Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Faidah Surah Al-Insyirah (Bag. 1)

Annisa Auraliansa oleh Annisa Auraliansa
25 Juli 2025
di Al-Qur'an
0
Faedah Surah Al-Insyirah
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Kelapangan dada hanya bersumber dari Allah Ta’ala
  • Sebab-sebab lapangnya dada
    • Mentauhidkan Allah
    • Mengikuti Nabi
    • Menjauhi dosa

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

“Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ * وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ * ٱلَّذِىٓ أَنقَضَ ظَهْرَكَ * وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ * فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا * إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا * فَإِذَا فَرَغْتَ فَٱنصَبْ * وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرْغَب

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah: 1-8)

Surah Al-Insyirah merupakan surah ke-94 di dalam Al-Qur’an, yang memiliki makna kelapangan dada. Surah ini terdiri dari delapan ayat dan termasuk surah Makiyyah.

Donasi Muslimahorid

Surah ini memiliki keterkaitan dengan surah sebelumnya yaitu surah Adh-Dhuha karena sama-sama membahas nikmat Allah Tabaraka wa Ta’ala kepada Nabi-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam surah Adh-Dhuha, disebutkan nikmat-nikmat zahir atau yang tampak, sedangkan di surah ini disebutkan nikmat batin atau yang tersembunyi, yaitu kelapangan dada bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di antara faedah yang dapat kita petik dari surah ini adalah:

Kelapangan dada hanya bersumber dari Allah Ta’ala

Firman Allah,

‎أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” (QS. Al-Insyirah: 1)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa yang dapat memberikan kelapangan pada dada setiap hamba hanyalah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Oleh sebab itu, Nabi Musa ‘alaihissalam memohon kepada Allah dengan sebuah doa yang diabadikan di dalam Al-Qur’an,

قَالَ رَبِّ ٱشْرَحْ لِى صَدْرِى

“Musa berkata, “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku.” (QS. Thaha: 25)

Dan hal tersebut (kelapangan dada) dapat diraih oleh seorang mukmin dengan mengamalkan apa-apa yang Allah cintai dan menjauhi setiap perkara yang telah dilarang oleh-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَمَن تَبِعَ هُدَاىَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 38)

Syaikh As-Sa’di mengatakan, “Mengikuti hidayah adalah dengan cara membenarkan berita wahyu tanpa membantahnya dengan syubhat. Dan menaati perintah adalah melalui sikap tidak melawannya dengan nafsu syahwat.” (Tafsir As-Sa’di, 4: 546)

Sebab-sebab lapangnya dada

Mentauhidkan Allah

Tauhid adalah sebab yang paling utama. Karena Allah Ta’ala tidaklah menciptakan makhluk-Nya kecuali agar mereka mentauhidkan-Nya. Sebagaimana firman-Nya di dalam Al-Qur’an,

‎وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Makna ayat di atas adalah bahwa Allah Ta’ala menciptakan para hamba-Nya agar beribadah hanya kepada-Nya saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Barangsiapa yang mentaati-Nya, ia akan diberi balasan yang sempurna. Dan barangsiapa yang mendurhakai-Nya, maka ia akan disiksa dengan seberat-beratnya. (Terjemah Tafsir Ibnu Katsir, 8: 555)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهَ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتي أَمْلَأُ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِلَّا تَفْعَلْ، مَلَأتُ صَدْرَكَ شُغلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ.

“Allah Ta’ala berfirman, “Hai anak Adam! Fokuskanlah dirimu sepenuhnya untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (batin) dan Aku tutup kefakiranmu. Dan jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan, dan Aku tidak akan menutup kefakiranmu.” (HR. Ahmad, 2: 358)

Oleh sebab itu, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,

فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى ٱلسَّمَآءِ ۚ

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki kesesatannya oleh Allah, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.” (QS. Al-An’am: 125)

Mengikuti Nabi

Para ulama mengatakan bahwa firman Allah, أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” (QS. Al-Insyirah: 1) merupakan bentuk penetapan. Kata kerja yang disembunyikan adalah kata kerja lampau yang dibarengi dengan kata ْقَد. Makna aslinya adalah قَدْ شَرَحْنَا لَكَ صَدْرَكَ ‘Kami telah lapangkan untukmu dadamu’.

