Penulis: Ummu Sufyan bintu Muhammad
Muraja’ah: ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar
Salah satu bentuk ibadah yang terlalaikan, namun dianggap sebagai hal biasa di kalangan kaum muslimin sekarang ini adalah menulis salam dan shalawat dengan disingkat. Padahal telah diketahui bahwa dalam kaidah penggunaan bahasa Arab, kesempurnaan tulisan dan pembacaan lafadz akan mempengaruhi arti dan makna dari sebuah kata dan kalimat.
Lalu, bagaimana jika salam dan shalawat disingkat dalam penulisannya?
Apakah akan merubah arti dan makna kalimat tersebut?
Adab Menulis Salam
Kata salaam memuat makna keterbebasan dari setiap malapetaka dan perlindungan dari segala bentuk aib dan kekurangan. Salaam juga berarti aman dari segala kejahatan dan terlindung dari peperangan. Oleh karena itu, Islam memerintahkan supaya menampakkan salam dan menyebarluaskannya (Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dalam kitab Bahjatun Naadzirin Syarah Riyadhush Shalihin, Bab Keutamaan Salam dan Perintah Untuk Menyebarluaskannya).
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya, “Dan apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (Qs. An-Nisaa’: 86)
Yang dimaksud dengan penghormatan pada ayat diatas adalah ucapan salam, yaitu:
- Assalaamu ‘alaykum
- Atau assalaamu ‘alaykum warahmatullaah
- Atau assalamu ‘alaykum warahmatullaah wabarakaatuh
Dalam ayat diatas juga terdapat perintah untuk membalas salam dengan yang lebih baik atau serupa dengan itu. Misalkan ada yang memberi salam dengan ucapan assalaamu ‘alaykum maka balaslah dengan yang serupa, yaitu wa’alaykumussalaam. Atau yang lebih baik dari itu, yaitu, wa’alaykumussalaam warahmatullaah, dan seterusnya.
Dari ayat yang mulia di atas dapat diketahui bahwa hukum menjawab atau membalas salam dengan lafadz yang serupa atau sama dengan apa yang diucapkan adalah fardhu atau wajib. Sedangkan membalas salam dengan lafadz yang lebih baik dari itu hukumnya adalah sunah. Dan berdosalah orang yang tidak menjawab atau membalas salam dengan lafadz yang serupa atau yang lebih baik dari itu. Karena dengan sendirinya dia telah menyalahi perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memerintahkan untuk membalas salam orang yang memberi salam kepada kita (al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam kitab Al-Masaail, Masalah Kewajiban Membalas Salam).
Dari penjelasan di atas, lafadz “aslkm” bahkan “ass” dan singkatan yang sejenisnya bukan termasuk dalam kategori salam. Dan bagaimana lafadz-lafadz tersebut dapat disebut salam, sementara dalam lafadz tersebut tidak mengandung makna salam yaitu penghormatan dan do’a bagi penerima salam. Bahkan lafadz “ass”, dalam perbendaharaan kosa kata asing memiliki pengertian yang tidak sepantasnya, bahkan mengandung unsur penghinaan (wal ‘iyyadzubillah).
Adab Menulis Shalawat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia, yang artinya,“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai, orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs. Al-Ahzaab: 56)
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik di masa hidup maupun sepeninggal beliau. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan kedudukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisi-Nya dan membersihkan beliau dari tindakan atau pikiran jahat orang-orang yang berinteraksi dengan beliau.
Yang dimaksud shalawat Allah adalah puji-pujian-Nya kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan yang dimaksud shalawat para malaikat adalah do’a dan istighfar. Sedangkan yang dimaksud shalawat dari ummat beliau adalah do’a dan mengagungkan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dalam kitab Bahjatun Naadzirin Syarah Riyadhush Shalihin Bab Shalawat Kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Disunnahkan –sebagian ulama mewajibkannya– mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, setiap kali menyebut atau disebut nama beliau, yaitu dengan ucapan: “shallallahu ‘alaihi wa sallam” (al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam kitab Sifat Shalawat dan Salam Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Dalam sebuah riwayat dari Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
“Orang yang bakhil (kikir/pelit) itu ialah orang yang (apabila) namaku disebut disisinya, kemudian ia tidak bershalawat kepadaku shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal no. 1736, dengan sanad shahih)
Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali mengatakan bahwa disunnahkan bagi para penulis agar menulis shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara utuh, tidak disingkat (seperti SAW, penyingkatan dalam bahasa Indonesia – pent) setiap kali menulis nama beliau.
