Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Penyakit Hati yang Menghilangkan Manisnya Keimanan

Redaksi Muslimah.Or.Id oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
16 September 2025
di Tazkiyatun Nufus
0
Penyakit Hati
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Hasad adalah penyakit hati yang berbahaya
  • Kemarahan tidak menyelesaikan apapun
  • Harta, biarkanlah dia berada di genggamanmu, jangan beri tempat baginya di hatimu!

Artikel ini adalah sebuah faidah yang diambil penulis dari muhadhoroh bersama Syekh Khatib Al-Misry ditambah maklumat lain dari penulis.

Syekh Khatib, beliau adalah salah satu ustadz yang perkataannya selalu memberikan motivasi plus gizi bagi hati. Hari ini, walau tidak bisa menangkap semua yang disampaikan Syekh, tapi setidaknya ada beberapa faidah yang insya Allah bisa bermanfaat bagi mereka yang mau mengambil pelajaran. Dan sebagian saya tambahkan dari sumber lainnya.

Hasad adalah penyakit hati yang berbahaya

Hasad, kata yang tidak asing bagi seorang muslim. Hasad atau mungkin bisa disebut iri hati, adalah mengharapkan hilangnya nikmat untuk orang lain dan juga berharap nikmat itu berpindah untuk dirinya sendiri. Ada satu kalimat yang disampaikan syekh yang juga merupakan intisari dari hadis Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam,

لن تذوق حلاوة الإيمان حتى تعرف ما أخطأك لم يكن ليصيبك, وما أصابك لم يكن ليخطأك

“Engkau tidak akan merasakan manisnya keimanan sampai engkau tahu dan paham bahwa semua yang luput darimu, tidak akan menimpamu; dan semua yang menimpamu tidak akan terluput darimu.”

Donasi Muslimahorid

Kenapa seorang muslim tidak akan merasa manisnya keimanan sebelum menyadari kaidah ini?

Jawabannya mungkin cukup simpel untuk diucapkan, tapi sangat sulit untuk mengaplikasikannya. Hati seorang muslim hakikatnya harus terbebas dari semua penyakit hati, penyakit hati yang mayoritasnya bersumber dari materi dunia dan tipuannya. Dan ketika kita sebagai seorang muslim bisa melepaskan hati dari jeratan penyakit ini, maka kita akan mendapatkan sakinah atau ketenangan di dalam diri kita.

Salah satu, dan mungkin bisa dikatakan penyakit hati yang paling berbahaya itu adalah hasad. Mengapa hasad? Karena hasad menjadikan amal kebajikan seorang muslim menjadi sia-sia, hasad dengan amal seumpama api yang memakan kayu bakar. Maka, orang yang di hatinya tertanam sifat hasad, dia tidak akan merasa tenang dan tidak akan pernah merasakan manisnya iman.

Ketika engkau mendapatkan sifat ini di hatimu, maka berusahalah untuk mengobatinya. Kami tidak mengatakan bahwa hasad itu mudah untuk diobati, tapi kami hanya ingin mengatakan, jika engkau ingin merasakan ketenangan, maka berusahalah untuk menghilangkannya sedikit demi sedikit! Tanamkan dalam dirimu, jika engkau mendapatkan suatu musibah atau hal-hal yang tidak membuatmu bahagia, percayalah bahwa hal itu baik bagimu. Allah yang telah menetapkan hal itu untukmu; dan apa yang Allah tetapkan untukmu, tidak akan salah sasaran dan engkau pun tidak akan bisa menolaknya. Dan sebaliknya, semua hal yang engkau inginkan, baik harta, kecantikan, ketenaran, posisi, kecerdasan, dan lainnya, jika Allah tidak menetapkannya untukmu, maka tidak akan ada satu pun kekuatan di dunia ini yang bisa memberikan hal itu untukmu.

Berusahalah untuk rida dan menerima semua ketetapan Allah bagi dirimu, maka engkau akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Ketika engkau melihat suatu nikmat yang diperoleh temanmu, maka bisikkan pada hatimu, hidup adalah roda; ada kalanya engkau berada di atas dan ada kalanya engkau berada di bawah. Doakan kebaikan untuknya, berbahagialah dengan kebahagiaannya, dan letakkan dirimu seakan-akan engkau lah yang mendapatkan nikmat itu.

Kemarahan tidak menyelesaikan apapun

Ketika seseorang menguji kesabaranmu, dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan prinsipmu, kami tidak mengatakan bahwa engkau tak boleh marah. Kami hanya ingin menyampaikan kepadamu bahwa orang yang memiliki akal jernih dan hati yang bijak, dia akan memikirkan beribu kali apa yang akan terjadi jika dia membalas rasa bencinya dengan amarah.

