Muslimah.or.id
Donasi Muslimah.or.id
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Penyejuk Jiwa
  • Fikih dan Muamalah
  • Keluarga
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Penyejuk Jiwa
  • Fikih dan Muamalah
  • Keluarga
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id

Menimpali Pinangan Lelaki Lain

Athirah Mustajab oleh Athirah Mustajab
23 Juni 2021
Waktu Baca: 2 menit
0
44
SHARES
242
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Bagaimana hukum meminang wanita yang telah dipinang lelaki muslim yang lain?

Jawaban:

Alhamdulillah. Wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah. Wa ba’du.

Majelis ilmu di bulan ramadan

Hal tersebut diharamkan. Sebagaimana hadits riwayat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu; bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يَخْطُبْ الرَّجُل عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَتْرُكَ الخَاطِبُ قَبْلَهُ، أَو يَأْذَنَ لَهُ الخَاطِبُ

“Seorang lelaki (muslim) tidak boleh meminang (wanita) yang telah dipinang lelaki (muslim) lain, sampai lelaki pertama membatalkan pinangannya atau dia mengizinkan lelaki kedua (untuk meminang si wanita).”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قال : لا يَخْطُبُ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَنْكِحَ أَو يَتْرُكَ

“Janganlah seseorang menimpali pinangan saudaranya sesama muslim, hingga (terjadi salah satu di antara dua keadaan:) si lelaki pertama menikah dengan si wanita atau dia membatalkan pinangannya.”

Hikmah syariat ini adalah menihilkan permusuhan dan kemarahan yang bisa menyebabkan satu pihak menganggap dirinya suci dan mencela pihak lain. Padahal menganggap suci diri sendiri adalah tindakan tercela. Ibnu ‘Abidin – yang merupakan salah seorang ulama fikih Mazhab Hanafi – mengatakan bahwa sebuah pinangan yang menimpali pinangan lain merupakan bentuk ketidakramahan dan pengkhianatan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, “Sesungguhnya imam empat mazhab sepakat – dalam pernyataan beliau berempat maupun dari para imam lain – tentang haramnya seorang lelaki menimpali pinangan lelaki muslim yang lain.”

Jika yang demikian ini terjadi (yaitu ada lelaki kedua yang menimpali pinangan lelaki pertama, lalu berlanjut ke akad nikah, pen.) maka pendapat yang kuat – wallahu a’lam – akad nikah (si lelaki kedua) sah dan tidak terhapus. An-Nawawi menyandarkan pendapat ini terhadap jumhur (ahli fikih, pen.). Di sisi lain, orang yang menimpali pinangan muslim yang lain telah berbuat berdosa dan maksiat. Hakim (pengadilan, pen.) wajib memberi hukuman ta’zir kepadanya agar bisa memberi pelajaran untuknya dan untuk orang lain.

Kendati demikian, akad nikah si lelaki kedua itu sah. Alasannya, dalam hadits disebutkan larangan menimpali pinangan, bukan larangan menimpali akad nikah. Sedangkan akad sudah terpenuhi syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Adapun penyimpangannya terjadi pada wasilah menuju akad (yaitu khitbah, pen.).

Khitbah ini tidak wajib hukumnya. Terkadang akad terjadi tanpa ada khitbah. Menimpali khitbah orang lain itu memungkinkan, sedangkan menimpali akad nikah itu tidak mungkin. Larangan menimpali khitbah orang lain itu tetap berlaku, meskipun tidak terjadi akad nikah.

Larangan tetap berlaku sampai si wanita atau walinya memberi tanggapan atas pinangan lelaki pertama. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

حَتَّى يَنْكِحَ أَو يَتْرُكَ

“Sampai dia (si wanita) menikah dengannya atau menolaknya.”

Inilah pendapat jumhur ulama. Adapun bila si wanita tak menanggapi pinangan lelaki pertama maka tidaklah terlarang jika ada lelaki muslim lain yang meminangnya.

Hadits lain telah menyebutkan bahwa seorang lelaki tidak boleh menimpali pinangan lelaki muslim yang lain, kecuali jika: lelaki pertama membatalkan pinangannya, dia mengizinkan lelaki kedua untuk mengajukan pinangan, atau pinangan lelaki pertama telah ditolak.

Andaikata lelaki kedua terlanjur meminang si wanita padahal dia tidak tahu bahwa pinangan lelaki pertama telah ditanggapi oleh si wanita, dia mendapat uzur karena dia memang tidak tahu. Wallahu Ta’ala a’lam.