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat juga mengatakan dalam kitab Sifat Shalawat dan Salam Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa disukai apabila seseorang menulis nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bershalawatlah dengan lisan dan tulisan.
Ketahuilah saudariku, shalawat ummat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bentuk dari sebuah do’a. Demikian pula dengan makna salam kita kepada sesama muslim. Dan do’a merupakan bagian dari ibadah. Dan tidaklah ibadah itu akan mendatangkan sesuatu selain pahala dari Allah Jalla wa ‘Ala. Maka apakah kita akan berlaku kikir dalam beribadah dengan menyingkat salam dan shalawat, terutama kepada kekasih Allah yang telah mengajarkan kita berbagai ilmu tentang dien ini?
Saudariku, apakah kita ingin menjadi hamba-hamba-Nya yang lalai dari kesempurnaan dalam beribadah?
Wallahu Ta’ala a’lam bish showwab.
Maraji’:
- Al-Qur’an dan terjemahan.
- Al-Masaail Jilid 7, karya al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, cetakan Darus Sunnah.
- Bahjatun Naadzirin Syarah Riyadhush Shalihin (Terjemah) Jilid 3 dan 4, takhrij oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, cetakan Pustaka Imam asy-Syafi’i.
- Sifat Shalawat dan Salam Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karya al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, cetakan Maktabah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
- Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyah Li Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Terjemah) karya Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthaniy, Edisi Indonesia Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyah, penerjemah Hawin Murtadho, cetakan Pustaka at-Tibyan.
***
Artikel muslimah.or.id
Assalamu ‘alaikum Tulisan di atas sanagat menggugah dan memberikan pencerahan bagi kita semua.
Terima kasih
Mulyana
hhmmm…..i see…..
Assalamu?laykum.
Alhamdulillah sgt bmanfaat.Smg qt tdk tmsk org yg bakhil.
menurut saya penyingkatan dalam penulisan salam dan shalawat hanya bertujuan untuk efisiensi saja, tanpa maksud mengurangi maknanya. Wallahua’alam bishowab.
baarokallohu fiina wa fiikum…
Saya punya buku terjemahan shahih sunan ibnu majah oleh syaih nashiruddin al albany penulisan salawatnya disingkat.Bagaimana ya?
Jazakumullah khoiron atas ilmunya…
#Rudi Hartanto
Tentu saja kesalahan bukan pada Syaikh Al Albani, namun pada penerjemahnya pak.
bagus juga untuk dibiasain…
Assalamu’alaikum
Salamkenal ya akhwat semua.
Ana mau bertanya: jika laki2 mengucapkan salam kepada akhwat yang lewat didepannya dengan maksud menggoda,apakah wajib dijawab juga? syukran untuk jawabannya
wassalamu’alaikum
Assalamu’ alaykum,
Salam kenal akhwat semua
Mengomentari pertanyaan sdri aulia :
Yang saya tau, tidak sunnah kita menjawab salam laki-laki yg bukan muhrim, apatah lagi tujuannya untuk menggoda.
Jazakallah…
#Aulia
Syaikh Abdul ‘Aziz Bin Baz pernah ditanya tentang menjawab salam terhadap orang yang tidak dikenal. Beliau menjawab hukumnya boleh, bahkan wajib terhadap laki-laki maupun wanita. Berdasarkan ayat Qur’an surat An Nisa ayat 86. Namun untuk berhati-hati, bila berada di pasar atau tempat lain yang tidak terdapat hijab, atau terhadap laki-laki ajnabi, maka menjawab atau memulai salam sebaiknya sesama jenis saja.
Fatwa lengkap simak di: http://www.binbaz.org.sa/mat/9650
Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan pernah ditanya mengenai hukum wanita menelpoon laki-laki dan memulai salam terhadap laki-laki. Beliau menjawab itu semua dibolehkan jika memang aman dari fitnah. Namun jika dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah maka tidak boleh, lalu beliau membawakan surat Al Ahzab ayat 32.
