Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Detik-Detik Sakaratul Maut

Isruwanti Ummu Nashifa oleh Isruwanti Ummu Nashifa
24 November 2020
di Akhlak dan Nasihat
0
Share on FacebookShare on Twitter

‘Abdullah bin Ahmad bin Hambal rahimahullah menuturkan: “Ketika ayahku (Imam Ahmad bin Hambal) dihampiri kematian, aku duduk di sampingnya sambil memegang selembar kain untuk merapatkan kedua rahangnya, sedang dia dalam keadaan sakaratul maut. Beliau kehilangan kesadaran, hingga kami mengira beliau telah wafat. Kemudian ia sadar kembali sambil berkata, tidak…! belum…! tidak…! belum…! Ia mengucapkannya beberapa kali, pada ucapannya yang ketiga kali aku tanyakan kepadanya: “Wahai ayahku, apakah yang telah engkau ucapkan di saat-saat seperti ini?”. Ia menjawab: “Hai anakku, apakah engkau tidak mengetahui?”. “Tidak tukasku”. Maka ia berkata: “Iblis… terlaknat! Ia duduk dihadapanku sambil menggigit ujung-ujung jarinya seraya berkata: “Hai Ahmad! Engkau telah selamat dariku, dan aku menjawabnya, Tidak… belum… (Aku belum selamat darimu) hingga aku mati” (Siyar Alamin Nubalaa‘ XI/341).

Demikian kuat dan besar tekad iblis dalam menyesatkan manusia hingga detik akhir kehidupan manusia. Ia bangkitkan perasaan ujub terhadap amal shalihnya, bahwasanya manusia telah banyak beribadah sehingga timbul riya dan sum’ah terhadap semua kebajikan dan amal shalih yang pernah dilakukannya. Ini tipu muslihat iblis agar mampu menundukkan mukmin yang tekun beribadah pada Allah.

Al-Hafidz ‘Abdul Ghair Al-Farisi rahimahullah berkata, “Aku mendengar Abu Shalih berkata: ‘Aku datang kepada Abu Bakar Al-Labbad di saat beliau wafat, aku mendengarnya bertutur, sedang ia merelakan dirinya untuk menerima kematian:

 اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلٰمُ الْمُؤْمِنُ

“Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Maha Mengaruniakan keamanan… (QS. Al-Hasyr: 23).

Donasi Muslimahorid

Beliau menyebut nama-nama Allah ‘Azza wa Jalla hingga yang terakhir [Q.S Al Hasyr: 24]” (Madarijus Saalikin, III/443).

Hamba yang selalu mentauhidkan Allah, mengagungkan asma’ dan sifat-Nya, tidak mentakwilkan sifat-sifat-Nya, tidak mengingkari serta tidak menyerupakan/menyamakannya dengan sifat-sifat makhluk akan diwafatkan-Nya dalam keadaan bahagia dan selamat insyaallah.

Di ayat lain Allah Ta’ala mengabarkan kematian orang mukmin dalam keadaan baik. Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِيْنَ تَتَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ طَيِّبِيْنَۙ يَقُوْلُوْنَ سَلٰمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): ”salamun ‘alaikum (keselamatan dan kesejahteraan bagimu)” Masuklah ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. An-Nahl: 32)

Syaikh Asy Syinqithi rahimahullah mengatakan, “Dalam ayat ini Allah menyebutkan bahwa orang yang bertaqwa, yang melaksanakan perintah Rabb mereka dan menjauhi larangan-Nya akan diwafatkan para malaikat dalam keadaan thayyibin (baik), yakni bersih dari syirik dan maksiat. (Demikian ini) menurut tafsiran yang paling shahih, (juga) memberi kabar gembira berupa surga dan menghampiri mereka dengan salam…” (Adhwaul Bayan, 3/266).

Dari dua kisah seputar kematian di atas, banyak pelajaran yang bisa membuat seorang mukmin segera mempersiapkan kematian yang datangnya tanpa kita sadari. Mati membuatnya takut berbuat dosa dan memotivasi beramal shalih. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 أكثروا ذكر هاذم اللذات؛ فما ذكره عبد قط وهو في ضيق، إلا وسعه عليه، ولا ذكره وهو في سعة، إلا ضيقه عليه

“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang itu.” (HR. Ath Thabarani [6/56], dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jamiush Shaghir no.1222).

Hikmah lainnya adalah perlunya bekal kehidupan setelah kematian di dunia. Iman dan amal shalih yang ikhlas dan sesuai petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bekal berharga dalam menuju perjalanan ke negeri akhirat. Tanpa bekal iman dan amal shalih seorang hamba akan menyesal sebagaimana penyesalan orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,

حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِۙ لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّاۗ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۤىِٕلُهَاۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: “Ya Rabbku… Kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. “sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka di bangkitkan.” (QS. Al-Mukminun: 99-100)

Baca juga: Merindukan Surga

Di akhir tulisan ini ada nasehat bagus dari Hamid Al-Qaishari, “Kita semua tidak melihat orang yang bersiap-siap menghadapinya. Kita semua telah meyakini adanya surga, tetapi kita tidak melihat orang yang beramal untuknya. Kita semua telah meyakini adanya neraka, tetapi kita tidak melihat orang yang takut terhadapnya. Maka terhadap apa kamu bergembira? Kemungkinan apakah yang kamu nantikan? Kematian! Itulah perkara pertama kali yang akan datang kepadamu dengan membawa kebaikan atau keburukan. Wahai saudara-saudaraku, berjalanlah menghadap penguasamu (Allah) dengan perjalanan yang bagus” (Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm.483, tahqiq Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi).

Wallahu a’lam.

***

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Artikel Muslimah.or.id

Referensi:

  • 6 Pilar Utama dakwah Salafiyyah (terjemah) ‘Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani, Pustaka Imam Syafi’i, Bogor, 2004.
  • Majalah As-Sunnah edisi 12/th VIII/1426 H.

 

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Isruwanti Ummu Nashifa

Isruwanti Ummu Nashifa

Artikel Terkait

Untukmu yang Dirundung Hasad

oleh Triani Pradinaputri
16 Mei 2018
0

Jika orang hasad menyadari dia menentang takdir Allah, maka keimanannya akan mendorongnya untuk meninggalkan hasad dan meminta pertolongan kepada Allah...

Setelah Kita Dimasukkan ke Liang Kubur…

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
26 Agustus 2008
76

Adakah dari kita yang tidak mengetahui bahwa suatu ketika akan datang kematian pada kita? Allah Ta'ala telah berfirman, كُلُّ نَفْسٍ...

Kecantikan Sejati

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
27 Maret 2008
100

Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah menganugerahkannya seorang istri yang apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan selama di...

Artikel Selanjutnya

Bolehkah Wanita Bersuara Mengoreksi Imam?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.