Terbangun oleh suara gemericik air.
Kuintip dibalik jendela kamar, kulihat sayup-sayup beberapa orang berjalan satu per satu melewati lorong kamarku.
Di waktu malam seperti ini, hampir selalu kudengar suara yang sama, gemericik air. Hampir selalu ketemui wajah-wajah mereka, wajah yg teduh, terbasuh oleh dinginnya air di sepertiga malam.
Masih kuperhatikan,
satu-per-satu wajah-wajah itu kembali pada bilik mereka masing-masing
kulihat kamar mereka menjadi gelap, dengan pintu beberapa tetap terbuka. Bukan mereka kembali tertidur, namun mereka sedang berdiri tegak dan bertakbir. Beberapa yang lain memilih ruangan yang biasa kami gunakan untuk belajar Qur’an (mushola), dengan cahaya yang samar-samar terlihat, gelap.
Sedikit kuberfikir, kenapa harus kondisi gelap yang mereka pilih ?
Tak puas dengan kesimpulan yang kubuat, kucoba melakukan apa yang mereka lakukan.
Kupadamkan sumber cahaya di kamar ini,
seketika ada rasa yang menelusup.
Takut, rasa yang menyapa terlebih dahulu.
Kutemui diri ini benar-benar sendiri dalam kegelapan.
Naluriku seketika mencari, apa dan siapa ?
Apa yang membuat aku takut, siapa yang membuat aku takut ?
Dan bagaimana aku bisa menangis tanpa ada yang menyakiti ?
Perlahan namun memaksa, seperti ada sesuatu yang mendorong dengan kuatnya, untuk kusujudkan kepala ini. MasyaAllah, apakah rasa seperti ini yang selalu mereka rindukan ? yang membuat mereka rela meninggalkan nikmatnya tidur dibalik manjaan selimut dan mimpi ?
Kemana aku selama ini ?
sejauh mana telah kulangkahkan kaki untuk mencari kenikmatan ?
bila ternyata, kenikmatan yang sungguh nikmat itu, ada dikamar ini, saat malam, dalam gelap.
Aku tak dapat melihat wujud-Nya
Aku tak bisa mendengar suara-Nya
Namun aku mampu merasakan Maha Besar Kekuatannya,
Diri yang begitu angkuh ini, dihinakan oleh hati yang menggertak.
Tersingkap semua aib diri dihadapan-Nya,
Takut, gemetar, hanya satu kalimat yang terfikirkan, yang selalu terulang, tanpa ada kalimat lain yang mengiringi,
Wahai Zat Yang Maha Dahsyat, Ampunilah diri ini.
(kembali tersadar, suatu saat nanti, aku akan ‘kembali’)
ALLAHU AKBAR !!!
Muara Nikmat Itu Adalah Tahajjud di Malam Hari
“Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (QS. Al-Furqan: 64)
“Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka selalu berdoa kepada Rabb mereka dengan rasa takut dan harap, serta menafkahkan sebagian dari rizki yang telah Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka (yakni bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan” (QS. As-Sajdah: 16-17)
Besarnya Keutamaan Shalat Malam
1. Shalat malam adalah penyebab terbesar masuk surga
Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam radhiayallahu’anhu bahwa ia menceritakan, “Ketika Nabi sallallahu’alaihi wa sallam tiba di Madinah, kaum Muslimin berkumpul mengerumuni beliau. Sebagian di antara mereka berkata, ‘Rasulullah sudah datang, Rasulullah sudah datang,’ sebanyak tiga kali. Aku pun ikut datang di tengah kerumunan orang banyak untuk dapat melihat beliau. Ketika wajah beliau terlihat jelas olehku, akupun segera menyadari bahwa wajah beliau bukanlah wajah seorang pendusta. Dan yang pertama kali terdengar olehku dari ucapan beliau adalah, ‘Wahai sekalian manusia ! Sebarkanlah salam, berikanlah makan (kepada fakir miskin), peliharalah hubungan silaturahim, shalatlah diwaktu malam ketika manusia sedang tertidur lelap. Niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi) (1)
2. Shalat malam dapat menghapus dosa-dosa dan menghilangkan kesalahan
Dalilnya adalah hadits Abu Umamah radhiayallahu’anhu dari Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam diriwayatkan bahwa beliau bersabda, “Hendaklah kalian melaksanakan shalat sunnah malam, karena itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan itu adalah pendekatan diri kepada Rabb kalian, penghapus kesalahan-kesalahan, dan pencegah dari dosa-dosa.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)(2)
3. Shalat malam adalah shalat yang paling utama setelah shalat wajib
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan milik Allah, Muharram, dan sabaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat sunnah malam.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no.1163, telah ditakhrij sebelum ini).
