Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Kendalikan Amarahmu

Hanifa Nadhya Ulhaq oleh Hanifa Nadhya Ulhaq
30 Juli 2024
di Adab dan Doa
1
Kendalikan Amarahmu
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk
  • Mengubah posisi ketika marah

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

“(Kenikmatan itu juga lebih baik dan lebih kekal bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, dan apabila marah, mereka segera memberi maaf.” (QS. Asy-Syura: 37)

Pada ayat yang agung ini, Allah Tabaraka wa Ta’ala menyebutkan sifat-sifat orang beriman, di antaranya adalah apabila mereka marah kepada seseorang karena perkataan atau perbuatannya, mereka segera memaafkan orang tersebut, sampai hilang rasa dendam dan ingin menyakiti orang yang membuatnya marah. Karena itulah jiwa mereka terlindungi dan hati mereka selamat (tentram) terhadap satu sama lain.

Disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

Donasi Muslimahorid

أن رجلًا قال للنبي صلى الله عليه وآله وسلم: أوصني، قال: (لا تغضب)، فردَّد مرارًا، قال: (لا تغضب)

Seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku nasihat.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau marah.” Orang tersebut mengulangi permintaannya berkali-kali, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari)

Pada hadis ini diceritakan bahwa ada seseorang yang dikenal dengan sifatnya yang mudah marah. Ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta nasehat yang mudah diterapkan dalam hidupnya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatinya dengan apa yang ia butuhkan, bermanfaat, dan sesuai dengan keadaannya, yaitu jangan marah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasehat ini karena kemarahan bisa membuat seseorang keluar dari kebiasaan dan tabiatnya, juga membuat darah bergejolak dalam dirinya, dan ingin memberi hukuman orang yang membuatnya marah. Lalu keluarlah kata-kata dan perilaku yang tidak dipikirkan konsekuensinya, kemudian ia menyesali semua perbuatannya setelah ia sadar.

Sebagaimana penyair berkata,

ولم أرفي الأعداء حين اختبرتهم – عدوا لعقل المرء أعدى من الغضب

“Dan aku tidak pernah melihat di antara musuh-musuh yang telah aku uji, musuh yang lebih berbahaya bagi akal manusia daripada kemarahan.”

Bait syair ini menjelaskan bahwa musuh terbesar pikiran sebenarnya bukan orang lain, melainkan amarah yang tumbuh dalam diri seseorang. Ketika seseorang kehilangan kendali atas amarahnya, ia berada di dalam keadaan yang tidak jauh dengan keadaan binatang buas. Ketika marah, seseorang bisa mengucapkan perkataan yang buruk, melukai perasaan orang lain, durhaka kepada orang tua, atau bahkan menceraikan istrinya yang sudah hidup bersamanya bertahun-tahun. Dan rupanya, itu adalah talak terakhirnya, lalu jatuhlah ia ke dalam dilema sehingga mencari solusi dari para syaikh dan hakim.

Ketika marah, seseorang bisa memukul anaknya dengan keras yang menyakiti raga dan jiwanya. Ketika marah, seseorang bisa memutus tali silaturahminya pada saudara dan kerabatnya. Ketika marah, seseorang bisa kehilangan akalnya bahkan membunuh saudaranya semuslim. Dari sini kita saksikan bahwa terjadinya pertumpahan darah dan hal-hal buruk lainnya bisa disebabkan oleh kemarahan seseorang dalam hidupnya. Imam Ja’far Ash-Shadiq pun berkata, “(Melampiaskan) kemarahan adalah kunci dari semua keburukan.”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz menuliskan dalam suratnya kepada salah satu gubernurnya, “Janganlah kamu menghukum orang dalam keadaan marah. Apabila kamu marah, maka tawanlah. Jika amarahmu sudah reda, keluarkanlah ia (tawanan) dan hukumlah sesuai kesalahannya tetapi janganlah melebihi dari 15 cambukan.”

