Fatwa Syaikh Abdul Aziz Ar Rajihi
Soal:
Apa benar dalam al ‘udzru bil jahl (memberi toleransi pada orang yang jahil) itu dibedakan antara perkara yang jelas dengan yang samar? Sebenarnya bagaimana kaidahnya? Dan dengan apa menegakkan hujjah pada seorang?
Jawab:
Ya benar, dibedakan antara perkara yang jelas dengan yang samar. Seseorang orang yang hidup di tengah kaum Muslimin tidak ada uzdur (toleransi) baginya pada perkara yang sudah jelas hukumnya. Seandainya ada orang Muslim yang minum khamr dan berkata: “saya tidak tahu bahwa khamr itu haram“, atau orang Muslim yang bertransaksi riba lalu berkata: “saya tidak tahu riba itu haram“, atau orang Muslim yang memakan harta anak yatim lalu berkata: “saya tidak tahu memakan harta anak yatim itu haram“, maka yang demikian ini tidak bisa diterima. Karena perkara-perkara tersebut sudah jelas hukumnya.
Adapun pada perkara-perkara yang lebih daqiiq*), maka ada toleransi di dalamnya.
Dan orang yang hidup di tengah kaum Muslimin, lalu ia berbuat kemungkaran yang hukumnya sudah jelas secara gamblang dalam agama, misalnya mengingkari orang yang tidak shalat dengan alasan tidak tahu shalat itu wajib, tidak ada udzur baginya.
—
*) yaitu perkara-perkara yang hukumnya belum diketahui luas oleh kaum Muslimin, kecuali oleh orang-orang yang belajar agama.
السؤال
هل يفرق في العذر بالجهل بين الأمر الواضح الجلي وبين الأمر الخفي، وما ضابط العذر بالجهل، وبما تقوم الحجة على الشخص؟
الجواب
الفرق بين الأمر الواضح والخفي، أن الإنسان الذي يعيش بين مسلمين فإنه لا يعذر في الشيء الواضح، فلو أن إنساناً شرب خمر، وقال: أنا أجهل حرمة الخمر، أو تعامل بالربا وقال: ما أدري أن الربا حرام، أو أكل مال اليتيم وقال: ما أدري أن أكل مال اليتيم حرام، فلا يقبل منه ذلك؛ لأن هذا شيء واضح.
أما الشيء الخفي الدقيق فقد يعذر فيه، ومن عاش بين المسلمين وأنكر أمراً معلوماً من الدين بالضرورة، كمن لا يصلي بحجة أنه لا يدري أن الصلاة واجبة، فلا يعذر هذا
(Fatawa Syaikh Abdul Aziz Ar Rajihi, 2/15, Asy Syamilah)
—
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslimah.Or.Id