Marah adalah sesuatu yang membutakan banyak manusia. Bagaimana tidak? Seseorang yang tidak bisa mengontrol kemarahannya, dia akan melakukan hal-hal bodoh yang akan disesalinya sendiri ketika kemarahannya reda. Orang yang kuat bukanlah dia yang bisa mengeluarkan semua kemarahannya; tetapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan amarahnya ketika dia sanggup untuk mengeluarkan amarah itu.

Luqman pernah berkata kepada anaknya, “Wahai anakku! Aku tidak pernah menyesali sikap diamku, tapi aku sering menyesali perkataanku.” Jika ini hanya berupa perkataan biasa, bagaimana lagi jika perkataan itu keluar di puncak kemarahan seseorang? Ketika engkau marah, maka diamlah! Duduklah jika engkau sedang berdiri, berbaringlah ketika duduk tidak mampu mengatasi amarahmu, dan jikalau dengan berbaring amarahmu belum reda, maka berwudulah dan salat dua rakaat! Menjauhlah sebentar dari hal-hal yang memicu kemarahanmu, dan jangan memutuskan sesuatu dan engkau masih berada dalam kemarahan.

Harta, biarkanlah dia berada di genggamanmu, jangan beri tempat baginya di hatimu!

Seorang muslim bukan berarti harus menjadi orang miskin. Justru muslim seharusnya menjadi seseorang yang memiliki harta. Para sahabat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, seperti Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu, dia adalah orang yang kaya. Abu Bakar Ash-Shidiq radhiyallahu ‘anhu juga adalah orang yang kaya. Permasalahannya bukan di hartanya, namun bagaimana hatimu melihat kekayaan itu. Apakah harta itu di tanganmu atau di hatimu?

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, ketika ada seruan untuk mebiayai jihad fii sabilillah, maka tanpa ragu dia menginfakkan semua hartanya, bukan seperempat atau setengah, bahkan semuanya. Mengapa Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dengan mudahnya melakukan hal ini? Jawabannya, karena hartanya hanya di genggamannya tidak sampai di hatinya. Hartanya adalah alat untuk mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala.

Pertanyaan untuk diriku dan dirimu yang membaca risalah ini, bagaimanakah pandanganmu terhadap harta?

Ketika engkau melihat temanmu memakai barang-barang branded, atau membeli HP android terbaru, atau makan di restoran mewah, apakah ada kata, “Andai aku di posisinya”? Jika iya, maka beristigfarlah, semua hal itu hanya istidroj. Allah membiarkannya dalam kelalaian dan kemewahan, padahal sebenarnya itu adalah hukuman untuk dirinya. Hukuman terbesar di dunia adalah ketika engkau kehilangan rasa peka terhadap kesalahanmu, ketika Allah meninggalkanmu dalam kelalaian. Hati seorang muslim, ketika dia melakukan kesalahan, maka akan ada semacam alarm yang mengingatkannya, akan ada rasa tidak tenang terhadap kesalahan itu. Namun jika kesalahan terus terulang, maka hatinya akan dipenuhi bintik-bintik hitam dan akhirnya akan menjadi hati yang mati. Ketika hati itu mati, maka nasihat akan sulit untuk diterima.

Teman, jangan pernah bersedih karena engkau tak sekaya temanmu, tapi sedihlah jika semangatmu dalam beribadah tidak sebaik dia. Jangan bersedih karena engkau tidak bisa makan enak di restoran mewah, tapi bersedihlah ketika engkau makan, namun rasa syukur tak terucap di hati dan lisanmu. Dunia ini fana, dan semua hal yang berada di atasnya hanyalah kefanaan dan tipu daya semata. Jangan menggadaikan agamamu hanya untuk materi dunia yang bahkan tidak engkau bawa ke dalam kuburmu. Jadikanlah dunia sebagai perantara untuk mendapatkan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat.

Tentang harta, Syekh memberikan sebuah cerita. Kata Syekh,

Seorang milioner yang memiliki kekayaan tak terhitung, pernah terjebak di ruang penyimpanan harta, ruangan itu terkunci dan ia pun terjebak di sana. Di sana hanya ada gunungan emas dan permata. Karena tidak menemukan makanan apapun, akhirnya dia meninggal. Tapi sebelum meninggal, dia menulis kalimat di dinding ruangan itu dengan menggunakan darahnya, dia berkata, “Orang terkaya di dunia mati karena kelaparan.”