*) Fatwa Syekh Abdullah bin Shalih Fauzan tanggal 19 Rajab 1427 (14 Agustus 2006); Fatwa no. 16300.

Artikel Muslimah.Or.Id

Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Muslimah.Or.Id
Murajaah: Yulian Purnama

—

Sumber:
http://www.alfuzan.islamlight.net/index.php?option=com_ftawa&task=view&id=16300, diakses pada 10 Desember 2013 pukul 03:33 WITA.

ما حكم خطبة الرجل على خطبة أخيه المسلم ؟

:الإجابة

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد : فتحرم خطبة الرجل على خطبة أخيه لحديث ابن عمر رضي الله عنه أن
النبي صلى الله عليه وسلم قال: «لا يَخْطُبْ الرَّجُل عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَتْرُكَ الخَاطِبُ قَبْلَهُ، أَو يَأْذَنَ لَهُ الخَاطِبُ»، وعن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «لا يَخْطُبُ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَنْكِحَ أَو يَتْرُكَ».

والحكمة من هذا النهي أن هذا الفعل يورث العداوة والبغضاء، كما يؤدي إلى أن المرء يزكي نفسه ويذم غيره، وتزكية النفس مذمومة، وقد نص ابن عابدين -من فقهاء الحنفية- على أن الخطبة على الخطبة “جفاء وخيانة”، وذكر شيخ الإسلام ابن تيمية : ” أن الأئمة الأربعة اتفقوا في المنصوص عنهم وغيرهم من الأئمة على تحريم خطبة الرجل على خطبة أخيه”.

وإذا وقع ذلك فالأظهر -والله أعلم- صحة العقد وعدم فسخه، وقد نسبه النووي إلى الجمهور، والخاطب على خطبة أخيه آثمٌ وعاصٍ، وعلى الحاكم تعزيره كي يؤدبه ويؤدب غيره، وإنما كان العقد صحيحاً، لأن النهي في الحديث مسلط على الخطبة، لا على العقد، والعقد استوفى شروطه وأركانه، والمخالفة في الوسيلة، وهي غير لازمة، فقد يجري العقد من غير خطبة، ويمكن أن تكون خطبة على خطبة ولا يكون عقد، والنهي يبقى قائماً ولو لم يجر عقد.

والنهي يتجه فيما إذا أجابت المرأةُ أو وليُّها الخاطبَ، لقول النبي صلى الله عليه وسلم: «حَتَّى يَنْكِحَ أَو يَتْرُكَ» وهذا مذهب جمهور أهل العلم. أما في حالة عدم إجابته فلا تحرم خطبة غيره.

وقد دلت الأحاديث المذكورة على أنه لا يخطب على خطبة أخيه، إلا إن ترك الأول الخطبة، أو أذن الأول للثاني في الخطبة، أو رُدَّ الخاطب الأول، وكذا لو جَهِلَ الخاطب الثانِي ولم يعلم بإجابة الخاطب الأول، لأنه معذور بالجهل.
والله تعالى أعلم .

Tags: Dunia MuslimahFikihKeluarga dan Wanitanasehat ulamaNikahPilihanWanita
SEMARAK RAMADHAN YPIA
Athirah Mustajab

Athirah Mustajab

Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, editor Pustaka Muslim, penulis di WanitaShalihah.com

Artikel Terkait

Apakah Orang Tua Boleh Mengambil THR Anak?

Apakah Orang Tua Boleh Mengambil THR Anak?

oleh Ustadz Yulian Purnama
21 Oktober 2022
2

Syaikh As Sa'di rahimahullah menjelaskan: “Seorang ayah boleh mengambil harta anaknya semaunya, selama tidak membahayakan anaknya, dan tidak untuk diberikan...

Buka Puasa Dengan Kurma Yang Ganjil?

Buka Puasa Dengan Kurma Yang Ganjil?

oleh Ustadz Yulian Purnama
3 April 2022
0

Nabi Shallallahu’alahi wa sallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan kurma terlebih dahulu, dan beliau makan kurma...

Hukum Nikah Beda Agama

Hukum Nikah Beda Agama

oleh Ustadz Yulian Purnama
30 Agustus 2022
0

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita...

Artikel Selanjutnya

Pakaian Terkena Liur Kucing

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id
Muslimah.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Penyejuk Jiwa
  • Fikih dan Muamalah
  • Keluarga
  • Kisah

© 2023 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.