Hijrah (هِجْرَة) adalah perpindahan atau imigrasi. Tulisan ini tidak akan membahas tentang hijrah hissi (berpindah tempat), tetapi akan membahas hijrah maknawi yaitu berhijrah dari melakukan kemaksiatan menuju ketaatan. Manusia yang diberikan taufiq hidayah oleh Allah ta’ala akan senantiasa berniat untuk melakukan kebaikan dan berusaha melawan hawa nafsu buruk yang ada dalam dirinya.
Wahai muslimah, ketika kita akan melakukan kebaikan baik berupa perkataan atau perbuatan tentunya tidak hanya berdasarkan hawa nafsu dan semangat belaka, tetapi terdapat dua syarat diterimanya suatu ibadah yaitu berniat ikhlas kepada Allah ta’ala dan ittiba’ Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أمير المؤمنين أبي حفص عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ» رَوَاهُ إِمَامَا الْمُحَدِّثينَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ إسْمَاعِيلَ بْنِ إبْرَاهِيمَ بْنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ بَرْدِزْبَهْ الْبُخَارِيُّ، وَأَبُو الْحُسَيْنِ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ بْنِ مُسلِمٍ الْقُشَيْرِيُّ النَّيْسَابُورِي رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فِي “صَحِيحَيْهِمَا” اللَّذَيْنِ هُمَا أَصَحُّ الْكُتُبِ الْمُصَنَّفَةِ
Artinya: Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya setiap amal itu (tergantung) pada niatnya, dan sesungguhnya seseorang itu hanya mendapatkan sesuai apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (dinilai) karena Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya karena harta dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.’” (Diriwayatkan oleh dua Imam Ahli Hadits: Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari, dan Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi, dalam kitab Shahih keduanya yang merupakan kitab hadits yang paling shahih)
Wahai muslimah, secara umum wanita yang berhijrah akan identik dengan perubahan penampilan. Koleksi pakaian ketat diganti jubah dan khimar sehingga menutup aurat. Koleksi parfum dan make up diganti produk skincare sehingga lebih natural. Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Baca juga: Teman Duduk Yang Baik
Wahai muslimah, berhijrah secara penampilan memang penting sebagaimana Allah ta’ala telah berfirman melalui ayat-Nya, tetapi ada hal yang tidak kalah penting dari penampilan yaitu akhlak. Bagaimana perubahan akhlak kita setelah berhijrah? Bagaimana perubahan akhlak kita setelah mengenal Sunnah?
Allah ta’ala berfirman,
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 148)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن
Artinya: “Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan iringilah setiap keburukan dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapuskan keburukan, dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Hasan, at-Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan yang lainnya)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المسلم من سلم المسلمون من لسانه و يده
Artinya: “Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أثقل شيء في الميزان الخلق الحسن
Artinya: “Sesuatu yang paling berat pada timbangan amal adalah akhlak yang baik.” (HR. Ibnu Hibban)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أقربكم مني مجلسا يوم القيامه أحسنكم خلقا
Artinya: “Di antara kalian yang paling dekat tempat duduknya denganku (Rasulullah) pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Najjar)
Wahai muslimah, proses perjalanan seseorang yang berhijrah memang membutuhkan pengorbanan baik kesabaran, keistiqomahan dan dukungan dari orang-orang yang kita sayang. Harapan dari proses hijrah itu sendiri akan membuat akhlak menjadi lebih baik. Kemudian timbul pertanyaan, “Siapakah yang paling berhak merasakan hijrahku?” Apakah teman yang duduk bersama di majelis ilmu? Apakah teman kerja di tanah rantau? Apakah orang tua yang ada di rumah?
Allahu a’lam.
Lanjut ke bagian 2: Siapakah yang Paling Berhak Merasakan Hijrahku? (Bag. 2)
—
Penulis: Retno Utami
Sumber:
- https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/indonesia-ke-arab/Al-Qur’an.
- Imam an-Nawawi. Matan hadits arba’in. Pustaka Ibnu Umar. Maulana, Irham. (2015).
Artikel Muslimah.or.id