Fatwa lengkap simak di http://www.islamway.com/?iw_s=Fatawa&iw_a=view&fatwa_id=9997
jazaakummulahu khair ukh
salam kenal,,,,,
Afwn,ana serg mnuls salam dg assalam atw salam apakh it jg bs mrbah mknanya?,trus mjwb slam dg wa’alaikum salam,pdahal kn yg bnr wa’alaikumussalam,apkh dpt mrbh mkna jg?,an srg nelp tmn ikhwn tuk sSuatu kperluan atw klu dkampus ad acr seminar klu an mngucpkn salam tdk prnah dblsnya,apa dia bdosa krn tdk jwb salam an?
jazakummulah…
ana mohon izinnya utk copy artikelnya..
syukron…
Syukran ats nasehatnya………
SmOga dapat menjadi ajaran yang berarti untuk setiap muslim dlm mengamalakan ibadah secara sempurna….
Amin
assalamu’alaikum warahmatullah wabarokatuh
alhamdulillah, ana sudah membiasakan salam ini kepada temen2 ana. yang ingin ana tanyakan, bagaimana kalau kita dapat salam singkat misal sms, seperti ass atau sejenisnya, apakah kita wajib menjawabnya?
ana pernah bilang ke salah satu teman ana, salam itu mengandung do’a, maka ucapkanlah dengan lengkap. coba ulangi lagi…
alhamdulillah dia mau menerimanya. tapi ada juga yang ga mau nerima…
mohon jawabannya ya ukhti…
jazakillah khairan katsiran…
Subhanallah….topik yg bagus
terima kasih untuk infonya. minta izin untuk Copas ya..?
wassalam.wr.wb.
jazakallah katsira
thank ya dah bagi2 ilmu…
Jazakumullah
assalaamu’alaykum…
ukhti, izin copy artikelnya ya…
syukran wa jazaakillah..
assalamu’alaykum
ijin copy ukhty
Assalamu’alaikum…
syukron atas ilmunya :)
artikel yg sangat berfaedah….
saya izin share ya, utk berbagi juga dgn yg lain.
Syukron…
jazakunmulloh khoiron….
Artikel yg sangat berfaedah, izn copy ya,,,, utk dibagika pd yg lain…
Jazakumulloh khoiron
Mengapa susah mencari ‘shalawat’ dalam bentuk tulisan Arab (bukan images)…
subhanalloh
gak nyangka, hal yang dianggap tidak terlalu penting
sangat besar makna dan manfaatnya,
syukron ya. artikelnya sangat berguna untuk kami2 yg msh awam.. Jazakallah..
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat ….
Sering saya ditegus oleh temen saya dgn kalimat salah namun disingkat, ASS” , saya paling nggk suka sama orang yg meremehkan salam
artikel yang mengajarkan kita untuk tawadlu’..saya suka sekali..
syukron ya artikelnya…Alhmdulillah.. paham skrng,..
Ya benar sekali.. bnyk sekali orang yg meremehkan salam.. lbh2 dalam penulisan…
assalamu’alaikum , ustadz / admin ,saya mau tanya tentang fenomena takfir yg kadang saya temukan di dunia chatting, takkala sbagian mereka mengetik salam “askum” ,tatkala ketikan ini tdk di jawab oleh temen2nya ,maka yg salam ini lantas mengatakan (dgn ketikan pula ) “kafir kabeh, ” padahal yg disitu adl kaum muslimin, mohon penjelasannya ,..
yg hrs diperhatikan adalah niatnya..
klo hanya sekedar tulisan saya rasa tdk masalah klo disingkat misalnya Aslm… tp akan lbh baik ditulis lengkap sesuwai dgn kalimat arabnya. karna tulisan itu hrs sesuwai pengucapan. wasalam..
@ Envivo
Betul sekali tulisan harus sesuai dg pengucapan. Maka kalau hanya sekedar tulisan “aslkm” maka jelas tidak bisa dibaca apalagi diucapkan. Dan doa salamnya pun tdk terwujud.
saya seorang sopir pribadi. bekerja pada keluarga muslim intelek. tugas saya tiap hari mengantar nyonya. sejak awal bekerja, nyonya tidak mau menjawab salam. padahal nyonya berjilbab dan taat ibadah. saya berhusnudzon. apakah di benarkan mungkin bila si nyonya tidak mau menjawab salam saya, karena atas perintah suaminya
(tuan intelek). sekian jazakallah.
Husnudzon aja si nyonya belum tau ilmu wajibnya menjawab salam.
Teruskan memberi salam. Salam itu kan doa. Mdh2an dengan doa dari anda, si nyonya jadi lunak hatinya, aamiin