Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Namimah (Adu Domba)

Redaksi Muslimah.Or.Id oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
15 Mei 2008
di Akhlak dan Nasihat
30
Share on FacebookShare on Twitter

Penulis: Ummu Rummaan

Berbicara mengenai bahaya lisan memang tidak ada habisnya. Lisan, hanya ada satu di tubuh, tapi betapa besar bahaya yang ditimbulkan olehnya jika sang pemilik tak bisa menjaganya dengan baik. Ada pepatah yang mengatakan “mulutmu adalah harimaumu”, ini menunjukkan betapa bahayanya lisan ketika kita tidak menjaganya, sedangkan pepatah jawa mengatakan ajining diri ono ing lati, yang maknanya bahwa nilai seseorang ada pada lisannya, nilainya akan baik jika lisannya baik, atau sebaliknya.

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi jaminan surga pada seorang muslim yang dapat menjamin lisannya. Dari Sahal bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menjamin untukku apa yang ada di antara kedua dagunya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan/farji), maka aku akan menjamin untuknya surga.” (HR. Al-Bukhari)

Salah satu bentuk kejahatan lisan adalah namimah (adu domba). Kata adu domba identik dengan kebencian dan permusuhan. Sebagian dari kita yang mengetahui bahaya namimah mungkin akan mengatakan, “Ah, saya tidak mungkin berbuat demikian…” Tapi jika kita tak benar-benar menjaganya ia bisa mudah tergelincir. Apalagi ketika rasa benci dan hasad (dengki) telah memenuhi hati. Atau meski bisa menjaga lisan dari namimah, akan tetapi tidak kita sadari bahwa terkadang kita terpengaruh oleh namimah yang dilakukan seseorang. Oleh karena itu kita benar-benar harus mengenal apakah itu namimah.

Definisi Namimah

Donasi Muslimahorid

Al-Baghawi rahimahullah menjelaskan bahwa namimah adalah mengutip suatu perkataan dengan tujuan untuk mengadu domba antara seseorang dengan si pembicara. Adapun Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalaani rahimahullah mengatakan bahwa namimah tidak khusus itu saja. Namun intinya adalah membeberkan sesuatu yang tidak suka untuk dibeberkan. Baik yang tidak suka adalah pihak yang dibicarakan atau pihak yang menerima berita, maupun pihak lainnya. Baik yang disebarkan itu berupa perkataan maupun perbuatan. Baik berupa aib ataupun bukan.

Hukum dan Ancaman Syariat Terhadap Pelaku Namimah

Namimah hukumnya haram berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Banyak sekali dalil-dalil yang menerangkan haramnya namimah dari Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya, “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.” (QS. Al Qalam: 10-11)
Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu disebutkan, “Tidak akan masuk surga bagi Al Qattat (tukang adu domba).” (HR. Al Bukhari)

Ibnu Katsir menjelaskan, “Al qattat adalah orang yang menguping (mencuri dengar pembicaraan) tanpa sepengetahuan mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada orang lain dengan tujuan mengadu domba.”

Perkataan “Tidak akan masuk surga…” sebagaimana disebutkan dalam hadist di atas bukan berarti bahwa pelaku namimah itu kekal di neraka. Maksudnya adalah ia tidak bisa langsung masuk surga. Inilah madzhab Ahlu Sunnah wal Jama’ah untuk tidak mengkafirkan seorang muslim karena dosa besar yang dilakukannya selama ia tidak menghalalkannya (kecuali jika dosa tersebut berstatus kufur akbar semisal mempraktekkan sihir -ed).

Pelaku namimah juga diancam dengan adzab di alam kubur. Ibnu Abbas meriwayatkan, “(suatu hari) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan lalu berkata, lalu bersabda, “Sesungguhnya penghuni kedua kubur ini sedang diadzab. Dan keduanya bukanlah diadzab karena perkara yang berat untuk ditinggalkan. Yang pertama, tidak membersihkan diri dari air kencingnya. Sedang yang kedua, berjalan kesana kemari menyebarkan namimah.” (HR. Al-Bukhari)

Sikap Terhadap Pelaku Namimah

Imam An-Nawawi berkata, “Dan setiap orang yang disampaikan kepadanya perkataan namimah, dikatakan kepadanya: “Fulan telah berkata tentangmu begini begini. Atau melakukan ini dan ini terhadapmu,” maka hendaklah ia melakukan enam perkara berikut:

  1. Tidak membenarkan perkataannya. Karena tukang namimah adalah orang fasik.
  2. Mencegahnya dari perbuatan tersebut, menasehatinya dan mencela perbuatannya.
  3. Membencinya karena Allah, karena ia adalah orang yang dibenci di sisi Allah. Maka wajib membenci orang yang dibenci oleh Allah.
  4. Tidak berprasangka buruk kepada saudaranya yang dikomentari negatif oleh pelaku namimah.
  5. Tidak memata-matai atau mencari-cari aib saudaranya dikarenakan namimah yang didengarnya.
  6. Tidak membiarkan dirinya ikut melakukan namimah tersebut, sedangkan dirinya sendiri melarangnya. Janganlah ia menyebarkan perkataan namimah itu dengan mengatakan, “Fulan telah menyampaikan padaku begini dan begini.” Dengan begitu ia telah menjadi tukang namimah karena ia telah melakukan perkara yang dilarang tersebut.”.

