kemudian ia beristirahat dan membaca dengan khusyu’ surat Al-An’am. Hingga sampai pada firman Allah ? yaitu surat Al-An’am ayat 127, ia pun tak sadarkan diri. Zainab, keponakannya, memeluknya, ia mendengar Nafisah mengucapkan syahadat kemudian Nafisah wafat.

Penduduk Mesir pun diselimuti duka mendalam saat mendengar wafatnya Nafisah. Sang suami berniat hendak menguburkan istrinya di makam Baqi’ di kota Madinah, namun penduduk Mesir bersikukuh dan memintanya agar menguburkannya di Mesir. Di hari pemakamannya, manusia penuh berdesak-desakan mengantarkannya.

***

Diketik ulang oleh Tim Muslimah.Or.Id dengan sedikit perubahan dan penyesuaian bahasa dari Majalah Elfata #08/Vol 15 hal 77

Artikel muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Redaksi Muslimah.Or.Id

Redaksi Muslimah.Or.Id

Artikel Terkait

Mengenal Imam Ahmad bin Hanbal, bag. 1

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
16 Maret 2019
0

Sejak kecil, yang mulia Imam Ahmad kendati dalam keadaan yatim dan miskin, namun berkat bimbingan ibunya yang shalihah, beliau mampu...

Aku Cinta Rasul (Nama-Nama Rasulullah)

oleh Ummu Sa'id
7 Januari 2011
1

Aku Cinta Rasul (Nama-nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) Beliau memiliki beberapa nama, di antaranya: Muhammad (shallallahu 'alaihi wa sallam)....

Istri Setia, Selalu Siap Sedia

oleh Deni Putri Kusumawati
8 Desember 2020
0

Apa yang paling diharapkan dari seorang istri ketika tantangan dan cobaan berat menimpa suaminya? Ya, kesetiaan.

Artikel Selanjutnya

Apakah Meninggalkan Harta Termasuk Zuhud?

Komentar 2

  1. Zulkifli bin Muhammad says:
    9 tahun yang lalu

    Assalaamu’alaykum, mau tanya penulisan Nafisah dalam bahasa Arab bagaimana ya? Apakah نفصة atau نفسة atau gimana ya? Barakallahufikum

    Balas
    • Sa'id Abu Ukkasyah says:
      9 tahun yang lalu

      Wa’alaikumus salam, نفيسة

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.