Dan kisah lain yang pernah saya dengar –bukan dari Syekh langsung-,

Dikisahkan bahwa seorang nelayan mendapatkan sebuah mutiara yang sangat indah ketika mencari ikan. Dia pun memutuskan membawa mutiara itu ke toko perhiasan di desanya, namun penjual di sana terkejut sembari berkata,

“Mutiara ini sangat berharga dan aku tidak sanggup membelinya. Pergilah ke toko perhiasan yang ada di kota, mungkin dia bisa memberimu harga yang pantas untuk mutiara seindah ini.”

Nelayan sangat bahagia dan memutuskan untuk segera pergi ke kota, namun ketika sampai di kota, pemilik toko berujar,

“Aku tidak bisa membeli mutiara ini karena harganya tidak ternilai, pergilah ke rumah bangsawan itu, dia pasti bisa membeli mutiara ini.”

Nelayan pun memutuskan untuk membawa mutiaranya ke rumah sang bangsawan, kemudian bangsawan itu berkata,

“Ini adalah mutiara yang sangat indah, aku tidak bisa memberimu harga. Tapi masuklah, di dalam ada ruangan dan aku beri engkau waktu lima jam untuk mengambil apa saja yang engkau mau di dalam.”

Ketika memasuki ruangan itu, dan betapa terkejutnya nelayan mendapati kemewahan yang tidak pernah dia lihat. Di dalam ruangan, ada tiga bagian yang setiap bagian diisi dengan barang-barang yang berbeda. Bagian pertama dia melihat emas, permata, berlian dan batu-batu berharga lainnya. Di bagian kedua, dia melihat kasur-kasur yang luas dan empuk. Di bagian ketiga ruangan itu, dia melihat makanan yang menggugah selera. Si nelayan berpikir, apa yang harus dia ambil dalam waktu lima jam?

“Lima jam terlalu lama bagi nelayan sederhana sepertiku, aku akan makan dulu untuk mengumpulkan tenaga agar bisa membawa banyak emas dan perhiasan.”

Dan demikianlah, dia mulai melahap makanan-makanan itu. Dan setelah itu, dia menuju ruangan yang dipenuhi kasur-kasur mewah seraya berkata,

“Aku akan beristirahat sebentar untuk memulihkan tenaga agar bisa mengambil banyak harta.”

Dan demikiannlah dia tertidur pulas sampai akhirnya seorang penjaga membangunkannya,

“Bangunlah! Dasar bodoh! Engkau belum mengambil apapun dan sekarang keluarlah! Waktumu sudah habis.”

Betapa terkejutnya si nelayan ketika menyadari bahwa dia telah menghabiskan waktu lima jam di ruangan itu dan dia tidak mengambil apapun. Padahal, jika dari awal dia mengambil emas dan berlian itu, dia bisa membeli makanan terenak dan kasur termewah di dunia. Namun karena kelalaiannya, dia tidak mendapatkan apapun.

Dan begitulah, si nelayan adalah dirimu, ruangan itu adalah dunia, dan lima jam adalah waktu hidupmu di dunia. Engkau bebas memilih apapun yang engkau ingin ambil di dunia untuk bekalmu menempuh perjalanan panjang menuju rumahmu di akhirat. Dan ketika waktu pemisah antara hidupmu di dunia datang, maka engkau akan sadar apa yang engkau tanam selama engkau hidup dunia, dan pastinya engkau tidak akan bisa kembali untuk memperbaiki semua kesalahanmu di dunia. Oleh karena itu teman, perbaikilah semuanya sebelum kata terlambat menyapa perjalananmu!

Baca juga: Ilmu Syar’i (Ilmu Agama): Nutrisi Utama bagi Hati

***

Penulis: Norma Melani Khaira

Artikel Muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Redaksi Muslimah.Or.Id

Redaksi Muslimah.Or.Id

Artikel Terkait

Tegar Di Atas Badai

oleh Isruwanti Ummu Nashifa
28 Mei 2021
0

"Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah, dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi...

Apakah Meninggalkan Harta Termasuk Zuhud?

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
12 Oktober 2015
0

Zuhud yang paling utama adalah menyembunyikan kezuhudannya

Perasaan Penduduk Surga Dan Penduduk Neraka

oleh Yulian Purnama
29 April 2022
0

"Mereka (penduduk surga) kekal di dalamnya. Dan mereka tidak berharap nikmat mereka diganti (dengan yang lain)" (QS. Al Kahfi: 108).

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.