Bukan Termasuk Namimah

Apakah semua bentuk berita tentang perkataan/perbuatan orang dikatakan namimah? Jawabannya, tidak. Bukan termasuk namimah seseorang yang mengabari orang lain tentang apa yang dikatakan tentang dirinya apabila ada unsur maslahat di dalamnya. Hukumnya bisa sunnat atau bahkan wajib bergantung pada situasi dan kondisi. Misalnya, melaporkan pada pemerintah tentang orang yang mau berbuat kerusakan, orang yang mau berbuat aniaya terhadap orang lain, dan lain-lain. An-Nawawi rahimahullah berkata, “Jika ada kepentingan menyampaikan namimah, maka tidak ada halangan menyampaikannya. Misalnya jika ia menyampaikan kepada seseorang bahwa ada orang yang ingin mencelakakannya, atau keluarga atau hartanya.”

Pada kondisi seperti apa menyebarkan berita menjadi tercela? Yaitu ketika ia bertujuan untuk merusak. Adapun bila tujuannya adalah untuk memberi nasehat, mencari kebenaran dan menjauhi/mencegah gangguan maka tidak mengapa. Akan tetapi terkadang sangat sulit untuk membedakan keduanya. Bahkan, meskipun sudah berhati-hati, ada kala niat dalam hati berubah ketika kita melakukannya. Sehingga, bagi yang khawatir adalah lebih baik untuk menahan diri dari menyebarkan berita.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Seseorang selayaknya memikirkan apa yang hendak diucapkannya. Dan hendaklah dia membayangkan akibatnya. Jika tampak baginya bahwa ucapannya akan benar-benar mendatangkan kebaikan tanpa menimbulkan unsur kerusakan serta tidak menjerumuskan ke dalam larangan, maka dia boleh mengucapkannya. Jika sebaliknya, maka lebih baik dia diam.”

Bagaimana Melepaskan Diri dari Perbuatan Namimah

Ya ukhty, janganlah rasa tidak suka atau hasad kita pada seseorang menjadikan kita berlaku jahat dan tidak adil kepadanya, termasuk dalam hal ini adalah namimah. Karena betapa banyak perbuatan namimah yang terjadi karena timbulnya hasad di hati. Lebih dari itu, hendaknya kita tidak memendam hasad (kedengkian) kepada saudara kita sesama muslim. Hasad serta namimah adalah akhlaq tercela yang dibenci Allah karena dapat menimbulkan permusuhan, sedangkan Islam memerintahkan agar kaum muslimin bersaudara dan bersatu bagaikan bangunan yang kokoh.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, saling bermusuhan, dan janganlah kamu menjual barang serupa yang sedang ditawarkan saudaramu kepada orang lain, dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim)

Berusaha dan bersungguh-sungguhlah untuk menjaga lisan dan menahannya dari perkataan yang tidak berguna, apalagi dari perkataan yang karenanya saudara kita tersakiti dan terdzalimi. Bukankah mulut seorang mukmin tidak akan berkata kecuali yang baik.

Semoga Allah Ta’ala selalu melindungi kita dari kejahatan lisan kita dan tidak memasukkan kita ke dalam golongan manusia yang merugi di akhirat dikarenakan lisan yang tidak terjaga, “Allahumma inni a’uudzubika min syarri sam’ii wa min syarri bashori wa min syarri lisaanii wa min syarri maniyyii.” (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari kejahatan pendengaranku, penglihatanku, lisanku, hatiku dan kejahatan maniku.)

***
Diringkas dari Petaka Lisan Menurut A-Qur’an dan Sunnah
(Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthaani)

Artikel www.muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Redaksi Muslimah.Or.Id

Redaksi Muslimah.Or.Id

Artikel Terkait

Dunia Untuk Anda, Bukan Anda Yang Untuk Dunia

oleh Musyaffa Ad Dariny, Lc., MA.
13 Agustus 2014
3

Sungguh mengherankan; jika manusia mengejar dunia yang diciptakan untuknya, hingga seakan-akan dia yang diciptakan untuk dunia -wal iyaadzu billah

Apakah Kejahilan Seseorang Akan Dihisab?

oleh Yulian Purnama
27 Februari 2015
0

Apakah orang yang jahil atau orang awam tidak akan dihisab dalam hal-hal yang tidak ia ketahui? Ataukah mencari ilmu itu...

