Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Candaan yang Melampaui Batas Syariat

Fauzan Hidayat oleh Fauzan Hidayat
3 Februari 2025
di Akhlak dan Nasihat
0
Candaan yang Melampaui Batas Syariat
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Larangan mengolok-olok
  • Bagaimanakah Rasulullah bercanda?
  • Akibat dari mengolok-olok orang lain

Tanpa disadari, lisan yang tidak terjaga sering kali menjadi alat untuk merendahkan martabat sesama. Mengolok-olok dapat merusak ukhuwah Islamiyah yang menjadi fondasi masyarakat Islam.

Namun, betapa seringnya kita mengabaikan nilai-nilai ini dengan alasan bercanda. Padahal, candaan yang melukai hati orang lain tidak hanya meruntuhkan kehormatan dirinya, tetapi juga mencerminkan akhlak buruk pelakunya. Inilah saatnya kita mengevaluasi diri: sudahkah kita menggunakan lisan untuk kebaikan, atau justru sebaliknya?

Larangan mengolok-olok

Allah Ta’ala berfirman,

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا خَيۡرًا مِّنۡهُمۡ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)…” (QS. Al-Hujurat: 11).

Donasi Muslimahorid

Kadangkala, kita menganggap remeh dosa tertentu, seperti bercanda dengan cara merendahkan orang lain. Alasannya sering kali sederhana: untuk memancing tawa atau menghidupkan suasana. Namun, bercanda yang mencederai harga diri orang lain tidak pernah dibenarkan dalam Islam, apalagi jika dilakukan di hadapan banyak orang. Candaan semacam ini, meski tidak termasuk dosa besar, tetap merupakan pelanggaran serius terhadap ajaran agama.

Merendahkan martabat orang lain, baik melalui olokan, celaan, maupun gelar buruk, adalah cerminan akhlak yang tercela. Apapun niat atau motifnya, tindakan ini bertentangan dengan prinsip kasih sayang yang diajarkan Islam. Sungguh, Islam sangat menghargai kehormatan individu, hingga menjadikan larangan ini sebagai bagian dari syariat yang tidak boleh diabaikan.

Sebagai seorang muslim, menjaga lisan adalah tanggung jawab besar. Lebih dari itu, perilaku kita adalah cerminan keindahan Islam. Maka, jauhilah candaan yang menyakiti hati orang lain, dan gantilah dengan kata-kata yang membawa kebaikan serta mendekatkan hati kepada Allah

Baca juga: Mengucapkan Cerai Kepada Istri Dengan Maksud Bercanda

Bagaimanakah Rasulullah bercanda?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari no. 6018; Muslim no.47)

Perkataan yang tidak membawa manfaat atau bahkan menyakiti orang lain sebaiknya ditahan, karena setiap kata yang terucap akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Akhlak mulia dalam berbicara adalah cerminan keimanan yang kokoh.

Anas radhiyallahu ‘anhu menceritakan salah satu bentuk canda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkata kepadanya,

!يَا ذَا الأُذُنَيْنِ 

“Wahai, pemilik dua telinga!” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi).

Candaan ini sederhana, ringan, dan tidak menyinggung perasaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunjukkan bahwa bercanda bisa menjadi sarana mendekatkan hati tanpa perlu melukai atau meremehkan.

Riwayat-riwayat lain juga menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjaga kehormatan orang yang diajak bercanda. Beliau bercanda dengan penuh kelembutan, tanpa kebohongan, dan tetap menjaga adab serta martabat lawan bicaranya. Hal ini menjadi teladan bagi umat Islam untuk tidak melampaui batas dalam bercanda sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Candaan yang melecehkan atau merendahkan hanya akan melukai hati orang lain dan mencoreng citra Islam. Oleh karena itu, mari berhati-hati dalam berkata dan menjadikan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai standar dalam berinteraksi dengan sesama

Akibat dari mengolok-olok orang lain

Mengolok-olok dapat menyebabkan kerusakan hubungan sosial dan spiritual. Setiap muslim memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga kehormatan satu sama lain, bukan justru mencederainya melalui kata-kata atau tindakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ

“Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain.” (HR. Muslim no. 2564)

Perbuatan mengolok-olok adalah bentuk penghinaan yang bisa memicu kebencian dan permusuhan di tengah masyarakat. Orang yang menjadi korban olok-olok mungkin merasa direndahkan, kehilangan harga diri, bahkan terasing dari lingkungannya. Tindakan ini juga berbahaya bagi pelakunya, karena mencerminkan kurangnya kesadaran akan hakikat persaudaraan Islam.

Mengolok-olok berarti menyalahi prinsip dasar ukhuwah Islamiyah, yang seharusnya mengajarkan kasih sayang dan saling menghormati. Orang yang terus memupuk kebiasaan buruk ini, dikhawatirkan bisa terjerumus dalam sifat zalim, bahkan tanpa disadarinya.

Oleh karenanya, saudaraku, pahamilah bahwa setiap kata yang keluar dari lisan kita memiliki dampak. Daripada mengolok-olok yang merusak hubungan dan mendatangkan murka Allah, lebih baik kita menggunakan lisan untuk mendoakan, memotivasi, atau memberikan nasihat yang membangun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan dalam menunjukkan kasih sayang kepada sesama, dan kita dituntut untuk meniru beliau agar hubungan sosial dan spiritual kita tetap harmonis.

Wallahu a’lam.

Baca juga: Bercanda yang Berpahala

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Artikel Muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Fauzan Hidayat

Fauzan Hidayat

Artikel Terkait

Mengingat Mati

oleh Ummu Sa'id
16 Mei 2011
11

Mengingat Mati "Dahulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur. Sekarang berziarahlah kalian ke kubur, karena ziarah kubur dapat melembutkan hati,...

Harta Adalah Tanggung Jawab (Bag. 2)

oleh Atma Beauty Muslimawati
30 Agustus 2019
0

Harta tersebut bukan milik Anda, melainkan harta Allah yang mana Allah menjadikan harta sebagai ujian untuk Anda.

Untukmu…Yang Dirundung Rindu dan Sendu (Bag.2)

oleh Umi Farikhah
20 September 2011
17

5. Kecenderungan hati itu soal selera... Berbicara tentang kecenderungan hati, sifatnya relatif sukar untuk dipaksa dan sangat bergantung dengan selera...

Artikel Selanjutnya
Mandi di Tempat Umum

Hukum Wanita Mandi di Tempat Umum dengan Alasan Pengobatan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.