Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Berputus Asa yang Dibolehkan

Muslimah.or.id oleh Muslimah.or.id
28 Oktober 2014
di Akhlak dan Nasihat
1
Share on FacebookShare on Twitter

Bismillah. Washsholatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.

Sebagai seorang muslim, kita tentu memahami bahwa berputus asa merupakan hal yang tercela dalam agama Islam yang mulia ini. Bahkan berputus asa dari rahmat Allah Ar Rahman merupakan salah satu tanda kebinasaan. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an, mengisahkan perkataan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam kepada putra-putranya,

يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ

“Wahai anak-anakku, pergilah kalian dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya, dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidaklah ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.” (QS. Yusuf: 87)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu memasukkan berputus asa dari rahmat Allah sebagai salah satu dosa besar yang letaknya di hati. Setelah membawakan ayat di atas sebagai dalil, beliau menambahkan dengan riwayat dari Abdullah ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma secara marfu’ (yang artinya), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya,

Donasi Muslimahorid

“’Apa sajakah yang termasuk dosa-dosa besar?’ Beliau menjawab, ‘Mempersekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah.’” [1]

Islam senantiasa mengajarkan optimisme dalam segala hal yang bermanfaat, baik bagi dunia maupun akhirat pemeluknya. Hal ini tercermin dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ

“Bersemangatlah dalam apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah merasa lemah.” (HR. Muslim).

Namun tahukah kita, ada jenis putus asa yang dibolehkan?

Itu adalah berputus asa dari mengharap apa yang ada di tangan manusia. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr hafizhohullahu menjelaskan,

“Barangsiapa yang berputus asa (tidak mengharapkan) apa yang ada di tangan manusia, maka ia akan menjalani hidupnya dengan penuh wibawa dan mulia. Dan barangsiapa yang hatinya bergantung kepada apa yang ada di tangan orang lain, maka ia akan hidup dengan kehinaan dan kerendahan. Dan barangsiapa yang hatinya bergantung kepada Allah, ia tidaklah mengharap kecuali kepada Allah, tidak meminta kebutuhannya kecuali kepada Allah, tidak bertawakkal kecuali kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya kebutuhan kehidupan dunia dan akhiratnya. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

اَلَيْسَ اللّٰهُ بِكَافٍ عَبْدَهٗۗ 

‘Bukankah Allah cukup bagi hambaNya?’ (QS Az Zumar: 36)

Dan Dia Jalla wa ‘Ala berfirman,

 وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ

‘Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Ia akan mencukupinya.‘ (QS. Ath Tholaq: 3)

Dan taufik itu ada di tangan Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya.” [2]

Hal ini pula yang diisyaratkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, ketika seorang lelaki datang dan meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mewasiatinya,

عَلَيْكَ بِالْيَأْسِ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

“Hendaknya engkau berputus asa dari apa yang ada di tangan manusia.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albani menyatakan, “Hasan lighoirihi.”). [3]

Namun, hal ini bukan berarti kita tidak diperbolehkan menuntut hak kita. Semisal gaji setelah bekerja, atau piutang yang belum dibayarkan, atau harta kita yang diambil dengan cara tidak halal (seperti penipuan atau pencurian). Yang dimaksud dalam hadist ini adalah bergantungnya hati pada harta-harta tersebut, seakan-akan rizki kita terbatas padanya. Sehingga jika tidak segera mendapatkannya, hati dan pikiran kita terus dihantui perasaan resah dan kesal, bahkan tidak jarang berujung pada stres dan gangguan kejiwaan, atau penumpahan darah, sebagaimana yang marak kita jumpai di masyarakat kita akhir-akhir ini. Semoga Allah Ta’ala menjaga kita semua darinya.

Wabillahittaufiiq.

***

Penulis: Ummu Qonita Ika Kartika

Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits

Artikel www.muslimah.or.id

Maroji’:

[1] Al Kaba’ir. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Muhaqqiq: Isma’il Al Anshory. (e-book version via www.waqfeya.net)

[2] www.al-badr.net

[3] Shohih Targhib wa Tarhib. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Maktabah Ma’arif Riyadh. Cet.I 1412 H. (e-book version)

 

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Muslimah.or.id

Muslimah.or.id

Artikel Terkait

Wanita: Antara Pembela dan Pencela (4)

oleh Mahful Safaruddin, Lc.
23 Mei 2008
5

Ini sejarah singkat tentang gerakan iblis dengan nama "Emansipasi Wanita" yang telah banyak memakan korbannya dari kalangan wanita muslimah di...

Harta Adalah Tanggung Jawab (Bag. 1)

oleh Atma Beauty Muslimawati
19 Agustus 2019
3

Tidak bergeser kaki seorang hamba pada hari Kiamat sampai ia ditanya tentang empat hal ... tentang hartanya dari mana ia...

Menerima Takdir dengan Rasa Yakin dan Tawakal

Menerima Takdir dengan Rasa Yakin dan Tawakal

oleh Retno Utami
21 Februari 2024
0

Kehidupan dunia berisi kejadian yang tidak terduga dan tidak pasti. Kita sudah berencana dan berusaha tetapi seringkali kenyataan tidak sesuai...

Artikel Selanjutnya

Bolehkah Wanita Bicara dengan Lelaki Ajnabi di Telepon?

Komentar 1

  1. Astrid Ediati says:
    11 tahun yang lalu

    Ulasan yang sangat bagus, insya Allah bermanfaat dan dapat memelihara iman kita, aamiin..

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.