Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Takdir Bukan Alasan untuk Berbuat Maksiat

Anita Rahmawati oleh Anita Rahmawati
27 November 2013
di Akidah
0
Share on FacebookShare on Twitter

Kita tidak boleh menjadikan qadha dan qadar Allah sebagai alasan untuk berbuat maksiat dan meninggalkan perintah-Nya.

Allah menciptakan manusia dan perbuatannya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

“Padahal Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. Ash-Shaffat: 96)

Seluruh perbuatan manusia baik berupa ketaatan maupun kemaksiatan merupakan makhluk (ciptaan) Allah. Namun hal tersebut tidak bisa menjadi alasan bagi seseorang untuk membenarkannya berbuat maksiat.  Mengapa tidak bisa menjadi alasan?

Berikut ini beberapa dalil yang menjelaskannya:

Pertama, Allah menyandarkan perbuatan seorang hamba kepada mereka dan menyatakannya sebagai perbuatan mereka.

Donasi Muslimahorid

الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ

“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. (QS. Al-Mu’min: 17)

Seandainya seorang hamba tidak punya pilihan dan kemampuan dalam perbuatannya, tentu Allah tidak akan menyandarkan perbuatan tersebut kepadanya. Seandainya seorang hamba diberi balasan dengan perbuatan yang tidak dilakukannya, apakah itu bukan suatu kezaliman?

Kedua, Allah menyampaikan perintah dan larangan kepada hamba-Nya dan Allah tidak membebani kecuali dengan apa yang mampu ia lakukan. Begitu pula Allah tidak melarang sesuatu, kecuali hamba tersebut mampu meninggalkannya.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

Seorang hamba tidak dipaksa dalam beramal (hanya menjalani takdirnya). Seandainya seorang hamba itu berbuat karena paksaan takdir, tentu dia tidak akan mampu menahannya karena orang yang dipaksa tidak bisa lepas dari keterpaksaan. Hal ini bertentangan dengan firman Allah diatas yang mana Allah tidak membebani seorang hamba melainkan sesuai kesanggupannya.

Ketiga, Semua orang mengetahui perbedaan antara perbuatan yang berdasarkan pilihan dan perbuatan yang merupakan paksaan. Perbuatan yang merupakan pilihan, seorang hamba bebas memilih apakan dia mau mengerjakan atau tidak. Adapun perbuatan yang merupakan keterpaksaan, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus melakukan perbuatan tersebut.

Keempat, Seseorang yang berbuat maksiat, dia tidak tahu apa yang ditakdirkan kepadanya sebelum melakukan kemaksiatan. Dia mempunyai kemampuan untuk memilih, apakah dia melakukan maksiat atau meninggalkannya. Dia tau balasan apa yang akan dia peroleh jika dia berbuat maksiat. Lalu kenapa dia memilih untuk berbuat maksiat kemudian beralasan dengan takdir yang sebenarnya dia sendiri tidak tahu? Bukankah lebih pantas dia memilih jalan yang benar kemudian dia katakan inilah takdirku.

Kelima, Allah ta’ala menyatakan bahwa pengutusan rasul adalah untuk menutup alasan.

لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ

“Supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa’: 165)

Kalaulah takdir bisa dijadikan alasan untuk bermaksiat, niscaya pengutusan rasul tidaklah berguna.

***

Penulis: Anita Ummu Khadijah

Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits

Artikel Muslimah.or.id

 

Referensi:

Lum’atul I’tiqad, karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, hal. 55-56, Darul ‘Aqidah.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Anita Rahmawati

Anita Rahmawati

Artikel Terkait

Apakah Allah Mendengar dengan Dua Telinga?

oleh Muslimah.or.id
6 Desember 2014
3

Terkadang muncul pertanyaan dari anak TPA, "Ustadzah, Allah mendengar dengan dua telinga ya?". Namanya anak-anak, kadang pikirannya neko-neko

Kapankah Rasa Takut Itu Dilarang?

oleh Pipit Aprilianti
16 Juli 2016
0

Perasaan takut atau khauf termasuk amal ibadah yang paling agung apabila perasaan itu ditujukan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, karena...

Jika Masih Ada yang Bertanya-Tanya, “Di Manakah Allah?”

oleh Athirah Mustajab
30 Desember 2010
31

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam kitab beliau, Al-Aqidah Al-Wasithiyyah, "Dan telah kami sebutkan bahwasanya di antara unsur iman...

Artikel Selanjutnya

Mukjizat Memohon Perlindungan dari Setan untuk Anak

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.