Yang keempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari keburukan fitnah masihud Dajjal.
Dajjal, makhluk yang akan datang di akhir zaman yang diberikan oleh Allah sebagai fitnah yang besar kepada manusia. Sampai-sampai kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada seorang pun nabi, kecuali memperingatkan umatnya dari bahaya Dajjal.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma,
قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّاسِ فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: إِنِّي أُنْذِرُكُمُوْهُ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ قَدْ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، لَقَدْ أَنْذَرَهُ نُوْحٌ قَوْمَهُ وَلَكِنْ سَأَقُوْلُ لَكُمْ فِيْهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ، تَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ أَعْوَرُ وَأَنَّ اللهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di hadapan manusia, menyanjung Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sanjungan yang merupakan hak-Nya, kemudian menyebut Dajjal dan berkata, ‘Aku memperingatkan kalian darinya, tidaklah ada seorang nabi kecuali pasti akan memperingatkan kaumnya tentang Dajjal. Nuh ‘alaihissalam telah memperingatkan kaumnya. Akan tetapi aku akan sampaikan kepada kalian satu ucapan yang belum disampaikan para nabi kepada kaumnya. Ketahuilah dia itu buta sebelah, adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah demikian.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim no. 2930)
Dajjal adalah fitnah yang sangat besar. Bagaimana tidak wahai saudariku, Dajjal mengaku sebagai rabb, memerintahkan hujan untuk turun, lalu turunlah hujan (dengan ijin Allah-ed), memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, lalu tumbuh tanaman, menghidupkan orang mati dan yang lainnya sebagai fitnah bagi kaum muslimin (dengan ijin Allah-ed). Bayangkan wahai saudariku?
Maka dari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan, bahwasanya yang menjadi pengikut dajjal adalah orang-orang yang bodoh terhadap agama mereka. Betapa tidak, orang-orang awam banyak yang tertipu dan terfitnah oleh para dukun. Orang-orang awam banyak yg terfitnah oleh kuburan-kuburan yang dianggap “kuburan wali”. Orang-orang awam banyak terfitnah dengan keris-keris pusaka dan yang lainnya. Apabila dengan dajjal kecil saja tertipu, bagaimana dengan Dajjal yang sangat besar fitnahnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang kisah seorang pemuda yang dibunuh oleh Dajjal. Dalam riwayat Imam Muslim (2938) dari hadits Abu Sai’id al-Khudri terdapat kisah menarik tentang pertarungan antara Dajjal dengan seorang mukmin, ringkasnya:
Ada seorang pemuda beriman datang kepada Dajjal seraya berkata padanya, “Wahai manusia, ini adalah Dajjal yang telah diceritakan Rasulullah dalam haditsnya!”
Dajjal berkata, ” Apakah kamu beriman padaku?”
Jawab pemuda itu, “Kamu adalah pendusta”.
Pemuda itu kemudian digergaji sehingga terbelah menjadi dua, lalu Dajjal melewati dua potongan badannya kemudian menyuruhnya berdiri.
Pemuda itupun berdiri lagi seraya berkata, “Saya malah bertambah mantap tentang dirimu bahwa engkau adalah Dajjal yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!”.
Setelah itu, Dajjal ingin membunuhnya tetapi tidak bisa”.
Bayangkan wahai saudariku, si pemuda tersebut telah memiliki pengetahuan bahwasanya Dajjal akan datang. Ini menunjukkan bahwa orang yang memahami ilmu agama, insyaa Allaah dia akan diselamatkan dari fitnah Dajjal. Maka dari itu wahai saudariku, kita berkewajiban untuk berlindung dari fitnah dajjal. Ia adalah fitnah yang sangat besar.
Dan terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a memohon perlindungan dari perbuatan dosa dan hutang.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Dosa dan hutang, terkadang seorang hamba menganggapnya kecil dan remeh, padahal itu akan dibayar dengan amalan di akhirat kelak. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwasanya orang yang mati syahid diampuni semua dosa-dosanya, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun memberikan pengecualian, yakni kecuali hutang. Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
“Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim no. 1886)
Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Ibnu Majah juga membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan Keras Mengenai Hutang.”)
Demikianlah keadaan orang yang mati dalam kondisi masih membawa hutang dan belum juga dilunasi, maka untuk membayarnya akan diambil pahala kebaikannya. Itulah yang terjadi ketika hari kiamat karena di sana tidak ada lagi dinar dan dirham untuk melunasi hutang. Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berlindung dari hutang ketika shalat?
