Seorang penyair bersenandung:
(Menuntut ilmu dengan baik) tidak akan bisa dicapai oleh orang yang banyak keluarga serta berkedudukan tinggi.
Hanya orang yang sedang sendirian yang mampu mencapainya.
(Lihat syarah kitab Hilyah Thalibil ‘ilmi hal. 108 oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-`Utsaimin).
Muslimah cerdas adalah sosok wanita shalihah yang selalu rindu dengan majelis ilmu. Hatinya akan bahagia manakala ia mampu memahami petunjuk Allah dan Rasul-Nya dengan senantiasa menyibukkan hatinya, mengisi hari-harinya bersama kitab dan sunnah. Ketika kita dikaruniai waktu luang dan kesempatan menimba ilmu dengan berbagai wasilah yang saat ini dimudahkan Allah, maka raihlah kesempatan berharga ini. Jangan pernah menundanya, karena kita tak pernah tahu kapan kesempatan emas itu akan terulang. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
?????????? ??????? ?????? ?????? : ????????? ?????? ???????? ?? ????????? ?????? ???????? ?? ??????? ?????? ???????? ?? ????????? ?????? ???????? ?? ????????? ?????? ????????
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya [4/341]. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Saat muda ketika belum berkeluarga dan beban kehidupan belum terlalu menguras energi dan pikiran, isilah detik-detik harimu dengan ilmu syar’i. Belajar di waktu muda bagaikan mengukir di atas batu. Dimana jiwa masih jernih, hati belum tersibukkan dengan berbagai amanah rumah tangga, niscaya anda akan lebih mudah memahami ilmu.
Umar bin Khattab radhiallahu’anhu berkata: “Belajarlah kalian sebelum menjadi pemimpin. Karena seseorang kalau sudah menjadi pemimpin, maka akan banyak urusannya, lalu pikirannya pun banyak bercabang sehingga konsentrasinya pun buyar. Saat dia ingin mengerjakan sesuatu, tiba-tiba ada keperluan lain yang jauh lebih mendesak dari apa yang akan dia kerjakan sebelumnya, maka diapun harus mengurungkan niatnya. Oleh karena itu sungguh-sungguhlah engkau dalam belajar mumpung engkau masih punya waktu longgar, telaah, belajar, dan bahaslah serta jadikan lembaran-lembaran kitab itu sesuatu yang menjadi rutinitas pandangan matamu. Ketahuilah bahwasanya kalau engkau terbiasa dengan sungguh-sungguh dalam belajar, maka ini akan menjadi kebiasaanmu, yang mana bila suatu saat engkau merasa malas saat sedang rekreasi misalnya, maka engkau akan mengingkari dirimu sendiri dan engkau akan menemukan sesuatu yang kosong pada dirimu”. (Lihat syarah kitab Hilyah Tholibil ‘ilmi, hal. 143 oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin).
Wahai muslimah yang dicintai Allah, berbahagialah Anda ketika dimudahkan-Nya untuk mengarungi lautan ilmu disaat banyak muslimah yang lain lebih asyik dengan kehidupan dunianya. Inilah nikmat besar yang sepantasnya menjadikan kita lebih bersemangat menggali ilmu demi kemuliaan akhirat. Inilah bekal yang seharusnya memperberat timbangan amal di sisi Allah.
Dan untuk istiqamah dalam menuntut ilmu syar`i, kitapun harus memiliki sahabat-sahabat yang shalihah. Imam Al-Hasan Al-Basri rahimahullah berkata: “Sahabat-sahabat kami di majelis ilmu lebih berharga daripada keluarga kami. Keluarga kami mengingatkan pada keduniaan sedangkan sahabat-sahabat kami mengingatkan perkara-perkara akhirat”. (Lihat kitab Min Asbabil Futur wa ‘Ilajihi, hal. 54).
***
Referensi :
- Begini seharusnya menjadi muslimah cerdas, Mubasyirah binti Mahrus Ali, At-Tibyan, Solo, 2010
- Majalah As-Sunnah, edisi 10/Tahun VI/1423 H
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Artikel Muslimah.or.id
Bismillah, umm, ibu mertua ana belum mengenal sunnah (kondisi mertua ana adalah tokoh masyarakat yang berpegang teguh pada suatu ormas dan mengerjakan amalan yang tidak ada dalilnya), beliau sangat menentang jika ana dan suami datang ke majelis ilmu yang berbeda dengan mereka, jika kami ingin datang ke kajian kami belum jujur umm, karena pernah ibu mertua ana tahu langsung beliau meronta dan menangis sesedih-sedihnya umm, qodarullah kondisi bapak mertua ana struk umm, kami tidak tega, tapi ana selalu merasa ada yang mengganjal jika terus tidak jujur umm, maksud ana pelan-pelan jujur tapi suami memilih diam-diam saja umm, apa yang harus kami lakukan umm, mohon nasihatnya umm