Bagi orang yang cepat marah, ia perlu berusaha untuk mengendalikan kemarahannya, melatih diri untuk bersabar, lembut, memaafkan, dan tidak terburu-buru dalam menanggapi situasi yang membuat marah. Abu Hurairah radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ليس الشديد بالصُّرَعة، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب

“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) itu yang bisa mengalahkan orang lain, tetapi orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya saat marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Terdapat beberapa petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meredakan kemarahan, di antaranya sebagai berikut,

Meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk

Sulaiman bin Surad radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa dua orang saling mencaci di hadapan Nabi ketika kami sedang berkumpul, salah satu mereka marah hingga wajahnya memerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

إني لأعلمُ كلمةً لو قالها لذهب عنه ما يجد، لو قال: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

“Saya tahu satu kata yang jika dia mengucapkannya, kemarahannya akan hilang: ‘A’udzu billahi minasy-syaithanir-rajim (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk).” Kami pun (para sahabat) berkata, “Apakah kamu mendengar yang dikatakan Nabi?” Maka ia menjawab, “Saya bukan orang gila.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengubah posisi ketika marah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا غضبَ أحدُكم وَهوَ قائمٌ فليجلِسْ فإن ذَهبَ عنْهُ الغضبُ وإلَّا فليضطجِعْ

“Jika salah satu dari kalian marah dalam posisi berdiri, maka duduklah. Jika masih marah, maka berbaringlah.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Al-Khathabi rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang berdiri lebih siap untuk bertindak agresif, sedangkan yang duduk lebih tenang, dan yang berbaring lebih sulit untuk bergerak. Ini dilakukan agar tindakan impulsif yang bisa disesali nanti tidak terjadi.

Mengubah posisi juga membantu mengalihkan pikiran dan meredam kemarahan. Jika seseorang merasa tidak bisa mengendalikan amarahnya, sebaiknya ia menjauh dari tempat tersebut sampai tenang. Sebagaimana kisah Nabi shallallahu alaihi wa salam yang pindah dari lembah yang didatangi setan saat beliau tertidur dan melewatkan salat Subuh.

Petunjuk-petunjuk ini memerlukan latihan dan waktu untuk menerapkannya. Tetapi sedikit demi sedikit, kemarahan dan reaksi impulsif akan berkurang. Seseorang akan melihat manfaat dari mengendalikan diri terhadap keadaan emosional dan kesehatannya, serta hubungannya dengan keluarga, teman, dan masyarakat.

Baca juga: Hukum Perkataan “Aku beriman insya Allah”

***

Penerjemah: Hanifa Nadhya Ulhaq

Artikel Muslimah.or.id

 

Catatan kaki:

Artikel ini diterjemahkan dari tulisan karya Dr. Ahmed Adel Al-Azmi yang dapat diakses di:

https://www.alukah.net/sharia/0/168990

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Hanifa Nadhya Ulhaq

Hanifa Nadhya Ulhaq

- Alumni STDI Imam Syafii Jember - Alumni Ponpes Imam Bukhari Solo - Pengajar diniyah dan bahasa Arab Mts Jamilurrohman Putri

Artikel Terkait

bahaya 'ain terkena 'ain

Menjaga Anak dari Bahaya ‘Ain

oleh Ummu Ziyad
27 Maret 2008
23

Perlu menjadi perhatian bagi orang tua bahwa dalam syari'at Islam telah dijelaskan adanya bahaya 'ain (pandangan mata) terutama bagi anak-anak

Faedah Dzikir (Bagian 1)

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
4 April 2012
9

Saya mensarikan faedah ini dari faedah-faedah yang telah disebutkan oleh  Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya, Al-Wabib Ash-Shayyib.1 Bahwasanya dzikir itu...

Adab Menyambut Tamu

oleh Deni Putri Kusumawati
5 Januari 2021
0

Islam adalah agama yang sempurna yang mengajarkan kebaikan kepada manusia dalam setiap aspek kehidupan. Demikian juga dalam bermuamalah dengan sesama...

Artikel Selanjutnya
Bohong kepada Anak

Bohong kepada Anak, Bolehkah?

Komentar 1

  1. Umma abda says:
    10 bulan yang lalu

    Masyaallah, barakallahfiik..

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.