Barangsiapa yang menginginkan kelapangan hati, hendaknya ia meneladani Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang hamba dan utusan Allah, yang telah diberikan risalah oleh-Nya untuk menyempurnakan akhlak manusia. Seorang yang berbudi luhur, paling indah perjalanan hidupnya, dan paling bersih lagi lapang hatinya.

Allah Ta’ala berfirman,

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Menjauhi dosa

Setiap kali seorang hamba terjatuh dalam perbuatan dosa, ditambahkan satu titik hitam di hatinya. Semakin sering ia larut dalam dosa tersebut, semakin banyak pula titik hitamnya. Sampai-sampai ada sebagian hati yang berlapis-lapis kegelapan padanya, disebabkan noda hitam yang kian banyak dan bertumpuk-tumpuk. Hati ini pun mengeras seperti batu atau bahkan lebih keras dari itu. Hingga tidak berdampak lagi nasihat atau peringatan yang diberikan kepadanya. Kondisi seperti inilah yang dimaksudkan di dalam firman Allah,

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14)

Ia pun akan merasa berat dalam menjalani kehidupan. Bumi tempat ia berpijak seolah-olah terasa sangat sempit, padahal kenyataannya sangatlah luas. Karena Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an,

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS. Thaha: 124)

Syaikh As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Sebagian ahli tafsir memandang bahwa penghidupan yang sempit itu bersifat umum, baik di dunia  -semisal kesedihan, kegetiran, dan hal-hal menyakitkan yang menimpa orang yang berpaling dari peringatan Rabbnya, yang merupakan siksaan yang disegerakan (di dunia ini)-, juga di alam Barzah, dan di akhirat, lantaran lafaznya bersifat mutlak, tanpa ada tambahan keterangan apapun.” (Tafsir As-Sa’di, 4: 547)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku”; maksudnya, menentang perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku, berpaling darinya, melupakannya, dan mengambil petunjuknya dari selain itu.

فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا “Maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit”; maksudnya kesempitan di dunia, sehingga tidak ada ketenangan atau kelapangan dada baginya. Dadanya terasa sempit dan sulit lantaran kesesatannya. Meskipun secara lahiriah dirinya merasakan kenikmatan, bisa mengenakan pakaian yang dikehendaki, bisa makan makanan yang dikehendaki, dan tinggal di tempat yang dikehendakinya, tapi selama tidak memiliki kemurnian dalam keyakinan dan petunjuk, maka hari-harinya berada dalam kegelisahan, kebimbangan, dan keraguan. Dia selalu dilanda keraguan dan kebimbangan. Ini termasuk kesempitan hidup.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5: 787)

[Bersambung]

Baca juga: Faedah dari kata واخشوني dan واخشون di dalam Al-Quran

***

Penulis: Annisa Auraliansa

Artikel Muslim.or.id

 

Referensi:

  • Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Ibnu Katsir Jakarta, Cetakan Kedelapan, Rabi’ul Awal 1435/ Januari 2014.
  • Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh ‘Utsaimin, Darul Falah Jakarta, Cetakan Pertama, 2007.
  • Tafsir Juz ‘Amma, Ustadz Dr. Firanda Andirja, Cetakan Pertama, Oktober 2018.
  • Shahih Al-Bukhari, Pustaka As-Sunnah Jakarta, Cetakan Pertama, April 2010.
ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Annisa Auraliansa

Annisa Auraliansa

Penulis di muslimah.or.id

Artikel Terkait

Makna Ayat “Rabbana Atina Fid Dunya Hasanah, Wa Fil Akhirati Hasanah”

oleh Yulian Purnama
13 September 2013
1

Apa yang dimaksud ayat "Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat" ?

Wahai Para Penghafal Al-Qur’an, Jagalah Akhlakmu, bag. 1

oleh Shofrida Afifah Azizah
20 November 2019
1

Mengingat betapa banyaknya kemuliaan dan keutamaan bagi orang yang menghafal Al-Qur'an. Hendaknya orang yang menghafal Al-Qur'an tidak menjadikan hafalan Al-Qur'an...

Faedah dari kata واخشوني dan واخشون di dalam Al-Quran

Faedah dari kata واخشوني dan واخشون di dalam Al-Quran

oleh Annisa Auraliansa
14 Maret 2024
0

Pernah satu ketika penulis menanyakan perbedaan kata واخشوني dan واخشون di dalam Al-Quran kepada Ustadzah salah satu halaqah Quran yang...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.