Baca pembahasan sebelumnya: Saudariku.. Kenalilah Tuhanmu, Nabimu, dan Agamamu (Bag. 1)
Landasan kedua: Mengenal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
Mengenal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam termasuk suatu kewajiban setelah seorang hamba mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. Para ulama mengatakan wajib karena Rasulullah menjadi perantara seorang hamba dengan Rabbnya. Karena hanya melalui Nabi, kita bisa mengetahui dan mengenal syariat dan hukum-hukum yang telah Allah tetapkan. Bahkan seorang hamba tidak akan mengetahui bagaimana cara beribadah yang benar kepada Allah kecuali melalui wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibadah itu sendiri bisa diterima jika telah memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas karena Allah Ta’ala dan mengikuti sunnah Rasulullah.
Nama dan nasab beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Hasyim berasal dari suku Quraisy dari Arab. Negeri Arab sendiri berasal dari keturunan Nabi Isma’il bin Ibrahim Al-Khalil ‘alaihima as-salam.
Selain Muhammad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki banyak nama lain, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadis yang diriwayatkan dari Jubair Bin Muth’im.
إِنَّ لِي أَسْمَاءً، أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَنَا أَحْمَدُ، وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللهُ بِيَ الْكُفْرَ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمَيَّ، وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku Muhammad dan aku Ahmad, aku Al-Maahi (sang penghapus) karena Allah menghapuskan kekafiran dengan diriku. Aku adalah Al-Haasyir karena manusia digiring ke hadapanku dan aku adalah Al-‘Aaqib (sang penghujung), tidak ada lagi Nabi setelahku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Al-‘Aaqib adalah yang tiada lagi Nabi setelah beliau. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain di Shahih Bukhari.
Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dilahirkan di Makkah dan tinggal di sana selama 53 tahun, sebelum dan sesudah diutus menjadi Nabi. Kemudian hijrah ke Madinah dan menetap selama 10 tahun di sana sampai beliau wafat pada tahun 11 Hijriah.
Turunnya wahyu pertama dan pengangkatan beliau menjadi Nabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun dengan diturunkannya wahyu pertama yaitu firman Allah,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu-lah yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan manusia dengan perantara qalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)
Beliau shallallahu ’alaihi wasallam kemudian diangkat menjadi rasul dengan turunnya wahyu,
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
“Wahai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu, agungkanlah; dan pakaianmu, bersihkanlah; dan perbuatan dosa (menyembah berhala), tinggalkanlah; dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak; dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al-Muddatstsir: 1-7)
Sejak saat itu mulailah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah dimulai dari lingkungan keluarganya hingga akhirnya dakwah beliau tersebar di kalangan masyarakat kota Makkah.
Selaiknya tugas rasul-rasul sebelumnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun diutus dengan membawa ajaran tauhid yaitu untuk mengesakan Allah serta membawa syariat-Nya yang mencakup melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Beliau juga diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam untuk mengeluarkan manusia dari gelapnya kemusyrikan, kekafiran, dan kebodohan kepada cahaya ilmu, iman, dan tauhid, sehingga mereka mendapatkan pengampunan dan keridaan Allah, selamat dari siksa dan azab-Nya serta aman dari kemurkaan-Nya.
Wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah serta menyebarkan dakwah tauhid di sana selama 10 tahun, dan tatkala Allah menyempurnakan agama Islam dan mencukupkan nikmat-Nya kepada orang-orang mukmin, beliau akhirnya dipanggil menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mulai sakit di akhir bulan Safar dan awal bulan Rabi’ul Awal.
Suatu hari, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ke hadapan para sahabat dalam keadaan kepala dibalut, lalu beliau naik mimbar. Setelah membaca syahadat, yang pertama kali beliau ucapkan adalah istighfar dan memohonkan ampunan bagi para syuhada perang Uhud, kemudian beliau bersabda,
إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ
“Sesungguhnya ada seorang hamba dari hamba-hamba Allah disuruh memilih di antara dunia dan apa yang ada di sisi Allah, maka ia memilih apa yang ada di sisi Allah.”
Abu Bakar radhiyallahu ’anhu langsung memahami maksud ucapan beliau sehingga Abu Bakar pun menangis dan berkata, “Bapak dan ibuku sebagai tebusan, aku jadikan bapak kami, ibu kami, anak-anak kami, jiwa kami dan harta kami sebagai tebusanmu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَا أَبَا بَكْرٍ لاَ تَبْكِ، إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا مِنْ أُمَّتِي لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ، وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الإِسْلاَمِ وَمَوَدَّتُهُ
“Jangan menangis wahai Abu Bakar! Sesungguhnya orang-orang yang paling terpercaya dalam persahabatan dan hartanya bagiku adalah Abu Bakar. Seandainya aku bisa mengambil kekasih (selain Tuhanku) dari umatku, maka aku akan menjadikan Abu Bakar (sebagai kekasihku), tetapi ia adalah kekasih dan teman karib dalam Islam.” (HR. Bukhari)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian memerintahkan Abu Bakar untuk salat mengimami kaum muslimin. Dan pada hari Senin, dua belas atau tiga belas Rabi’ul Awal tahun kesebelas hijriah, panggilan Allah pun tiba. Beliau akhirnya meninggal pada hari itu. Kaum muslimin pun dilanda kegoncangan dan kegelisahan.
Abu Bakar kemudian naik mimbar, memuji Allah, dan berkhotbah,
“Barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah selalu hidup, tidak mengalami kematian.” Kemudian Abu Bakar pun membacakan ayat,
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)?” (QS. Ali Imran: 144)
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
“Sesungguhnya kamu akan mati, dan sesungguhnya mereka akan mati pula.” (QS. Az-Zumar: 30)
Maka tangis kaum muslimin semakin menjadi-jadi, karena mereka sadar bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar telah meninggal dunia. Jenazah beliau kemudian dimandikan bersama pakaian yang beliau kenakan untuk menghormatinya. Kemudian dikafani dengan tiga helai kain kafan putih suhuli tanpa disertakan di dalamnya baju dan sorbannya.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam disalatkan tanpa imam dan dikuburkan pada hari Rabu setelah selesai pemilihan khalifah sebagai pengganti beliau. Semoga selawat dan salam dari Allah tercurah kepada beliau.
[Bersambung]
***
Penulis: Ummu Rumman Verawaty Lihawa
Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Hushulul Ma’mul bi Syarhi Tsalatsatil Ushuul, karya Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, Maktabah Ar-Rusyd, tahun 1430 H.
Mutiara Faidah Kitab At-Tauhid Syaikh At-Tamimi, karya Al-Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam, Pustaka Muslim, tahun 1428 H.
Syarh Al-Ushul Tsalatsah, karya Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan, Daarul Imam Ahmad, tahun 1427 H.
Syarh Tsalatsatil Ushul, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Daar Ats-Tsurayya, tahun 1426 H.
Tanbiihaat Al-Mukhtasharah Syarh Al-Wajibaat Al-Mutahattimaat Al-Ma’rifah ‘alaa Kulli Muslim wa Muslimah, karya Syaikh Ibrahim bin Asy-Syaikh Shalih bin Ahmad Al-Khuraishi, Daar Ash-Shuma’i, tahun 1468 H.
Masya Allah
Nice job
Need permit to share