Fatwa Asy Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrak
Soal:
Apa hukum belajar ilmu psikologi dan mengambil manfaat darinya?
Jawab:
ما أدري عنه، علمُ النَّفس هذا مِن العلوم الطّبيَّة، فإذا لم يكن فيه ولا يَستلزمُ فعل مُحرَّم فهو علم مِن العلومِ التجريبيّة
Yang saya ketahui, ilmu psikologi merupakan bagian dari ilmu medis. Jika tidak mengandung perkara yang diharamkan, dan tidak mengantarkan kepada sesuatu yang diharamkan, maka ilmu ini adalah ilmu yang diketahui dari hasil penelitian.
وهذا في بابِ الطِّب، وفيه [وهناك] علم نفس عام يتَّصل بأمور أخرى، مثل التَّربية والتَّعليم، يعني معرفةُ طبائِع الأشياء، طبائعِ الإنسانِ وأخلاقِه في حدود
Dan ilmu ini ada dalam bidang medis. Ilmu psikologi juga memiliki korelasi dengan bidang-bidang lainnya. Seperti bidang pendidikan dan pengajaran. Fokus ilmu ini adalah mengetahui tentang tabiat manusia serta perilakunya dalam ruang lingkup tertentu.
فأخذٌ مِن هذا بقَدَرٍ لا يترتَّب عليه تَرك ما هو خير ولا يَستلزم فعل محرَّم، بأن يكون لا يُحصَّلُ إلا بارتكاب أمر محرَّمٍ أو أمر مذمومٍ
Maka mempelajari ilmu psikologi hukumnya boleh dalam kadar yang tidak membuat seseorang meninggalkan perkara yang lebih baik (yaitu yang diajarkan agama). Juga dalam kadar yang tidak membuat seseorang melakukan perkara yang haram. Dan tidak mengantarkan seseorang untuk mengerjakan perkara yang haram atau perkara yang dicela (dalam agama).
فيصبح هذا العلمُ -علم النَّفس- خاضعًا لـِمَا يشتملُ عليه وما يُتَوصَّلُ به إليه
Maka kesimpulannya, kebolehan ilmu psikologi perlu memperhatikan apa yang ada di dalamnya dan juga melihat ia akan mengantarkan kepada apa.
Sumber: https://sh-albarrak.com/article/6592
Fatwa Komisi Fatwa Islamweb
Mereka menjawab:
فأما علم النفس فلا شك أن له أصلاً في الشرع، فلطالما تحدث القرآن الكريم وتحدثت السنة النبوية عن النفس الإنسانية
Adapun ilmu psikologi, maka tidak ragu lagi bahwa ia memiliki landasan dalam syari’at. Sering sekali Al Qur’an yang mulia dan sunnah nabawiyyah bicara tentang jiwa manusia.
إلا أن علم النفس الذي يدرس حالياً في المؤسسات التعليمية إنما هو مأخوذ من أناس أغلبهم غير مسلمين، ولا يدينون بدين صحيح ومن ثم أهملوا جانب اتصال العبد بربه، وإيمانه به وبقدرته وبقدره، وينظرون إلى الأحداث نظرة مادية مجردة، بالنظر إلى الأسباب دون النظر إلى المسبب
Namun sayangnya, ilmu psikologi yang umumnya dipelajari di lembaga-lembaga pendidikan itu bersumber pada referensi-referensi non Muslim. Yang mereka tidak beragama dengan agama yang benar. Selain itu, dalam membahas jiwa manusia, mereka juga menihilkan hubungan antara manusia dengan Rabb-nya, menihilkan sisi iman, menihilkan kekuatan Allah dan takdir-Nya. Mereka hanya memandang jiwa manusia dari sisi material saja. Dengan meneliti faktor-faktor yang terkait jiwa manusia, tanpa memperhatikan siapa yang menakdirkan itu semua (yaitu Allah).
لذلك ينبغي على الدارس والعامل في هذا المجال دراسة الكتاب والسنة، والحذر مما تجره هذه الدراسات من الإنزلاق والمجانبة للطريق المستقيم
Oleh karena itu, hendaknya orang yang belajar dan mempraktekan ilmu psikologi, mereka juga mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah. Dan hendaknya dalam belajar ilmu ini, mereka menjauhkan diri dari semua hal yang bisa menyeret kepada ketergelinciran dan bisa membuat mereka jauh dari jalan yang lurus.
Sumber: https://www.islamweb.net/ar/fatwa/132439
***
Penulis: Ustadz Yulian Purnama
Artikel Muslimah.or.id