Sunnah Menggabungkan Puasa Tanggal 9 dan 10 Muharam (Asyura)

Sunnah Menggabungkan Puasa Tanggal 9 dan 10 Muharam (Asyura)

oleh Annisa Auraliansa
14 Juli 2024
0

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di hari Asyura dan memerintahkannya, para...

Artikel Selanjutnya
wanita_berhias_diri

Wanita: Antara Pembela dan Pencela (1)

Komentar 30

  1. ana_faz says:
    17 tahun yang lalu

    assalam…
    lidah memang setajam pedang….
    kadang saya pun masih slalu terjerat dalam dosa yang sama, seakan ini adalah hal yang lumrah. apalagi saat berkumpul dengan teman, cerita slalu saja mengalir hingga orang lain pun menjadi topik yang mesti di bahas.
    saat di tengah pembicaraan sebenarnya saya tadar bahwa ini adalah suatu kesalahan yang besar…apalagi kalo mengingat firmannya ”kalo kita membuka aib sodaranya sediri, maka Allah pun akan membuka aib kita akhirat kelak…nauzubillah…tapi ternyata nafsu untuk bergosip ria lebih besar, dan saya pun harus terjerat dalam dosa itu berulang kali….

    smoga, dikemudian hari saya bisa lebih menjaga lisan saya,,,

    aminn…

    Balas
  2. usyfie says:
    17 tahun yang lalu

    salamullahi ‘alaik

    ”words cuts more then sword”
    betapa kita tak dapat memungkiri bahwa dengan lisanlah kita mendapat kemuliaan dan dengannya pulalah kita mendapat kehinaan…
    laa yadkhuluunnal jannata namaamun…

    Balas
  3. irma says:
    17 tahun yang lalu

    Assalamualaikum…

    Benar sulit sekali menjaga lisan ini, sering juga aku keceplosan klo bicara, padahal sih pgn nya bisa jaga lisan….bgmn yah cara menjaga lisan ini?

    wassalam

    Balas
  4. arifromdhoni says:
    17 tahun yang lalu

    ????????? ??????????? ??? ?????? ??????????

    Keselamatan seseorang pada penjagaan lisannya.

    ???? ????? ???????? ??????? ??????????? ???????? ?????????? ??????? ???? ??????????

    Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata baik atau diam.

    Balas
  5. aburushd says:
    17 tahun yang lalu

    salam perkenalan

    Balas
  6. rendahkan pandangan meskipun bercadar says:
    17 tahun yang lalu

    ngadu domba saja tidak boleh apalagi ngadu domba umat islam karena informasi orang yang ngak jelas

    Balas
  7. deddy says:
    16 tahun yang lalu

    Saya mo tanya,..apakah dibenarkan, adakah contoh seorang wanita berpoliandri…?..

    Balas
  8. rahma says:
    16 tahun yang lalu

    Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakaatuhu.
    Kepada Sdr. Deddy,
    Ana sebagai seorang wanita, tidak pernah sekalipun berpikir untuk melakukan hal keji seperti demikian.
    Ridhakah antum jika istri antum menduakan antum?
    Siapkah antum jika kemudian antum mendapati istri antum yang sedang hamil, tanpa tahu siapa ayah dari anak yang sedang istri antum kandung?
    Takutlah kepada Allah Azza wa Jalla…!!!
    Dan apabila poliandri baik bagi kaum wanita, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam tidak akan melakukan poligami, melainkan beliau shallallahu ‘alaihi wassallam akan menyuruh istri-istrinya untuk berpoliandri.
    Semoga Allah menunjukkan jalan yang lurus kepada kita semua.
    Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakaatuhu.

    Balas
  9. Nurul says:
    16 tahun yang lalu

    Ass….ya ukhty anty stuju klu mulutmu harimaumu..krna sesngghya di larang ceplas-ceplos dalam brbicara..wslkm

    Balas
  10. Nurohmah says:
    16 tahun yang lalu

    Seneng deh, artikelnya keren, menyentuh hate!

    Balas
  11. Zulfi says:
    16 tahun yang lalu

    Asskum…….
    Itulah bahaya lisan….
    Sepandai-pandainya orang belum tentu ia bisa menjaga lisannya
    Maka, pergunakanlah lisan itu sebaik-baiknya. Karena lisan juga dapat menjadi cambuk bagi kita sendiri jika tidak dipergunakan dengan baik

    Balas
  12. Dian says:
    15 tahun yang lalu

    Subhanallah……….baru kali ini saya tahu dengan bgt jelas penjelasan tentang apa itu khitan terutama khitan bg kaum wanita dan juga maksud dari khitan itu yg sesungguhnya. Karena dulu yg saya tahu hanyalah “bahwa kita bagi seorang muslim harus di khitan tanpa tahu untuk apakah khitan itu sesungguhnya terutama khitan untuk wanita,kita hanya tahu hanyalah suatu keharusan saja “, kini saya dah tahu dan mengerti apa manfaat khitan itu yg sesungguhnya. Alhamdulillahi Robbil Allamiin……..

