Perjalanan seseorang yang berhijrah memang membutuhkan pengorbanan baik kesabaran, keistiqamahan dan dukungan dari orang-orang yang kita sayang. Harapan dari proses hijrah itu sendiri akan membuat akhlak menjadi lebih baik. Kemudian timbul pertanyaan, “Siapakah yang paling berhak merasakan hijrahku?” Apakah teman yang duduk bersama di majelis ilmu? Apakah teman kerja di tanah rantau? Apakah orang tua yang ada di rumah?
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisaa: 36)
Sebagaimana firman Allah ta’ala pada ayat di atas, Allah ta’ala memerintahkan agar kita tidak mempersekutukan-Nya, kemudian kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang tua. Ulama menjelaskan bahwa amalan terbaik setelah menunaikan hak Allah ta’ala dan Rasul-Nya adalah berbakti kepada orang tua. Hak orang tua terhadap anak adalah sangat besar sehingga anak harus mempelajari dan mengamalkan ilmu tersebut. Apabila sudah berhijrah dan diberikan hidayah mengenal Sunnah maka perilaku anak harus semakin baik kepada orang tua. Jadi, yang paling berhak merasakan hijrah kita adalah orang tua.
Allah ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِن جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 8)
Allah ta’ala berfirman,
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15)
Berdasarkan tafsir Jalalain terkait surat Luqman ayat 15 adalah (Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu) yakni pengetahuan yang sesuai dengan kenyataannya (maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang makruf) yaitu dengan berbakti kepada keduanya dan menghubungkan silaturahmi dengan keduanya (dan ikutilah jalan) tuntunan (orang yang kembali) orang yang bertaubat (kepada-Ku) dengan melakukan ketaatan (kemudian hanya kepada Akulah kembali kalian, maka Ku beritakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan) Aku akan membalas kalian.
Baca juga: Teruslah Berjalan, Walaupun Tertatih
Kewajiban berbakti kepada orang tua bukan hanya sebagai balas budi sebab orang tua sebagai perantara kita terlahir di dunia, tetapi seharusnya berlandaskan tauhid kepada Allah ta’ala. Apabila seorang anak berbakti kepada orang tua berlandaskan iman kepada Allah ta’ala berarti anak tersebut bukan hanya sayang kepada orang tua, tetapi ia memiliki ibadah yang baik dan taat kepada orang tuanya dalam segala hal selama bukan maksiat. Jika orang tua memerintahkan untuk melakukan kesyirikan maka kita tidak boleh menaati, tetapi tetap berperilaku yang baik kepada orang tua.
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَaثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisaa: 1)
Kewajiban berbakti kepada orang tua merupakan perintah Allah ta’ala perihal ketaqwaan sebagaimana kita harus ikhlas dan ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengharap ridha dan sebagai bentuk rasa takut kepada Allah ta’ala. Dari Abu Barkah radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ما من ذنبٍ أجدرُ أن يعجلَ لصاحبهِ العقوبةَ في الدنيا مع ما يدخرُ له في الآخرةِ من البغيِّ، وقطيعةِ الرحمِ
Artinya: “Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini]–berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]–daripada perbuatan melampaui batas (kezaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud)
Wahai muslimah, yang paling berhak merasakan hijrah kita adalah orang tua. Sebab besarnya keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan besarnya dosa jika durhaka kepada orang tua. Semoga Allah memudahkan kita dalam mengamalkan ilmu dan dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Aamiin yaa mujiibas saa-iliin.
Allahu a’lam.
Kembali ke bagian 1: Siapakah yang Paling Berhak Merasakan Hijrahku? (Bag. 1)
—
Penulis: Retno Utami
Sumber:
- Al-Qur’an.
- Tafsir Jalalain dari https://quran.ksu.edu.sa/ayat/?l=en
- https://shamela.ws/
Artikel: Muslimah.or.id