Sebagian orang merasa was-was, cemas, takut, dan khawatir memikirkan nasibnya di masa depan. Khawatir dia jatuh miskin, khawatir suaminya tiba-tiba meninggal dan tidak ada lagi yang menafkahi dirinya, atau khawatir tidak mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, dan kekhawatiran lainnya.
Saudaraku, bagi yang memiliki kecemasan semacam ini, hendaknya merenungkan firman Allah Ta’ala berikut,
وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيراً
“Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah murka dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahanam. Dan (neraka Jahanam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.” (QS. Al-Fath: 6)
Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala menjelaskan bahwa di antara karakter (sifat) orang-orang munafik dan musyrikin adalah buruk sangka kepada Allah. Dan itulah di antara sebab mereka mendapatkan murka dan azab dari Allah Ta’ala.
Jangan berburuk sangka kepada Allah karena tidak ada alasan bagi kita untuk berburuk sangka kepada-Nya. Marilah kita merenung sejenak. Pada saat bayi ketika kita tidak mampu berbuat apa-apa, Allah jamin rezeki kita, Allah tidak telantarkan kita. Saat kecil, kita tidak memiliki kecemasan dan kekhawatiran semacam itu, padahal kita tidak bisa dan tidak memiliki apa-apa ketika itu. Bagaimana lagi dengan kondisi kita sekarang? Ketika kita memiliki ilmu, kemampuan, kekuatan, dan sarana-sarana untuk mencari rezeki sendiri, tidak lagi bergantung kepada orang tua.
Oleh karena itu, kecemasan semacam itu hanyalah berasal dari setan. Inilah yang setan bisikkan ke dalam hati manusia. Setan bisikkan ketakutan, kecemasan, was-was, dan kekhawatiran terhadap masa depan. Allah Ta’ala berfirman tentang apa yang diperbuat setan kepada manusia,
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاء وَاللّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلاً وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan (kefakiran) dan menyuruh kamu berbuat kekejian; sedangkan Allah menjanjikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 268)
Baca juga: Overthinking
Setan menghantui manusia dengan kefakiran dan kemiskinan alias membuat kita menjadi paranoid. Lalu setan akan memerintahkan kita untuk melakukan hal-hal yang keji, tidak bisa berpikir logis. Maka jelaslah bahwa kecemasan semacam itu hanya berasal dari setan, jangan dipercaya. Allah yang menjaga kita pada saat bayi, Allah pula yang menjaga kita pada hari ini. Kita harus yakin kepada Allah, Rabbul ‘alamin.
Lalu, bagaimana kita agar kita sembuh dari kecemasan semacam ini? Masalah utama yang mendasari adalah karena kurangnya kita berdzikir kepada Allah Ta’ala. Kurang memperbanyak mengingat Allah, kurang merenungi firman-firman-Nya, namun hanya sibuk memikirkan manusia. Inilah sebuah kaidah penting dalam kehidupan, sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu ‘Aun rahimahullah,
ذكر الناس داء، و ذكر الله دواء
“Mengingat manusia atau makhluk itu penyakit, dan obatnya adalah mengingat Allah.”
Saudaraku, Allah tidak pernah mengkhianati kita, Allah tidak pernah menyelisihi janji-Nya, namun kita sendiri yang justru melakukan pengkhianatan terhadap Allah Ta’ala dengan tidak menaati perintah-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“Sesungguhnya Allah tidak menyalahi (menyelisihi) janji.” (QS. Ali ‘Imran: 9)
Dalam ayat yang telah kami sebutkan di atas, Allah Ta’ala menjanjikan karunia dan ampunan-Nya kepada kita,
وَاللّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلاً
“Sedangkan Allah menjanjikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia.” (QS. Al-Baqarah: 268)
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berjanji,
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq: 4)
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Oleh karena itu, marilah kita memperbanyak kembali kepada Allah, bertobat kepada-Nya atas dosa dan maksiat yang kita lakukan. Kita perbanyak mengingat dan menceritakan nikmat-nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan (ceritakan).” (QS. Adh-Dhuha: 11)
Semoga dengan banyak mengingat Allah, kecemasan dan ketakutan semacam itu akan sembuh dan disembuhkan oleh Allah Ta’ala. Aamiin.
Baca juga: Bagaimana Hendaknya Kita Menyikapi Ujian?
***
@25 Dzulhijah 1445/ 2 Juli 2024
Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel Muslimah.or.id
Catatan kaki:
Disarikan dari ceramah Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafizhahullah di tautan ini: https://www.youtube.com/watch?v=ApuJHgPRlhk&t=337s
Jazzakallah khairan khatsiraa