Ibnul Qayyim dalam Al Fawa’id (hal. 57, Darul Aqidah) mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan mendatangkan kerugian di dunia.” Inilah do’a yang seharusnya kita amalkan agar terlindung dari hutang:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang”.
Maka dari itu wahai saudariku, janganlah seorang hamba bermudah-mudah untuk berhutang. Dan jangan pula seorang hamba berbuat zalim dengan tidak membayar hutang. Sesungguhnya hutang itu akan dibayar di akhirat, bukan dibayar dengan dinar, bukan dibayar dengan rupiah, bukan dibayar dengan dirham, akan tetapi akan dibayar dengan amalan kita. Padahal amalan kita adalah modal utama menuju surga.
Wa shallallahu ‘ala nabiyyiina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Penulis: Ummu Izzah Hilda
Muraja’ah: Ust. Aris Munandar hafidzahullah
Maraji’:
- Qur’anul karim
- Rekaman kajian Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc Hafizhahullahu Ta’ala
- http://abiubaidah.com/
- http://rumaysho.com/
- http://www.indoquran.com
- Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Yazid bin Abdul Qadir Jawas,Imam Asy-Syafi’i, Jakarta.
- Syarah Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim, Dr, Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, Darul Falah, Jakarta.
- Sudah Benarkah Aqidah Kita, Syaikh DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Ash-Shahihah, Jakarta.
- Surga Neraka dan Calon Penghuninya menurut al-Quran dan as-Sunnah, Syaikh ‘Ali Hasan bin ‘Ali al-Halabi al-Atsari, Imam Asy-Syafi’i, Jakarta.
Jazakallah ustadz, perlindungan Rasulullah tsb tercermin pada do’a tasyahud akhir
izin share..
jazakumullah khoir
Assalamualaikum wr wb
saya tetarik dengan Materi Aqidah ini kalau bisa muslimah menyajikan peran orang tua dalam menanamkan akidah kepada anak dalam keluarga. trimakasih
assalamu’alaikum..
izin share,jazakumullah khoir
@ fitri
wa’alaikumussalam
silahkan untuk m-share, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat
assalamualaikum
saya mau tanya ustadzah,
bagaimana kalau seandainya hutang tsb sudah diikhlaskan oleh pemberi hutang, apakah itu masih merupakan hutang?
wassalamualaikum
@ Novi
Wa’alaikumussalam,
Jika hutang tersebut direlakan oleh pemiliknya maka statusnya bukan hutang lagi tapi hadiah ataupun hibah.
saudara2 ku untuk memahami lebih lanjut tentang orang yg meninggal tapi masih terlilit hutang silahkan baca atau dengarkan vcd ceramah ust.yazid jawas berjudul”roh seorang muslim tergantung dgn hutangnya’ kajian ini sangat bagus dan semakin membuat kita berfikir
ulang 7kali ketika hendak berhutang, wuiih buanyak amat yach ampe 7 kali hii..hii
izin copy ya, jazakumullah
assalamualaikum wr wb,mohon penjelasan ttg riba,apakah rizki yg kita peroleh(gaji) sbg karyawati bank konsvensional(bukan syariah)itu termasuk hasil riba?terima kasih.
@ Nila
Wa’alaikumussalam,
Jawaban pertanyaan Anti ada dilink berikut selamat menyimak.
http://muslim.or.id/soal-jawab/soal-93-status-gaji-pegawai-bank.html
Bismillaah, ana izin share. jazaakumullah khayr
Bismillah, bagaimana hutang sholat ketika sedang sakit dan ia meninggal dunia, apa harus dibayar oleh ahli waris brupa fidyah atau qodho sholat
ukhti…yang kami pahami, ketika sakit…maka Allah memberi keringanan dalam hal “cara” melakukan sholat tersebut. Misalnya jika tidak sanggup berdiri, maka duduk, jika tidak sanggup sholat sambil duduk, maka sholat dalam keadaan tiduran (rebah). Sehingga dalam keadaan sakit, kewajiban itu tetap ada namun dilaksanakan sesuai kemampuan (bukan tidak dilaksanakan untuk kemudian di”bayar” ketika sudah sehat). Wallahu a’lam
Assalamu alaikum wa rahmatullah. Afwan , ana menggunakan tablet Samsung. Tampilan textnya koq tidalk bisa diperbesar.?.Jazaakumullahu khoir .