4. Kehormatan seorang mukmin terletak pada shalat malamnya
Hadits dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, bahwa, “Malaikat Jibril ‘alaihissallam pernah datang kepada Nabi shalallahu’alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Wahai Muhammad! Silahkan engkau hidup sesukamu karena engkau akan mati juga. Cintailah siapapun yang engkau kehendaki, karena engkau pasti akan berpisah dengannya. Berbuatlah sesuka hatimu, karena engkau akan diberi ganjaran.’ Kemudian Jibril melanjutkan, ‘Wahai Muhammad! Sesungguhnya kehormatan seorang mukmin itu pada shalat malam, dan harga dirinya adalah ketika ia tidak memmbutuhkan (meminta-minta kepada orang lain).” (3)
Shalat malam boleh dilakukan di awal, pertengahan, atau di akhir malam. Namun labih afdhal adalah shalat di sepertiga malam terakhir. Dasarnya adalah hadits Amr bin Hasabah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia pernah mendengar Nabi shalallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Kondisi terdekat seseorang dengan Rabbnya adalah pada pertengahan malam terakhir. Bila engkau mampu termasuk di antara orang-orang yang berdzikir (mengingat dan menyebut) Allah pada saat itu, maka lakukanlah.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no.736, telah ditakhrij sebelum ini).
Sedangkan jumlah rakaat shalat malam, tidak terbatasi jumlahnya. Akan tetapi yang paling utama adalah dengan mencukupkan sebelas rakaat saja, atau tiga belas rakaat. Karena demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam biasa melakukan shalat antara usai shalat isya hingga fajar sebanyak sebelas rakaat, di mana beliau salam di antara setiap selesai shalat dua rakaat, dan beliau shalat witir dengan satu rakaat.” (Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi)(4)
Berdasarkan dalil al-Qur’an dan hadits yang telah dijelaskan sebelumnya, betapa rugi umat Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam yang melewati waktu mustajab, di waktu malam, sepertiga malam. Terlebih bila dilengkapi dengan lantunan indah kalamullah. Qalbu siapa yang tak mampu merasakan ke Maha Besaran Allah subhana wa ta’ala pada heningnya malam, dikala manusia lain tertidur lelap akan mimpi dunianya. Sungguh indah apa yang diungkapkan oleh penyair :
“Sungguh kenikmatan tidur sekejap telah melalaikan dirimu dari mendapat kebahagian hidup sesungguhnya.
Dengan segala kebaikan yang menanti di kamar-kamar surga.
Di sana engkau hidup selamanya, tanpa kematian di dalamnya, engkau akan merasa nyaman di dalamnya dengan segala kebaikannya.
Bangkitlah dari tidurmu untuk sebuah kebaikan. Meninggalkan tidurmu demi shalat malam dan membaca al-Qur’an”(5)
***
Disusun oleh : Fitriani Tanra
Murojaah : Ustadz Ammi Nur Baits
(1) Kitab Shifat al-Qiyamah, Bab Hadits Afsyu as-Salam, no.1485
(2) Kitab ad-Da’awat, Bab Man Fataha Lahu Minkum, Bab ad-Du’a, no.3549
(3) Dinisbatkan kepada ath-Thabrani dalam al-Ausath dan dihasankan oleh al-Albani Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, no.831
(4) Kitab ad-Da’awat, Bab fi Du’a adh-Dha’if, no.3579
(5) Lihat Qiyamul Lail oleh Imam Muhammad bin Nashr al-Marwazi, hal.90
Penjelasan mengenai shalat malam diambil dari Shalat at-Tathawwu’, Mafhum wa fadha’il wa Aqsam wa Anwa’ wa Adab Fi Dhau’ al-Kitab wa as-Sunnah, diterjemahkan oleh Abu Umar Basyir, ditulis oleh DR.Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani
Artikel muslimah.or.id