    Balas
  13. Nhie says:
    15 tahun yang lalu

    Assalamualaikum wr.wb

    Lidah memang tak bertulang..
    aku masih sering kurang menjaga lisan, walau akhirnya nyesal,tp rasa bersalah sangat besar, smoga ALLAH SWT mengampuniku..dan smoga besok dan seterusnya tidak terulang lagi, AMIN!!

    Balas
  14. Nadya says:
    15 tahun yang lalu

    semoga kita terhindar dari penyakit hati yg bisa membawa kita kepada kemurkaan ALLah SWT…..

    Balas
  15. udin says:
    15 tahun yang lalu

    bagus juga

    Balas
  16. udin says:
    15 tahun yang lalu

    memang fitnah tidak ada gunanya dan wajib dihindari

    Balas
  17. rangga wikandaru says:
    15 tahun yang lalu

    bagus. kita memang tidak boleh mengadu domba. kalau ketahuan kita bisa di kucilkan dari sebuah pergaulan. dan juga FITNAH ITU LEBIH KEJAM DARI PADA PEMBUNUHAN.

    Balas
  18. Nawfalsky PoyPoy says:
    14 tahun yang lalu

    thx ya kk jadi bisa ngerjaqin tugas deh

    Balas
  19. azkal faqih says:
    14 tahun yang lalu

    assalamu’alaikum, wr, wb…
    alhamdulillaah…
    syukron atas keterangan yang telah ada…
    namun alangkah baiknya jika ditambah dengan beberapa contoh berupa kisah-kisah….
    afwan….

    Balas
  20. nur mariyam says:
    14 tahun yang lalu

    minta, artikel ny untuk tugas, boleh ???

    Balas
  21. Tamyiz says:
    14 tahun yang lalu

    mkasih artikel nya………

    Balas
  22. bayu says:
    14 tahun yang lalu

    assaalamu ‘alaikum
    mwu d kopi paste bleh y?bwt d bca2.

    Balas
  23. ady says:
    14 tahun yang lalu

    . ????? ???? ??? ????? ????
    Perkataan itu dapat menembus
    apa yang tidak bisa ditembus
    oleh jarum

    Balas
  24. vivi noviana febrieni says:
    14 tahun yang lalu

    jika lisan tidak di jaga dengan baik akan menyebabkan kerusakan-kerusakan akhlak

    saya setuju dengan anda

    by koala (arek lapant ach)
    smoga anak lapant ach bisa menjaga lisan dengan baik

    amiennnnnnnnnnnn

    Balas
  25. zhulay says:
    14 tahun yang lalu

    mengapa adu donbha ithu d.laranq oleh agama ??
    tetapi wlwpun ithu d.laranq oleh agama tetap saja perbuatan ithu slalu d.lakukan oleh manusia .
    mengapa ithu bsha terjadiie ??
    sayha sangat heran dgn oranq indonesiia .

    exct : zhulayy slallu saiianq diia :'(

    Balas
  26. fairuz says:
    13 tahun yang lalu

    assalamualaikum,,,
    memang mengdu domba akan menimbulkan banyak permasalahan!
    dengan mengadu domba kita akan membuat tali silaturrohmi dan membat datangnya permusuhan antara sesama saudara.

    Balas
  27. HAYATI NUFUS says:
    13 tahun yang lalu

    terimakasih atas penjelesannya ,,
    mudah2n sya,,kamu,,dan kita semua tidak termasuk ke dalam orang2 yang NAMIMAH.
    Amiiiiiiiinnn,,,

    Balas
  28. ian says:
    11 tahun yang lalu

    “Seseorang yg pintar akan sll menjaga lisannya, seseorg yg pintar akan berpikir terlebih dahulu sblm ia berucap. Seseorang yg pintar tdk akan menghambur hamburkan perkataannya buat sesuatu yg tak bermamfa’at…
    mudah-mudahan kita menjadi sebagian org yg bisa menjaga lisan nya, amin ya roball alamin…

    Balas
  29. uyunur says:
    10 tahun yang lalu

    Terima kasih untuk infonya,sgt bermanfaat sekali,semoga dgn membaca ini dapat membuat kita menjadi lebih baik,amin^^

    Balas
  30. adika says:
    10 tahun yang lalu

    terimakasih bapak,atas informasinya.alhamdulillah sangat bermanfaat… :)
    semoga selalu dalam rahmat allah.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.