Habib Abu Muhammad berkata: ”Diantara kebahagiaan seseorang adalah jika meninggal dunia terputus pula dosanya” (Hilyah Al-Auliya wa Thabaqah Al-Ashfiya : 8/296).
Bagi orang beriman kematian adalah sebuah kebahagian ketika ia selalu menjalani hidupnya dengan ketaatan pada Allah Ta’ala. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
?????? ???????? ???? ???????? ?????????? ????????? ???????? ????? ?????????
“Bukanlah kekayaan itu adalah banyaknya harta benda, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati” (HR. Muslim no.6446, Muslim no. 1051).
Terlebih lagi tatkala selama hidupnya Allah Ta`ala mudahkan langkahnya untuk gemar beramal shalih yang dilandasi iman yang kuat, maka tabungan kebahagian akan terus bertambah dan inilah nikmat di atas nikmat dengan balasan terbaik dari Allah Ta`ala. Amal jariyah yang dilakukannya akan terus mengalir sampai hari kiamat. Subhanallah betapa pemurah dan maha adilnya Allah Ta`ala. Rasulullah Shallallaahu `alaihi wa sallam bersabda:
???? ????? ??? ??????????? ??????? ???????? ???????? ????? ???????? ?????? ???? ?????? ?????? ???? ?????? ????? ????? ???????? ???? ??????????? ?????? ?????? ????? ??? ??????????? ??????? ????????? ???????? ????? ???????? ?????? ???????? ?????? ?????? ???? ?????? ????? ????? ???????? ???? ????????????? ??????
“Barangsiapa yang memberi contoh yang baik dalam Islam, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengerjakannya sedikitpun dan barangsiapa yang memberi contoh keburukan dalam Islam, maka baginya dosa dan dosa orang mengikutinya tanpa mengurangi dosa orang yang mengikutinya sedikitpun” (Diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab Al-Ilmu bab Man sanna sunnatan hasanah au sayyiah ; 16/226).
Demikianlah kabar bahagia agar orang beriman selalu bersemangat berbuat kebaikan dan selalu besiap-siap dengan balasan-Nya setelah ajal tiba. Membekali diri dengan bekal terbaik selama di dunia serta tidak mudah tertipu fatamorgananya. Nabi Shallallaahu `alaihi wa sallam berwasiat “Jika cahaya telah masuk ke dalam hati, maka akan menjadi lapang dan tenang”. Mereka bertanya “Dan apakah tanda-tandanya wahai Rasulullah?”. Beliau bersabda “Kembali ke kampung kekekalan, berpisah dengan kampung penuh penipuan dan bersiap-siap untuk kematian sebelum kehadirannya” (Zadul Ma’ad, Ibnu Qoyyim 2/23).
Kebahagian hakiki akan dirasakan orang mukmin ketika ia bersungguh-sungguh mengoreksi dan meninggalkan dosa atau amalan buruk yang sangat mungkin ditiru atau dilakukan orang lain. Betapa merana dan sengsaranya seorang yang terbiasa berbuat jelek lantas perbuatan tersebut diwariskan kepada orang lain. Sungguh merugi orang yang terbiasa membiarkan dirinya terjerumus dari perilaku menyimpang yang dimurkai Allah Ta`ala. Alangkah bagusnya ungkapan bijak Asy-Syathibi, beliau berkata “Berbahagialah orang yang meninggal dunia dan terputus pula dosanya. Dan celakalah orang yang meninggal dunia sementara dosanya tetap tinggal 100 tahun dan 200 tahun sehingga ia disiksa di alam kuburnya karena dosa itu, dan dia akan mempertanggungjawabkannya hingga dosa itu tidak lagi dikerjakan oleh manusia”. (Al-Muwaqafat Fi `Ushul Asy-Syariah Asy-Syathibi ; I/229).
Perbuatan dosa bisa membuat kesengsaraan ketika pelakunya sengaja menyebarluaskan kepada orang lain. Kebahagiaan hakiki hanya dinikmati ketika seorang hamba selalu berlindung dan berdo`a kepada Allah Ta`ala agar dihindarkan dari dosa-dosa yang mampu menghilangkan rona kebahagiaan di hati orang-orang mukmin. Meski terkadang orang yang melakukan berbagai kemaksiatan dan kedurhakaan seolah merasakan kebahagiaan, namun sejatinya itulah kebahagiaan semu dan khayali, bukan kebahagiaan hakiki.
Seorang yang bertaqwa akan terus berupaya melakukan amalan-amalan hati, lisan, dan anggota badan, yang sesuatu itu terkadang dalam pandangan manusia sesuatu yang berat dan beresiko namun sejatinya di sisi-Nya adalah sebuah kebahagiaan tersendiri yang perkara ini dicintai Allah dan Rasul-Nya. Bukanlah sebuah kebahagiaan ketika perkara itu dimurkai-Nya. Inilah diantara kunci penting yang mampu membuat seorang mukmin merasakan manisnya hidup dalam beribadah kepada-Nya.
Semoga Allah senantiasa mengokohkan kebenaran di hati orang beriman agar selalu memperbanyak amal kebajikan, memberinya nikmat hidup sehingga mampu merasakan kebahagiaan sejati sebagaimana perintah-Nya.
***
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi :
- Panjang Usia Banyak Pahala. Mau?, DR. Ibrahim An-Nuaim, Wafa press, Klaten, 2008
- Mencari Kunci Rizki Yang Hilang, Zaenal Abidin Syamsudin, Pustaka Imam Abu Hanifah, Jakarta, 2008